Senin, 28/07/2025 22:10 WIB

Festival Pamenan Minangkabau #2 Ditutup dengan Kemeriahan Kultural

Foto Denny Cidaik

Foto Denny Cidaik

Padang Panjang, sumbarsatu.com — Dua festival besar yang berlangsung di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yakni Festival Pamenan Minangkabau #2 dan Festival Literasi III resmi ditutup Minggu malam (27/7/2025) dalam suasana meriah, hangat, dan penuh semangat kebudayaan meskipun diguyur hujan.

Dua festival ini telah berlangsung sejak Jumat (25/7), menampilkan kombinasi kegiatan literasi, permainan tradisional, pertunjukan seni, halakah budaya, serta lokakarya kreatif. Sepanjang tiga hari, ribuan pengunjung dari berbagai pelosok Padang Panjang, mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas budaya, hingga keluarga, memadati arena festival.

Puncak kemeriahan Festival Pamenan Minangkabau #2 pada malam penutupan ditandai dengan berbagai pertunjukan seni lintas generasi dan disiplin seni. Dari Grup Lansia Kampuang Sarugo (Limapuluh Kota) hingga Jingler Queen (Padang Panjang) yang membawakan musik rock bernuansa lokal, suasana festival terasa inklusif dan cair.

Sanggar Aguang dari Padang Panjang membuka malam dengan tari berbasis gerak silek dan randai yang diolah secara kontemporer. Disusul Ruang Belajar Bintang Harau yang membawakan pertunjukan “Hiruak Pikuak di Dapua Minangkabau”, menggabungkan musik dapur, dialog jenaka, dan pementasan bertema nilai keluarga.

Sementara itu, Lab ART Project menyuguhkan “Multibody”, pertunjukan eksperimental yang mengangkat perempuan sebagai pusat pendidikan dan keteladanan dalam keluarga Minangkabau, mengusung tema “Ibu sebagai Madrasah bagi Anak-anaknya.” Di sisi lain, Show D Dance Theater dari Padang memukau dengan koreografi enerjik yang menggabungkan gerak tradisi dan street dance.

Tidak ketinggalan, Sanggar Saandiko dari Bukittinggi menampilkan karya musik bertajuk “Perjalanan” yang mengeksplorasi relasi antargenerasi dalam masyarakat Minangkabau. Malam pun ditutup dengan penampilan artis Minang Upiak Isil, yang menyanyikan lagu-lagu Minang dengan gaya khas dan menghibur meski hujan mengguyur area PDIKM.

Sebagai inti kegiatan, Festival Pamenan Minangkabau #2 menampilkan lebih permainan tradisional anak nagari, di antaranya engkrang, tengkelek panjang, mariam batuang, dan lain sebagainya.

Permainan ini tidak hanya diperagakan, tetapi juga dibuka untuk interaksi langsung bersama pengunjung festival, dengan pendampingan fasilitator muda dari komunitas Hitam Putih dan pelatih lokal. Tujuannya adalah menanamkan kembali semangat kolektivitas, kerja sama, sportivitas, dan kecerdikan—nilai-nilai yang terkandung dalam permainan rakyat Minangkabau.

Halakah Budaya dan Lokakarya

Selain pertunjukan dan permainan, festival juga diisi dengan Halakah Budaya dan Lokakarya yang mengangkat nilai-nila budaya dan kreativitas. Halakah Budaya dengan tema “Perempuan  Minangkabau: Dulu, Kini dan Masa Depan” dengan narasumber Dr. Sri Setiawati, S.S., M.A, (FISIP Unand), Prof. Dr. Dra. Silvia Rosa, M.Hum (FIB Unand, dan Maiza Elvira, S.IP., M.Hum (UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi), yang dimoderatori Dr. Roza Muliati, S.S, M.Si (ISI Padang Panjang).

Dari giat Halakah Budaya inilah publik diajak menengok peran padusi Minangkabau tidak hanya sebagai simbol adat, tetapi sebagai pengarah nilai dan pelindung marwah keluarga.

“Sangat bangga dengan adanya Festival Pamenan ini, apalagi dengan tema Padusi di Rumah Gadang. Dengan adanya halakah budaya ini, kita makin mengerti bagaimana peranan Bundo Kanduang itu dan posisi padusi Minangkabau di rumah gadang,” kata salah seorang peserta halakah budaya.

Setelah Halakah Budaya dilengkapi dengan workshop peningkatan kapasitas bagi anggota Komunitas Seni Hitam Putih bertema “Festival: Keberlanjutan dan Jejaring Kota Kreatif” dengan pembicara Melia Fitri (Korjen III ICCN Korda Sumatera  Barat), yang dimoderatori Kurniasih Zaitun (ISI Padang Panjang).

Sejumlah lokakarya edukatif lainnya seperti membuat mainan dari bahan alami, mendongeng kaba untuk anak, dan melukis permainan rakyat juga menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak dan guru pendamping.

Penutupan festival ditandai dengan penyerahan plakat apresiasi dari Komunitas Hitam Putih sebagai penyelenggara kepada sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang telah mendukung kegiatan, seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perkim LH, serta jaringan Bundo Kanduang dan para seniman partisipan.

Sejumlah doorprize turut dibagikan kepada pengunjung sebagai bentuk apresiasi partisipasi aktif selama festival berlangsung. “Festival ini bukan hanya soal hiburan, tapi soal membangun koneksi budaya lintas usia,” ungkap Afrizal Harun, Direktur Festival.

Festival Pamenan Minangkabau #2 yang digagas oleh Komunitas Hitam Putih Padang Panjang didukung Dana Indonesiana-LPDP dan Kementerian Kebudayaan RI, bertujuan merevitalisasi ruang publik dan pamenan Minangkabau sebagai bagian dari pendidikan karakter dan warisan budaya Minangkabau.

Festival ini telah menjadi ruang pertemuan antara pendidikan, seni, dan partisipasi warga dengan memanfaatkan rumah gadang sebagai ruang publik. ssc/mn

BACA JUGA