Pameran Seni “Musinuruk ka Simaeruk” dan Program Nan Tumpah Masuk Sekolah Ditutup dengan Ragam Pertunjukan

Senin, 04/11/2024 05:42 WIB

Mentawai, sumbarsatu.com--Helatan Budaya “Musinuruk ka Simaeruk” yang diselenggarakan di Aula Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, sejak 29 Oktober 2024 telah resmi ditutup pada 1 November 2024.

Kegiatan penutupan tersebut diisi oleh beragam pertunjukan, seperti pertunjukan Turuk Toropipi yang menirukan gerakan capung yang sedang bermain dan mandi bersama di sungai; pertunjukan ini digarap oleh Ignas dan Inong. Ignas adalah seorang pengajar di Sanggar Desa Maileppet dan Inong adalah seorang pegiat budaya muda yang juga telah menerbitkan buku kumpulan cerita Mentawai.

Selain itu, juga ada pertunjukan tari kreasi digarap Inda Saurei dan dipentaskan oleh anak-anak Desa Maileppet, tari ini berjudul “Mentawai Blue” dan menceritakan tentang keindahan alam Mentawai yang membuatnya kerap dikunjungi wisatawan.

Kemudian ada tiga pertunjukan teater hasil pelatihan program Nan Tumpah Masuk Sekolah 2024 yang berangkat dari kearifan lokal Desa Maileppet dan juga cerita rakyat yang berkembang di Kepulauan Mentawai.

Pertunjukan pertama berjudul “Mumain Simakerek”. “Mumain Simakerek” bercerita tentang kegamangan kanak-kanak dalam posisi untuk terus mempertahankan permainan tradisional atau perlahan beralih ke permainan yang lebih mengandalkan teknologi. Jika bertahan dengan permainan tradisional, ada rasa takut tertinggal sementara jika beralih ke permainan yang mengandalkan teknologi sarana dan prasarana masih belum memadai.

Kemudian ada pertunjukan “Asal Usul Pohon Sagu”. Pertunjukan ini digarap berdasarkan salah satu cerita lisan yang beredar di Desa Maileppet tentang seorang anak yang kerap merengek meminta sesuatu pada ayahnya, namun selalu ditolak. Ia kemudian “dibuang” ayahnya ke suatu tempat dan berubah menjadi pohon sagu. Hal tersebut pada akhirnya membuat ayahnya menyesal.

Terakhir, ada pertunjukan berjudul “Ayam Dahulu, Anak Kemudian” yang bercerita tentang beberapa anak sekolah yang kerap terlambat datang ke sekolah karena mesti menyelesaikan banyaknya pekerjaan rumah di pagi hari sebelum bisa berangkat ke sekolah.

Pertunjukan-pertunjukan yang ditampilkan tersebut, merupakan hasil dari pelatihan yang diberikan Komunitas Seni Nan Tumpah dalam program Nan Tumpah Masuk Sekolah 2024 yang berlangsung dari tanggal 30 Oktober 2024 sampai dengan 1 November 2024.

Tenku Raja, salah seorang pelatih dalam kegiatan tersebut menjelaskan bahwa pertunjukan-pertunjukan yang ditampilkan oleh kawan-kawan dari SMA N 1 Siberut Selatan, SMA Lentera Mentawai, SMP Negeri 1 Siberut Selatan, dan SMK Negeri 2 Kepulauan Mentawai ini berangkat dari ide dan gagasan yang dilontarkan oleh mereka.

“Kami selaku pelatih hanya membantu merangkai dan menyesuaikan dengan materi-materi dasar yang diberikan selama 3 (tiga) hari belakangan. Waktu 3 (tiga) hari yang digunakan untuk pelatihan dan persiapan pertunjukan sebenarnya bukanlah waktu yang cukup. Namun, saya senang bisa melihat bahwasanya peserta bisa mengikuti pelatihan dengan antusias dan bisa menampilkan hasil pelatihan tersebut dengan sungguh-sungguh, kata Tenku Raja.

Tidak lupa pula, ada pertunjukan Turuk Uliat Bilou yang dipentaskan anak-anak Desa Maileppet. Pertunjukan ini digarap oleh Ignas selaku pelatih Sanggar Desa Maileppet. Ignas mengatakan, “Penggarapan pertunjukan ini sebagai upaya pewarisan budaya Mentawai kepada generasi yang lebih muda, dan senangnya, anak-anak ini bisa sangat antusias untuk belajar.

Selepas pertunjukan Turuk Uliat Bilou, ada penyerahan bingkisan kepada para pemenang Pelatihan Melukis dan Mewarnai, dan pertunjukan musik dari ibu-ibu dasawisma. Pada malam penutupan “Musinuruk ka Simaeruk” ini juga turut hadir Camat Siberut Selatan dan juga Kepala Desa Maileppet.

Hijon dalam sambutannya yang juga secara resmi menutup kegiatan ini menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini harus terus dipertahankan. Sementara itu, Sarno Cependi, Pembina Komunitas Sinuruk Mattaoi, juga mengatakan hal senada. Ia akan berusaha agar Musinuruk ka Simaeruk bisa terus diselenggarakan paling tidak sekali setahun. Sebab baginya, kegiatan ini turut membantu mengaktifkan agenda-agenda kebudayaan yang ada di Desa Maileppet.

Keesokan harinya, pada 2 November 2024, dilangsungkan diskusi tentang Tata Kelola Organisasi dan Pembangunan Relasi bersama dengan Yusuf Fadly Aser, Ketua Rumah Ada Seni. Yusuf mengatakan bahwa Komunitas Sinuruk Mattaoi sudah punya bekal besar yang bisa menjadi bahan bakar untuk kehidupan komunitas ke depannya yaitu keragaman kecakapan para anggota, kedisiplinan, semangat, dan didukung oleh apa yang disediakan alam.

Seluruh hal tersebut merupakan titik baik untuk segala macam program kegiatan yang akan diselenggarakan di kemudian hari. Ia juga menyarankan agar Komunitas Sinuruk Mattaoi fokus menggali lebih dalam lagi kekayaan budaya yang ada di Mentawai, baru kemudian mengasah kemampuan-kemampuan teknis.

Mahatma Muhammad, Ketua Komunitas Seni Nan Tumpah, memandang bahwa “Musinuruk ka Simaeruk” tidak hanya sebagai rangkaian kegiatan pertunjukan dan pameran budaya saja.

“Lebih dari itu, “Musinuruk ka Simaeruk” adalah sebuah upaya untuk kembali mengenali kekayaan yang dimiliki Desa Maileppet dan menyambung regenerasi terhadap pewaris kekayaan tersebut. “Lima atau sepuluh tahun lagi, kawan-kawan di desa ini akan memetik buah dari yang kawan-kawan tuai sekarang,” katanya.

Sebelumnya, pada hari pembukaan Srikandi Putri selaku penyelenggara menuturkan, “Kegiatan seperti Musinuruk ka Simaeruk ini merupakan kegiatan yang sudah lama ingin saya adakan di sini. Dan akhirnya tahun ini bisa terselenggara berkat bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2024 dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Dalam penyelenggaraannya, saya bekerjasama dengan Komunitas Sinuruk Mattaoi dan Komunitas Seni Nan Tumpah.

Komunitas Sinuruk Mattaoi akan berfokus pada penyelenggaraan pameran foto, pameran seni, pertunjukan budaya Mentawai, pemutaran film, bazaar produk kriya khas Mentawai, dan lapak buku pendidikan budaya dan pengetahuan tradisional Mentawai. Sementara Komunitas Seni Nan Tumpah bergerak dengan membawa program Nan Tumpah Masuk Sekolah 2024 untuk memberikan pelatihan dan pertunjukan teater di empat sekolah yang ada di Kecamatan Siberut Selatan, yaitu SMA Negeri 1 Siberut Selatan, SMA Lentera Mentawai, SMP Negeri 1 Siberut Selatan, dan SMK Negeri 2 Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Srikandi Putri juga berharap bahwa kegiatan semacam ini akan semakin banyak diselenggarakan di Desa Maileppet agar pengetahuan dan kebudayaan yang merupakan kekayaan desa ini bisa terus terpelihara.

Sementara itu Sarno Cependi selaku pembina Komunitas Sinuruk Mattaoi mengatakan bahwa program ini merupakan kali perdana diselenggarakan oleh Komunitas Sinuruk Mattaoi. Komunitas Sinuruk Mattaoi awalnya didirikan sebagai media untuk memperkenalkan kekayaan budaya Mentawai melalui media kriya khas Mentawai dan salah satu jalan ditempuh adalah melalui media digital dan bazaar.

Jadi selain mempromosikan melalui media digital, Komunitas Sinuruk Mattaoi juga rutin ikut serta dalam pameran-pameran UMKM yang diselenggarakan di Kota Padang. Komunitas ini terus berkembang hingga akhir juga bergerak dalam pemeliharaan budaya dan pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat Mentawai.

Dalam pameran seni ini, ada beberapa pengkarya yang karyanya dipamerkan, yaitu Martin Depores, Nogita Saurei, Euwdes Farendra. Selain itu juga ada pameran beberapa foto yang menunjukkan perjalanan Komunitas Sinuruk Mattaoi sampai dengan saat ini.

Selain itu, pada pembukaan Musinuruk ka Simaeruk juga turut disajikan pertunjukan musikalisasi puisi dari SMA Negeri 1 Siberut Selatan. Kelompok musik ini adalah pemenang pertama Lomba Musikalisasi Puisi tingkat Sumatera Barat tahun ini. Pada malam pembukaan ini juga ada pertunjukan Turuk Laggai yang ditampilkan oleh Gregory Fransisko dan Elivas yang diiringi musik yang dimainkan oleh Wenses Saurei, Rafli Agus, dan Supri, serta pemutaran film dokumenter tentang budaya Mentawai.

Pada hari kedua, Musinuruk ka Simaeruk dibuka dengan penyelenggaraan pertunjukan “Jam Belajar Tambahan”, yang merupakan rangkaian dari program Nan Tumpah Masuk Sekolah 2024. Pertunjukan yang naskahnya ditulis oleh Yunisa Dwiranda dan disutradarai oleh Ivan Harley ini diselenggarakan di dua sekolah, yaitu di SMA Negeri 1 Siberut Selatan pada pukul 9.00 WIB dan di SMA Lentera Mentawai pada pukul 11.30 WIB.

Di saat yang bersamaan, di Aula Desa Maileppet, diselenggarakan pelatihan mewarnai dan melukis yang dihadiri oleh siswa-siswa TK dan SD. Mereka diberikan materi tentang pewarnaan dan kemudian dibiarkan berkreasi sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Yang bertindak sebagai pendamping dalam pelatihan ini adalah anggota Komunitas Sinuruk Mattaoi dan Jefi Rozi Trianda dari Komunitas Seni Nan Tumpah. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan pukul 15.00 WIB.

Setelah pelatihan mewarnai selesai, kegiatan disambung dengan pelatihan teater yang diberikan oleh Komunitas Seni Nan Tumpah kepada beberapa siswa dari SMA N 1 Siberut Selatan dan SMA Lentera Mentawai serta beberapa warga desa Maileppet. Materi yang diberikan adalah tentang dasar-dasar ketubuhan dan dasar-dasar pemeranan. Pelatihan ini berlangsung sampai dengan pukul 18.00 WIB.

Setelah jeda istirahat, kegiatan dilanjutkan dengan pemutaran dua film dokumenter tentang kebudayaan Mentawai yang diproduksi oleh Watchdoc dan Mancogu Kreasi, sebuah studio audio visual dari Padang.

Pada hari ketiga dan pagi sebelum malam penutupan, kegiatan dimulai pementasan “Jam Belajar Tambahan” dari Komunitas Seni Nan Tumpah di SMP Negeri 1 Siberut Selatan pada pukul 09.00 WIB. Usai pementasan di SMP Negeri Siberut Selatan, pementasan yang sama diselenggarakan di SMK N 2 Kepulauan Mentawai.

Pementasan ini juga menjadi penutup rangkaian program Nan Tumpah Masuk Sekolah 2024. Sekembali dari sekolah-sekolah, kegiatan dilanjutkan dengan melanjutkan pelatihan dasar-dasar teater yang sudah diselenggarakan sehari sebelumnya.

Kegiatan pelatihan hari kedua ini dimaksudkan sebagai pendalaman materi sebelumnya dan juga menyusun landasan pertunjukan untuk dipentaskan keesokan harinya. Selain pelatihan teater, dalam waktu yang bersamaan juga diselenggarakan latihan persiapan pertunjukan tari dan persiapan-persiapan pertunjukan lainnya.

Sementara itu, selama kegiatan berlangsung, bazaar produk kriya khas Mentawai tetap buka di halaman Aula Desa Maileppet.

Musinuruk ka Simaeruk adalah kegiatan yang disusun dengan semangat gotong royong sebagaimana cara hidup yang berkembang dalam masyarakat Mentawai, dan melalui program ini kami hendak meneruskan semangat itu kepada generasi-generasi mendatang. Melalui kegiatan yang pertama kali diselenggarakan di Desa Maileppet, kami juga bermaksud untuk menstimulus pihak-pihak lain untuk menyelenggarakan kegiatan dengan semangat yang sama agar Desa Maileppet bisa semarak dengan banyaknya kegiatan serupa yang berlangsung,” tutup Srikandi.SSC/REL



BACA JUGA