
OLEH Intan Ayu (Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran)
PUISI merupakan salah satu bentuk ekspresi sastra dengan keunikan dan keindahan tersendiri. Puisi juga bisa menjadi media yang efektif untuk mengungkapkan emosi, pikiran, dan pengalaman manusia. Penyair terkenal Indonesia Sapardi Djoko Damono mampu menyampaikan pesan yang mendalam dan menciptakan citra yang kuat melalui bahasa yang unik dengan struktur-struktur puisi dalam karya puisinya.
Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono memiliki kekuatan yakni terletak pada kesederhanaan liris dalam menyajikan masalah manusia yang universal. (Sarumpaet, dkk. 2010 dalam Yono, 2019). Pilihan kata atau diksi yang dipakai sangat sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan luas. Sapardi merupakan seorang penyair Indonesia yang orisinil dan kreatif. Sapardi dapat mengubah kata-kata yang biasa menjadi metafora-metafora baru, imaji lembut dan lebih indah.
Puisi “Aku Ingin” ditulis oleh Sapardi hanya dalam waktu 15 menit dan ditujukan kepada istri tercintanya yang sedang sakit. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah karya sastra (puisi) dapat menyampaikan perasaan penyair dan dapat berkaitan erat dengan kehidupan sosial di sekitarnya.
Menurut Waluyo (dalam Novianty, 2022) puisi memiliki dua unsur pokok, yakni struktur fisik dan struktur batin.
- Struktur Fisik
Struktur fisik merupakan struktur pembangun puisi yang bersifat nampak dalam bentuk susunan kata serta digunakan sebagai sarana oleh penyair dalam mengungkapkan hakikat puisi. Menurut Waluyo (dalam Novianty, 2022) struktur fisik puisi terdiri atas diksi, imaji, kata konkrett, tipografi, rima dan majas.
a. Diksi
Diksi merupakan curahan pikiran dan perasaan pengarang atau penulis yang disublimasikan melalui kata-kata yang paling tepat. Barfield mengatakan bahwa kata-kata dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga artinya menimbulkan imajinasi yang estetik. Menurut Pradopo (2005: 54) kata-kata yang dapat menghasilkan imaji estetik diistilahkan dengan diksi puitis.
Pada puisi “Aku Ingin” digunakan diksi yang romantis, sungguh-sungguh, dan pasti. Seperti: “mencintaimu”, “sederhana”, “awan”, “hujan”, “abu”, dan “api”. Pilihan setiap kata menggambarkan keromantisan dalam menyampaikan pikiran melalui diksi-diksi yang jelas. Meskipun pilihan kata yang digunakan sangat sederhana, namun dapat tersampaikan dengan sangat dalam dan penuh makna.
b. Citraan atau Pengimajian
Dalam puisi, citraan digunakan untuk memperjelas, menghidupkan, dan membuat puisi lebih menarik. Citraan juga disebut sebagai gambaran angan. Altenbernd dalam Pradopo (2005:80), mengatakan bahwa citraan adalah gambaran pikiran angan yang menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan yang dilakukan oleh indera manusia. Citraan dapat berupa citra penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecepan, penciuman, dan citra gerak.
Sapardi Djoko Damono dalam puisinya yang berjudul “Aku Ingin” menggunakan beberapa citraan, antara lain pada kalimat “Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu” dapat dilihat dari kata diucapkan merupakan sebuah citraan pendengaran, karena sesuatu yang diucapkan akan direspon melalui pendengaran. Selain itu, pada kalimat “Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” kata Dengan isyarat merupakan sebuah citra penglihatan, karena sebuah isyarat akan diketahui melalui penglihatan.
c. Kata Konkret
Agar pembaca dapat berimajinasi, kata yang digunakan dalam sebuah karya sastra harus menggunakan kata yang konkret atau jelas. Jika penyair mahir memperjelas pilihan kata atau diksi, maka pembaca akan ikut menyaksikan atau mendengarkan apa yang digambarkan oleh penyair. Pembaca dapat mengimajinasikan secara jelas keadaan yang dideskripsikan penyair. (Kosasih, 2012:103). Dengan adanya kata konkret, pembaca dapat melihat, mendengar dan merasakan imajinasi yang dibuat oleh penyair.
Dalam puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono, untuk menggambarkan kesederhanaan cinta, penyair menggunakan kalimat dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu dan kalimat dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Gambaran tersebut terlihat lebih konkret dan indah untuk menjelaskan betapa sederhananya rasa cinta tersebut. Tak dapat dibayangkan sederhananya cinta yang digambarkan dalam setiap kata yang disusun oleh penyair. Namun, kesederhanaan tersebut mengandung makna yang sangat dalam dan tulus bagi orang yang dicintai.
d. Tipografi
Tipografi dapat menjadi pembeda antara puisi dengan karya sastra lainnya. Tipografi merupakan ukiran bentuk puisi berupa tatanan larik, bait, kalimat frasa, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana karya sastra, khususnya puisi.
Puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Aku Ingin” memiliki bentuk dua bait dan tiga larik dalam masing-masing baitnya. Selain itu juga ditemukan adanya unsur non bahasa berupa titik koma (;) pada larik pertama dalam tiap bait. Tanda titik koma tersebut digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk (EYD V), serta sebagai pemisah bagian-bagian perincian dalam suatu kalimat. Hal tersebut terjadi dalam puisi “Aku Ingin” karena tanda titik koma memisahkan antara kalimat pada larik pertama dengan kedua dan ketiga, serta pada larik pertama bait kedua dengan larik kedua dan ketiga
e. Rima
Rima merupakan bunyi yang diulang dalam puisi. Adanya rima dapat membuat sebuah puisi lebih indah untuk dibaca dan diresapi. Samosir (2013:24) mengatakan bahwa rima di dalam puisi mengandung persamaan baik awal, tengah, maupun di akhir baris puisi.
Pada puisi karya Sapardi Djoko Damono, ditemukan penggunaan rima yang senada pada awal larik atau baris setiap baitnya, yakni Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Kalimat tersebut diulangi sebanyak dua kali pada awal bait pertama dan awal bait kedua. Selain itu, rima pada puisi “Aku Ingin” ini memiliki pola a – b, a – a pada vokal akhir setiap kalimat, yaitu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana (a), dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu (u > b). Serta pada bait kedua yakni Aku ingin mencintaimu dengan sederhana (a) dan dengan isyarat yang tak sempat diucapkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada (a).
f. Majas
Majas merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menghidupkan puisi yang dapat menimbulkan daya imajinatif pembaca. Majas digunakan untuk menyimpangkan makna asli menjadi kiasan.
Pada puisi “Aku Ingin” ditemukan beberapa penggunaan majas. Pada kata “kayu”, “abu”, “awan”, dan “hujan” merupakan majas personifikasi atau majas yang menggunakan analogi/ perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada bait pertama, yaitu “Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu” yang berarti kayu belum sempat mengatakan sepatah kata kepada api yang telah menjadikannya abu. Penggunaan majas ini meskipun sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam. Selain itu juga terdapat pada bait kedua, yakni “Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” yang berarti awan tak sempat menyampaikan isyaratnya kepada hujan yang telah menjadikannya tiada.
Selain itu, pada puisi “Aku Ingin” juga ditemukan penggunaan majas repetisi atau pengulangan kata, frasa, atau klausa yang bertujuan untuk mempertegas maksud dan tujuan penyair. Majas repetisi dalam puisi ini dapat ditemukan pada bait pertama dan kedua, masing-masing pada baris pertama dan kedua yakni “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”. Hal ini menunjukkan bahwa penyair mengungkapkan perasaannya dengan sungguh-sungguh melalui majas yang digunakan dalam puisinya.
- Struktur Batin
Struktur batin puisi merupakan struktur pembangun puisi yang membangun dari dalam. Struktur batin puisi dapat dikatakan sebagai isi atau makna yang mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair. (Kamilah, Dkk. 2016). Struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang terdiri dari tema, perasaan, nada, dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Tema juga dikatakan sebagai sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang atau penyair. Waluyo (1987:107) mengatakan bahwa tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang diimajinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (penyair) tetapi bersifat objektif bagi pembaca atau penafsir puisi. Tema merupakan pokok pikiran atau dasar cerita yang dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah atau mengarang sajak. Selain itu, tema juga disampaikan atau dinarasikan dengan lugas (tidak dibuat-buat).
Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan yang banyak menulis puisi dengan mengangkat tema-tema percintaan. Puisi “Aku Ingin” merupakan salah satu puisi yang mengangkat tema percintaan atau perasaan cinta yang dirasakan oleh manusia. Sebagai manusia seringkali menyadari bahwa hanya bisa mencintai dengan sederhana, namun dibalik kesederhanaan tersebut terdapat makna cinta yang sangat dalam dan tulus untuk orang yang dicintai atau orang tersayang.
b. Nada dan Suasana
Nada sering dikaitkan dengan suasana. Nada merupakan sikap penyair terhadap apa yang diungkapkan dan sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan yang timbul oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap oleh pancaindera (Effendi, 2004:126). Waluyo (1987:125) mengatakan bahwa berbicara tentang sikap penyair berarti berbicara tentang nada dan berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi berarti berbicara suasana.
Nada yang lemah lembut serta suasana yang kalem dan romantis menjadi pembangun dari struktur salah satu puisi Sapardi Djoko Damono. Pada puisi “Aku Ingin” Sapardi seolah menyadarkan pembaca bahwa cinta merupakan sesuatu yang harus dinikmati. Perlahan-lahan dan sederhana namun cinta selalu memiliki tujuan dan arti yang pasti. Penggunaan nada dan suasana tersebut sangat relevan dengan tema puisi, yakni percintaan. Romansa cinta memang sudah sepatutnya menggunakan nada dan suasana yang lembut dan romantis.
c. Perasaan
Dalam sebuah puisi, diungkapkan perasaan penyair. Puisi dapat mengungkapkan perasaan gembira, sedih, terharu, takut, gelisah, rindu penasaran, cinta, dan sebagainya. Dalam mengungkapkan tema yang sama, penyair yang berbeda dengan perasaan yang berbeda dapat menghasilkan puisi yang berbeda pula. (Waluyo, 1987:121). Perasaan merupakan sikap pengarang terhadap inti permasalahan yang berada dalam puisinya.
Dilihat dari bait demi bait perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi “Aku Ingin” ini memiliki perasaan yang serius dan sungguh-sungguh dalam mencintai seseorang. Di sisi lain, perasaan yang tidak gegabah dan terlalu menggebu-gebu dalam mencintai juga tergambar dalam larik-larik puisi ini. Hal demikian dapat dilihat dari untaian setiap kata-katanya. Meskipun puisi ini terbilang cukup sederhana, baik dari segi bentuk maupun penggunaan kata dalam setiap larik puisinya, namun puisi ini mampu membius pembaca dengan kesederhanaannya tersebut.
d. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, sebagai akhir dari permasalahan ataupun jalan keluar yang timbul dalam suatu cerita. Amanat disampaikan agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang pembaca nikmati dari suatu cerita. Dengan demikian, puisi mempunyai makna yang tersembunyi yang harus diterjemahkan oleh masing-masing pembaca. Dalam karya sastra modern, amanat biasanya tersirat. Sedangkan dalam karya sastra lama, amanat umumnya tersurat.
Pada puisi berjudul “Aku Ingin” Sapardi menyampaikan perasaan cinta dengan sangat sederhana dan tak perlu dibuktikan dengan kata atau isyarat yang menggebu-gebu, melainkan dalam mencintai seseorang kita hanya perlu mencintainya seperti kita mencintai diri sendiri. Puisi ini mengajarkan kita bahwa cinta bukanlah suatu hal yang rumit dan berbelit. Rasa cinta adalah anugerah yang harus membawa kebahagiaan dan ketenangan bagi jiwa yang sedang merasakannya. Dengan demikian, rasa cinta dapat diterima dengan sederhana tanpa hasrat dan hawa nafsu yang mengada-ada atau bahkan berlebihan. Bahwa dengan mencintai seseorang, kita hanya perlu memberi kebahagiaan dan kenyamanan padanya, karena dengan kesederhanaan yang serius akan membawa dampak baik bagi yang mencintai dan yang dicintai.
Pada dasarnya, sebuah karya diciptakan berdasarkan unsur pembentuknya, begitu pula dengan karya sastra. Berdasarkan hasil analisis puisi yang berjudul “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut merupakan sebuah puisi yang ditulis oleh sastrawan terkemuka di Indonesia. Puisi “Aku Ingin” ditulis hanya dalam waktu 15 menit dengan kesederhanaannya dan mengandung makna yang sangat dalam.
Puisi ini ditujukan untuk istri tercintanya yang sedang dalam keadaan sakit. Dengan menggunakan analisis struktur puisi, ditemukan beberapa hasil diantaranya dalam struktur fisik: pilihan kata atau diksi, citraan atau pengimajian, tipografi, kata konkret, rima, dan majas.
Selain itu, puisi ini juga memiliki struktur batin seperti tema percintaan, nada dan suasana yang lembut serta romantis, perasaan yang serius atau sungguh-sungguh, serta memiliki amanat yang dapat dijadikan suatu pelajaran atau pesan moral bagi setiap pembacanya. ***
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, N. dan Aulia, N. (2020). Analisis Struktural Pada Puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail (Pendekatan Struktural). Jurnal Sasindo Unpam. 8(1).
Firdaus, M. (2016). Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Clustering dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII G SMP Negeri 6 Purwokerto Tahun Ajaran 2015-2016. FKIP UMP.
Ginanjar, D. Dkk. (2018). Analisis Struktur Batin dan Struktur Fisik Pada Puisi “Ibu” Karya D. Zawawi Imron. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1(5).
Novianty, N. T. (2022). Kajian Struktural Pada Puisi “Kekasihku” Karya Joko Pinurbo. Populer: Jurnal Penelitian Mahasiswa. 1(3): 22-33.
Nugroho, W. B. (Tanpa Tahun). Ketika Filsuf Bicara Cinta: Dari Hobbes sampai Derrida. Diakses pada 9 Juni 2023, dari https://www.sanglah-institute.org/2019/02/ketika-filsuf-bicara-cinta-dari-hobbes.html
Nurahman, N. F. Dkk. (2022). Tinjauan Struktur Pada Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono Menggunakan Pendekatan Strukturalisme. Jurnal Jupensi. 2(1).
Salmaa. (2023). Metode Penelitian Kualitatif: Definisi, Jenis, Karakteristiknya. Deepublish. Diakses pada 11 Juni 2023, dari https://penerbitdeepublish.com/metode-penelitian-kualitatif/
Sobirin, R. M. Dkk. (2021). Analisis Makna Pada Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono Menggunakan Pendekatan Semiotika. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4(1).
Thabroni, G. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif: Pengertian, Karakteristik & Jenis. Serupa.id. Diakses pada 11 Juni 2023, dari https://serupa.id/metode-penelitian-kuantitatif-pengertian-karakteristik-jenis/
Yono, S. (2019). Keagungan Cinta dalam Puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Kibas Cenderawasih. hal. 656-0607
Zakky. (2018). Pengertian Puisi Menurut Para Ahli dan Definisi Puisi Secara Umum. ZonaReferensi.com
Lampiran Puisi:
AKU INGIN
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(1989)