
Bernardino Moningka Vega, Direktur Utama AdaKami
Jakarta, sumbarsatu.com– Ancaman digital yang semakin canggih membuat keamanan siber menjadi tantangan utama di industri keuangan, terutama dalam layanan keuangan digital atau fintech.
Penipuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk phishing dan pencurian identitas. Untuk mengatasi risiko tersebut, AdaKami—sebagai platform fintech lending berbasis teknologi di Indonesia—mengambil langkah proaktif dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI).
Langkah ini diklaim mampu menangani kasus percobaan pencurian identitas dan mencegah penipuan hingga 95%.
“Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), seperti dikutip dalam whitepaper yang diterbitkan oleh perusahaan identitas dan verifikasi global GBG, sepanjang 2023 terjadi peningkatan kasus pencurian identitas sebesar 25% di Indonesia, menyebabkan kerugian lebih dari Rp 500 miliar. Ini menjadi bukti bahwa keamanan siber adalah pilar penting bagi keberlanjutan industri fintech,” ujar Bernardino Moningka Vega, Direktur Utama AdaKami dalam relis yang diterima sumbarsatu, Senin, (17/2/2025).
AI dalam Deteksi dan Pencegahan Penipuan
Didirikan pada 2018, AdaKami dioperasikan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, yang telah berizin dan diawasi oleh OJK. Dengan memanfaatkan AI, AdaKami menjembatani kesenjangan kredit di Indonesia serta meningkatkan keamanan transaksi digital.
Bernardino menjelaskan bahwa integrasi AI dalam proses pengajuan pinjaman dilakukan melalui mekanisme electronic Know Your Customer (e-KYC). AI digunakan untuk mendeteksi anomali pada dokumen dan foto identitas yang diunggah oleh calon peminjam.
“Sistem e-KYC ini bekerja dengan beberapa langkah. Calon peminjam harus mengunggah salinan kartu identitas dan foto diri, kemudian AI akan memverifikasi data tersebut dengan melakukan pencocokan silang terhadap database pemerintah dan sumber terpercaya lainnya,” jelas Bernardino.
Teknologi AI juga mampu mendeteksi gambar atau video yang dimanipulasi dengan mengidentifikasi inkonsistensi, seperti ekspresi wajah yang tidak wajar, pencahayaan yang tidak sesuai, atau perbedaan pola dalam bingkai video. Dengan cara ini, AdaKami dapat menyaring potensi penipuan sebelum terjadi transaksi.
Selain mengandalkan AI, AdaKami juga secara rutin mengadakan program edukasi kepada pengguna tentang pentingnya keamanan digital. Edukasi ini mencakup pelatihan mengenai tanda-tanda phishing, cara melindungi data pribadi, dan cara mengenali modus penipuan terbaru.
“Kami percaya bahwa teknologi saja tidak cukup untuk memberantas kejahatan siber. Peran aktif pengguna dalam menjaga keamanan data mereka sangatlah penting. Oleh karena itu, kami secara rutin memberikan edukasi digital dan membagikan tips perlindungan data di platform kami,” tambah Bernardino.
Salah satu pengguna AdaKami, Rahmat Prasetyo, seorang wiraswasta di Jakarta, mengaku lebih nyaman menggunakan layanan fintech sejak teknologi AI diterapkan.
“Dulu saya sering khawatir dengan keamanan data saat mengajukan pinjaman online. Sekarang, dengan sistem verifikasi yang lebih ketat, saya merasa lebih aman karena tahu ada perlindungan ekstra dari AdaKami,” ujarnya.
Meskipun AI telah membantu menekan angka penipuan, tantangan baru terus muncul seiring berkembangnya modus kejahatan siber. Pakar keamanan siber dari Universitas Indonesia, Dr. Rian Santoso, menilai bahwa penggunaan AI dalam fintech adalah langkah strategis, tetapi tetap harus diimbangi dengan regulasi yang kuat dan peningkatan kesadaran masyarakat.
“AI dapat mendeteksi pola dan anomali dengan cepat, tetapi tetap memerlukan pemantauan manusia dan pembaruan berkala agar tidak tertinggal dari teknik baru yang digunakan penjahat siber. Selain itu, kerja sama antara fintech, regulator, dan pengguna sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang lebih aman,” ungkapnya.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, fintech seperti AdaKami diharapkan terus meningkatkan sistem keamanan digitalnya. Selain AI, teknologi seperti blockchain dan otentikasi biometrik juga dapat menjadi solusi tambahan dalam memperkuat perlindungan data pengguna. SSC/REL