ahy
Jakarta, sumbarsatu.com–Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dalam sebuah acara buka puasa bersama kadernya kemarin mengaku bersyukur meninggalkan Koalisi Perubahan. Karena kalau masih tetap bertahan, akan menjadi hancur lebur.
Pernyataan putra sulung mantan Presiden SBY yang akrab disebut AHY itu dinilai aneh. Karena faktanya NasDem, PKB, dan PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan mendukung Anies-Muhaimin justru menunjukkan peningkatan suara dibanding Pemilu 2019 lalu.
“Saya agak tergelitik ya mendengar pernyataan dari AHY yang mengatakan bahwa bersyukur mereka, ada hikmahnya tak di koalisi perubahan, coba di tempat lama, hancur lebur. Loh kok hancur lebur. Aneh bin ajaib,” kata Refly Harun di kanal YouTube-nya, Minggu, 24 Maret 2024.
“Karena semua partai di 01 tambah kursi. PKS naik 3 kursi. Bahkan NasDem dan PKB tambah kursinya lebih banyak dibandingkan Gerindra sekalipun. Gerindra tambah 8, sementara PKB dan NasDem tambah 10. Berarti efek Anies Baswedan,” sambungnya.
Refly yang juga salah satu juru bicara pasangan AMIN ini menekankan hanya partai Koalisi Perubahan yang semuanya mengalami kenaikan suara atau penambahan kursi di DPR. Koalisi pendukung Ganjar-Mahfud misalnya mengalami sebaliknya, yaitu semua turun.
PDIP kehilangan 18 kursi, bahkan PPP kehilangan semua kursi yang berjumlah 19 karena tidak lagi lolos ke DPR RI sebab suaranya tidak mencapai 4 persen ambang batas parlemen.
Sementara pendukung Prabowo-Gibran, menariknya, justru hanya Demokrat yang banyak kehilangan suara bahkan 10 kursinya di DPR tidak bisa dipertahankan. Sementara partai-partai pendukung 02 lainnya mengalami kenaikan seperti Golkar bertambah 17 kursi, Gerindra naik 8, PAN bertambah 4 kursi.
“Bayangkan, jadi semua partai (pendukung Prabowo) naik, hanya Demokrat yang turun kursinya,” ungkap Refly.
“PDIP dan PPP dihancurkan oleh Jokowi. Tapi Demokrat dihancurkan oleh dirinya sendiri,” sentil Refly menambahkan.
Karena menurutnya, suara Partai Demokrat jeblok bahkan sampai kehilangan 10 kursi disebabkan keputusan partai besutan SBY itu yang hengkang dari Koalisi Perubahan. Langkah Demokrat bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung Prabowo-Gibran dianggap masyarakat sebagai sikap yang tidak konsisten.
“Padahal Demokrat 10 tahun di oposisi. Kalau seandainya mereka konsisten mendukung Anies Baswedan, mungkin kalah dalam pilpres yang kita tahu masih curang, tetapi paling tidak kursi legislatif mereka bisa diselamatkan,” demikian Refly Harun.
Sebagaimana diketahui, Partai Demokrat pada awalnya bersama dengan NasDem dan PKS dalam Koalisi Perubahan mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Namun, Partai Demokrat kemudian hengkang setelah Anies tiba-tiba dideklarasikan Partai NasDem dan PKB sebagai capres berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Tidak terima dengan langkah sepihak itu, Demokrat yang sebelumnya mendorong agar AHY akan menjadi cawapres mendampingi Anies Baswedan kemudian memutuskan mendukung Prabowo sebagai capres. SSC/KBA