Anies dalam acara Merajut Persatuan, Anies Baswedan Bicang Kebudayaan: Tentang Kini dan Nanti, di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis 24 Agustus 2023.
Jakarta, sumbarsatu.com–Anies Baswedan memahami pentingnya kebudayaan sampai meminta izin kepada Presiden untuk mengisi jabatan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bukan dari pegawai negeri sipil tetapi dari profesional yang menguasai tentang kebudayaan Indonesia.
Maka, ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies melantik Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang merupakan eselon 1 pertama di Kementerian Pendidikan yang bukan berasal dari pegawai negeri sipil (PNS).
“Pertama bertugas di Kemendikbud, saat itu kami lihat kebudayaan ini lebih besar. Saya melihat harus ada referensi scope of work. Waktu itu dilakukan studi komparasi minta data dari kedutaan yang mempunyai badan/institusi kebudayaan. Ini lingkup kebudayaan perlu ruang imajinasi, sedangkan ASN by definition melaksanakan regulasi. Bagi ASN, semua yang dikerjakan harus sesuai regulasi. Oleh sebab itu, saya minta ke Presiden untuk bisa rekrut Dirjen Kebudayaan non-ASN dan ini eselon 1 pertama yang non-ASN,” kata Anies dalam acara Merajut Persatuan, Anies Baswedan Bicang Kebudayaan: Tentang Kini dan Nanti, di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis 24 Agustus 2023 seperti dilansir KBANews.com.
Anies menuturkan, saat masih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga bersama DPR menyusun RUU Kebudayaan.
“RUU itu mulai disiapkan di tengah proses tugas saya dicukupkan tetapi kami menjadi bagian yang mengusulkan UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” papar Anies Baswedan.
Ia menilai bahwa budaya haris dijadikan sebagai kegiatan terpisah, tersendiri. Ia mengatakan, saat masuk DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan masih menyatu.
“Padahal, wisata itu komersial, sedangkan budaya bukan aktivitas komersial. Budaya itu kehidupan sedangkan pariwisata penghidupan. Oleh sebab itu, dipisahkan antara pariwisata dan kebudayaan di Pemprov DKI Jakarta sehingga menjadi salah satu dari 4 daerah yang juga memisahkan Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan, yaitu Bali, Jakarta, dan Yogyakarta. Tujuannya supaya dinas budaya ini menjad tangan negara untuk membangun ekosistem agar pelaku seni budaya tumbuh dan berkreativitas. Ide dan gagasan bukan dari negara, tetapi para pelaku,” papar Anies Baswedan.
Anies menegaskan, kepemimpinan menjadi faktor kunci dalam mengembangkan kebudayaan.
“Harus orang yang tepat. Waktu itu kami lihat sulit budaya maju apabila rekrutmen seperti bidang lain. Dirjen pertama yang non-ASN di sebuah kementerian adalah Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud. Kalau yang mimpin punya pemahaman hudaya, maka bisa jembatani antara bahasa regulasi dan bahasa budaya,” jelas penggagas Indonesia Mengajar ini.
Visi dan misi serta mindset Anies di sektor pendidikan tak terlepas dari latar belekangnya yang kental dengan guru. Kedua orang tuanya sebagai dosen di Yogyakarta. Istrinya, Fery Farhati juga tak jauh dari guru dengan menempuh pendidikan S-2 di bidang Applied Family and Child Studies di Northern Illinois. Hal ini membuat Anies disebut sebagai Tokoh Pendidikan. SSC/REL