Warga Perancis Bersyahadat di Bulan Ramadan 1444 H

LAPORAN INDRA S DARI PERANCIS

Senin, 10/04/2023 12:00 WIB

 

Perancis, sumbarsatu.com—Bulan Ramadan adalah bulan suci penuh rahmat, berkah, mulia yang dirindukan umat Muslim di seluruh dunia. Orang-orang Muslim melakukan puasa Ramadan di siang hari dan melakukan salat Tarawih pada malamnya untuk menambah pahalanya kepada Allah Swt.

Di samping itu, mereka juga melakukan silaturahmi sesama warga Muslim dengan melakukan acara buka bersama. Lain halnya bila melakukan ibadah puasa di sebuah negara yang mayoritas berwarga non-Muslim dan hidup dalam hukum negara yang memisahkan agama dan negara seperti halnya di negara Perancis. Tetapi Perancis adalah negara ‘Laicité’ yang menjamin warganya berhak memilih beragama atau tidak meskipun negara tidak mengurus atau campur tangan dalam urusan beribadah agama mereka masing-masing.

Bagaimanakah pengalaman kehidupan melakukan ibadah puasa Ramadan di negeri sang Napoleon ini? Apalagi merasakan dan melaksanakannya dalam negeri yang mempunyai empat musim ini?

Hal tersebut tentu saja menjadikan kesan yang begitu berharga dalam kehidupan sehari-hari di mana rasanya berbeda dengan negara-negara yang mayoritas Islam seperti halnya bila di siang hari di sini kebanyakan rumah makan atau restoran tetap buka dan beraktivitas.

Lain halnya di negeri mayoritas Islam seperti Indonesia bila datang bulan Ramadan maka ada sebagian peraturan masing-masing daerah menginstruksikan agar rumah makan ditutup selama satu bulan sebagai toleransi umat beragama kecuali boleh di buka di malam hari demi khusuknya umat muslim beribadah puasa. Ditambah lagi suasana puasa yang mengalami perbedaan waktu 15 jam lamanya di musim semi saat ini.

Pada bulan Ramadan 1444 H INI, ada peristiwa yang sangat mengharukan di kota Paris saat grup pengajian ‘Ar Raudhah’ di Paris mengadakan acara silahturahmi buka bersama dan salat Mahgrib berjamaah di salah satu rumah anggota pengajian Ar Raudhah ‘Neli Jumiarti GENTY’ yang bersuamikan orang Perancis.

 Pengajian Ar Raudhah yang beranggotakan orang Indonesia maupun orang Perancis yang sudah berkeluarga yang selalu beraktivitas melakukan pengajian sebulan sekali dan kegiatan kemanusiaan lainnya ataupun membantu organisasi ‘Perhimpunan Masyarakat Islam Indonesia di Perancis’ atau istilahnya ‘PERMIIP Perancis’ dalam berikhtiar menjalankan ibadah di Perancis.

Dalam pengajian, masyarakat biasanya mendengar siraman rohani dari ustaz baik secara daring maupun luring. Pada kesempatan berbuka bersama Jumat (7/4/2023), yang bertepatan dengan malam ke-17, Ar Raudhah melaksanakan program ‘Card making activity’ untuk anak-anak keluarga Indonesia-Perancis yang dipimpin ‘Cut Mutia’ serta aktivitas mendengar cerita tentang Islam untuk anak oleh ‘Neti Patonah CHEVALIER’ sambil menunggu waktunya berbuka bagi anak-anak atau istilahnya ‘Ngabuburit’ ala anak-anak.

Lalu disusul mendengarkan ceramah dengan mengundang dai ambasador yang kebetulan didatangkan dari Indonesia yang berasal dari Lembaga Amil Zakat Nasional atau dikenal dengan ‘Dompet Dhuafa’ melalui Permiip Perancis. Namun hal yang luar biasa adalah adanya salah satu warga negara Perancis melakukan syahadat untuk menjadi mualaf yang dipimpin oleh dai ambasador Dompet Dhuafa Dr. Moh. Abdul Kholiq Hasan, Lc. M.A. M. Ed.

Warga Perancis ini bernama Robert STUDENT, dengan ditemani oleh seorang penerjemah bahasa Indonesia-Perancis yaitunya Mas Patrick yang merupakan orang Perancis sendiri beristrikan orang Indonesia agar lancarnya berkomunikasi dengan calon muallaf tersebut.

Sebelum bersyahadat, dai inipun meminta dan bertanya kepada Robert apakah ada paksaan untuk masuk Islam serta ustaz juga menjelaskan bahwa agama Islam tidak ada ajaran dalam memaksakan hak seseorang untuk menjadi Muslim dan Rober pun menjawab ‘tidak’ yang ditranslet komunikasi oleh Mas Patrick.

Tak hanya itu, ustaz pun mengatakan setelah menjadi mualaf hendaknya melaksanakan kewajiban salat dan puasa pada bulan Ramadan. Kemudian, masyarakat pun diminta untuk menjadi saksi mendengarkan ucapan syahadat dari Robert ini.

Dengan lancarnya, Robert pun mengucapkan kalimat syahadat yang menandakan resminya dia menjadi seorang mualaf yang lansung disambut ucapan ‘Allahuakbar’ semua masyarakat yang hadir di sana. Kemudian, satu per satu masyarakat pun mengucapkan selamat dengan berjabat tangan dan berpelukan kepada mualaf Robert ini yang diberikan nama muslimnya ‘Azis’ yang berarti mulia, bangsawan dan luar biasa sesuai dengan suasana yang sangat mulia ini yaitu bulan Ramadan. 

Selanjutnya acara diisi dengan ceramah langsung dari ustad mengenai wajibnya masyarakat Muslim membantu para mualaf agar mendapatkan ilmu tentang Islam dan beribadah dengan salah satunya mengajarkan salat dan puasa dengan benar.

Muallaf ‘Robert’ atau ‘Azis’ pun akan dinikahkan dengan seorang perempuan Indonesia bernama Susi Sundari  yang tak lain adalah adik dari Mbak Neli sendiri. Tidak hanya itu, ustaz pun menjelaskan bahwa seorang mualaf berikhtiar mempelajari dan beribadah lebih serius, lalu kenapa kita yang sudah menjadi Muslim sejak diwariskan yang seharusnya lebih serius dari seorang yang mualaf.

“Oleh karena itu hendaknya kita instropeksi diri dalam bertakwa kepada Allah swt. Dan mudah-mudahan calon istri ‘Azis’ hendaknya bisa memberi petunjuk dalam mengajari ibadah dalam kehidupan sehari-hari,” kata ustaz.

Berikutnya acara pun dilanjutkan berbuka puasa bersama dengan makan buah kurma sesuai caranya Nabi Muhammad Saw dan salat Mahgrib berjamaah serta menyantap makanan ala Indonesia yang terdiri dari menu soto bandung, ayam teriyaki,  yang merupakan makanan dari Indonesia yang disediakan oleh tuan rumah sendiri.

Ketika melaksanakan salat Mahgrib berjamaah, terlihat langsung mualaf ’Azis’ juga mengerjakan salat Mahgrib berjemaah. Mudah-mudahan dengan peristiwa ini, menjadikan kesadaran kepada semua warga Perancis agar mereka lebih memahami tentang Islam itu sendiri. Dan juga, pengajian Ar Raudhah Indonesia-Perancis  bisa lebih dikenal aktivitas Islamnya di kota Paris, khususnya di negara Perancis. SSC/IS



BACA JUGA