“Tribute to Huriah Adam” di TIM Jakarta, Kemuliaan Maestro Seni Tari Minangkabau Legendaris

TAMAN ISMAIL MARZUKI JAKARTA

Kamis, 09/11/2023 08:26 WIB
huriah-adam

huriah-adam

Jakarta, sumbarsatu.com—"Tribute to Huriah Adam” sebuah kegiatan mengenang Huriah Adam, perempuan koreografer yang fenomenal dan legendaries dari ranah Minangkabau digelar di Teater Jakarta pada Jumat 1o November 2023. Eksistensi maestro tari Huriah Adam tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Taman Ismail Marzuki (TIM).

Dalam pagelaran “Tribute to Huriah Adam”, sebanyak 40-an penari alumnus ISI Padang Panjang dan IKJ Jakarta akan menggetarkan panggung, mempersembahkan dua karya cipta tari  koreografet Huriah Adan: “Barabah” dan “Tari Piring”. Pementasan digelar di Teater Jakarta, gedung pertunjukan terbesar di Taman Ismail Marzuki, dengan 1.200 tempat duduk.

Pementasan “Tribute to Huriah Adam” merupakan rangkaian dengan perhelatan 55 Tahun Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki, yang tahun 2023 ini dirayakan dengan berbagai acara, selama 5 hari, sajian pentas seni di beberapa venue, gelar kuliner, pameran seni rupa, dan laun sebagainya.

Di Posko #saveTIM digelar pula testimoni kebudayaan oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri, pertunjukan grup musik Marjinal, Lokal Ambience, pembacaan puisi oleh Amien Kamil, Iwan Burnani, Harris Priadie Bah, dan lain-lain.

“Barabah adalah karya tari Huriah Adam yang paling lengkap menyerap dasar tari tradisional Minangkabau. Beliau mengolahnya dengan naluri, aspirasi, dan sikapnya sebagai perempuan Minangkabau yang gigih memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan dari tradisi yang membatasi,” kata Mohamad Ichlas, pimpinan Cilay Ensamble kepada sumbarsatu, Kamis, 9 November 2023.  

Pertunjukan Cilay Ensamble

Selain dua tari itu, penampilan khusus disiapkan oleh  Mohamad Ichlas atau Cilay (putra sulung Huriah Adam) yang juga anggota Dewan Tari Internasional–CID UNESCO), dengan karya koreografinya bertajuk “Selendang Api”, dan dua komposisi musik tetabuhan/perkusi bernuansa ‘world music’, dengan bertolak dari khazanah bebunyian tradisi Minangkabau. 

Cilay adalah koreografer dan musisi yang sudah bermain di banyak panggung festival di kota-kota Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.  

Pagelaran tari dan konser musik perkusi dengan atmosfer Minangkabau yang kuat selama lebih kurang 1,5 jam itu, dipersembahkan  oleh puluhan seniman yang tergabung dalam kelompok Cilay Ensamble. Tata artistik disiapkan oleh Aidil Usman. Exan Zen, aktor dan deklamator nasional, dengan grup Bapunta, akan menampilkan pula prosesi pembukaan dengan happening-art yang siap menggoncang arena Taman Ismail Marzuki. 

Sementara Iwan Henry Wardhana, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta menjelaskan, iven "Tribute to Huriah Adam" ini sangat penting.

“Pagelaran ini kami maksudkan untuk mendudukkan peran dan posisi penting Huriah Adam sebagai bagian, sebagai ruh kreativitas seni yang tak terpisahkan dari sejarah Taman Ismail Marzuki sejak awal didirikan pada tahun 1968. Tanggal 10 November adalah tanggal keramat. Tanggal ini diresmikannya TIM oleh Gubernur Ali Sadikin. Pada tanggal ini juga adalah tanggal wafatnya Huriah Adam,” jelas Iwan Henry Wardhana. 

“Peran beliau harus kita muliakan!” tegasnya.

Huriah Adam adalah senimana Minangkabau legendaris. Sampai tutup usia pada 35 tahun, ia telah menciptakan belasan karya tari, di antaranya “Tari Barabah”,  “Tari Lilin”, “Tari Piring”,  dan “Tari Pedang”.  Tiga tari karyanya dipentaskan pada perhelatan akbar Games of The New Emerging Forces (Ganefo) di Gelora Bung Karno pada tahun 1963. 

Sebagai koreografer handal Indonesia, Huriah Adam mulai terkenal setelah pementasan karyanya di Taman Ismail Marzuki - Jakarta pada tahun 1968. Lewat karya-karya fenomenalnya. Ia mengangkat kekayaan khazanah tari tradisi Minangkabau dan memadukannya dengan gerakan silat tuo Minangkabau. Dua kepiawaian yang ia peroleh sejak remaja, ketika berguru bertahun-tahun, pada Pakiah Nandung di Padang Panjang.

Sejak pementasan di TIM itu, karya tarinya dengan cepat menyebar ke sanggar-sanggar tari dan diajarkan di sekolah-sekolah baik di Jakarta mau pun di Sumatera Barat. Berkat Huriah Adam, tari Minangkabau kemudian menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan seni tari modern Indonesia.

Huriah lahir pada 6 Oktober 1936 di Padang Panjang. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga agamis namun amat mencintai kesenian. Ia putri ulama Minangkabau, Syekh Adam Balai-Balai, pendiri Madrasah Irsadin Naas (MIN), yang dikenal luas sebagai ulama yang mempunyai perhatian  besar dalam pengembangan kesenian Minangkabau. 

Huriah dalam bahasa Arab berarti ‘kebebasan’ atau ‘kemerdekaan’. Makna nama yang kemudian menjelma dalam dirinya, menjadi sikap berkesenian yang kuat mengedepankan prinsip kebebasan dan kemerdekaan, baik sebagai pibadi, maupun dalam penciptaan karya-karya tarinya.  

Huriah Adam wafat tepat pada tanggal 10 November 1971 ketika pesawat Merpati yang ia tumpangi dari Jakarta dalam perjalanan menuju Bandara Tabing di Padang, jatuh di lepas pantai Sumatera Barat. Ia hilang bersama enam puluh delapan penumpang pesawat lainnya.

Secara anumerta, pada tahun 1977, Presiden Soeharto memberikan penghargaan Anugerah Seni untuk Huriah Adam atas jasa-jasanya di bidang kesenian. Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma dianugerahkan pula oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepadanya pada tahun 2011.

Di Taman Ismail Marzuki untuk menghormati dedikasi Huriah Adam, sebuah sanggar tari pernah ditetapkan oleh Gubernur Ali Sadikin, dengan nama Studio Tari Huriah Adam. Sayang, pada tahun 1980-an, sanggar tari itu dirubuhkan, karena alasan pembangunan. Dan hingga hari ini tidak pernah terbangun kembali. 

Nama Huriah Adam juga diabadikan sebagai nama Gedung Seni dan Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padang Panjang.

Selain sebagai penari, Huriah yang sempat menjadi pengajar tari di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang Institut Kesenian Jakarta/IKJ) pada tahun 1971, dan di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang, dikenal pula piawai bermain biola, piano, dan gitar, di samping sebagai penyair, pelukis, dan pematung. Tugu “Pahlawan Tak Dikenal” adalah karya patungnya yang tersohor, yang berdiri megah sampai hari ini di pusat Kota Bukittinggi. 

Cilay Ensamble, beserta Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, mengundang publik pencinta seni tari dan budaya, terutama urang Minangkabau yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, untuk hadir, bersama mengenang Huriah Adam, sebagai tokoh terhormat, pejuang seni, dan perempuan Minangkabau yang turut memajukan dunia seni tari nasional Indonesia. 

“Ya, dengan membuka dua telapak tangan, kami mengundang keluarga besar masyarakat Minang di Jakarta untuk beramai-ramai memenuhi Teater Besar TIM. Bersama kita menyaksikan kedakhsyatan karya Huriah Adam, mengenang dan mengirim doa untuk Bunda Huriah Adam, maestro yang mengangkat khazanah kebudayaan Minang di panggung seni dunia!” pesan Yaser Arafat, selaku Produser Acara, di tengah persiapan di Taman Ismail Marzuki. 

Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang,” tambah Yaser, musisi dan komposer handal, yang pernah bermain di Berlin, Paris, dan beberapa kota di Eropa. Pergelaran terbuka untuk umum, tanpa dipungut biaya tanda masuk.

Iven "Tribute to Huriah Adam" sebagai bagian dari rangkaian perhelatan ulang tahun Taman Ismail Marzuki yang ke-55 tersebut adalah momen penghormatan kepada Huriah Adam, tokoh seni nasional, yang berpengaruh luas dalam pembaharuan seni tari di Indonesia.

Semangat, gagasan, dan karya-karya Huriah Adam yang melintasi zaman, perempuan pemikir visioner yang mengangkat kekayaan khazanah seni tari tradisional ke panggung nasional, dan internasional, sepatutnya terus teraktualisasi, dan menjadi mata air inspirasi dalam pengembangan dan pemajuan kesenian kita!

 



BACA JUGA