Selasa, 17/06/2025 06:13 WIB

Kawasan Makam Syekh Burhanuddin Menuju Pusat Wisata Religi Asia

OLEH Wiztian Yoetri dan Anton Wira Tanjung (Wartawan Senior dan ASN di Padang Pariaman)

PADANG PARIAMAN mendapat anugerah berupa makam orang besar. Semua orang tahu, itulah makam Syekh Burhanuddin (1646–1704) di Ulakan. Ia adalah seorang tokoh besar, yang bahkan setelah wafatnya, makamnya masih memberi manfaat.

Kawasan makam tersebut sudah lama berdaya guna bagi masyarakat setempat. Namun, potensinya masih dapat dioptimalkan lebih baik sesuai dengan kebutuhan kekinian.

Bupati Padang Pariaman, Dr. John Kenedy Azis, menyadari hal ini. Saat ini, ia tengah gencar menggerakkan potensi wisata untuk mendorong peningkatan ekonomi kerakyatan. Mulai dari potensi budaya, potensi alam, potensi kuliner, hingga potensi wisata religi.

Untuk potensi wisata religi, makam yang terletak di Kecamatan Ulakan Tapakis ini sudah terkenal sejak lama. Terutama setiap bulan Safar, ribuan peziarah dari berbagai daerah di dalam dan luar negeri datang berkunjung.

Kini, saatnya kawasan Makam Syekh Burhanuddin menjadi ikon destinasi wisata religi terbesar di Asia Tenggara. Artinya, tidak hanya diramaikan pada bulan Safar saja, tetapi menjadi objek kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara—terutama dari Timur Tengah—setiap hari.

Kawasan Makam Syekh Burhanuddin, selain memiliki nilai historis panjang dalam penyebaran agama Islam di Ranah Minang, juga dapat menjadi pusat studi bagi para peneliti dan periset. Namun, untuk menjadi objek wisata berstandar internasional, kawasan ini perlu direvitalisasi. Dimulai dari penyempurnaan Masjid Agung Ulakan, yang sebaiknya dilengkapi dengan ruang perpustakaan, ruang diskusi, serta ruang istirahat bagi pengunjung. Selain itu, Balairung Makam Syekh Burhanuddin juga perlu direnovasi agar memberikan kenyamanan bagi peziarah dalam melaksanakan ritual.

Hal yang sangat urgen adalah perlunya pembebasan lahan, dimulai dari jalan kompleks Makam Syekh Burhanuddin hingga ke bibir pantai. Jika ini terwujud, maka akan muncul keindahan keterpaduan antara wisata pantai Ulakan dengan objek wisata religi Makam Syekh Burhanuddin.

Tantangan lainnya adalah kebutuhan untuk merelokasi permukiman warga di sekitar kompleks makam. Pemindahan warga ke satu kawasan harus disertai dengan pemberian prioritas bagi mereka untuk berdagang di kawasan pujasera yang akan dibangun di sekitar kompleks.

Melalui penataan kawasan Makam Syekh Burhanuddin dalam bingkai *master plan*, tak pelak lagi, kompleks makam ini akan menjadi ikon wisata religi terbesar di Asia Tenggara.

Diharapkan kawasan ini tidak hanya menjadi objek ziarah tahunan, tetapi juga dikunjungi setiap hari, seperti kawasan religi Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gunung Jati di Jawa Barat, atau Mbah Kholil di Madura, yang tertata dengan baik dan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitarnya.

Untuk mewujudkan mimpi menjadikan kawasan ini sebagai wisata religi, kata kuncinya adalah keikhlasan masyarakat kompleks makam untuk bersedia direlokasi. Artinya, jika kita benar-benar ingin mengembangkan potensi wisata religi sebagai pusat perekonomian dan kuliner masyarakat, maka kita harus meninggalkan kondisi sekarang yang terkesan sempit, sesak, dan kurang nyaman, terutama dari sisi parkir dan keamanan.

Kompleks Makam Syekh Burhanuddin juga dapat menjadi pusat pendidikan Islam, misalnya dengan memindahkan kampus Sekolah Tinggi Tarbiyah Syekh Burhanuddin milik Pemkab Padang Pariaman dari Kota Pariaman ke Ulakan. Alangkah megahnya jika di kompleks makam ini berdiri sebuah perguruan tinggi, sehingga menjadikannya sebagai kawasan wisata religi yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam. Betapa bangganya Syekh Burhanuddin jika beliau melihat hal itu hari ini. *

BACA JUGA