Harmezi: Kesenian Randai Jati Diri Anak Minangkabau

-

Minggu, 04/10/2020 16:09 WIB

Lubuk Basung, sumbarsatu.com- Kesenian randai merupakan jati diri anak Minang. Sejauh ini andai, dan Kesenian tradisioanal Minagkabau lainnya, sudah mengukuhkan dirinya sebagai benteng generasi muda dari pengaruh Kesenian asing, yang tidak sesuai dengan adat dan budaya Minangkabau.

Demikian antara lain diungkapkan Camat Lubuk Basung, Hamezi, Minggu (4/10/2020).

Menurutnya, Kesenian tradisional Minangkabau, juga diyakini berperan sangast besar dalam pembentukan karakter anak Minang.

Khusus randai, dikatakan sebagai sebuah Kesenian yang mengandung banyak unsur pendidikan. Di sana terkandung pepatah-petitih bersisikan nasihat berguna bagi kehidupan di tengah masyarsakat.

Randai juga mengajar dan mendidik anak Minang untuk mengerti dan faham tata krama, sehingga mereka nantinya tumbuh menjjadi sosok yang beretika.

Randai juga mengandung unsur olah raga. Geakan tari dalam randai merupakan rangkaian gerakan silat.

“Kami salut dan berterima kasih kepada sanggar seni yang masih mampu berahan dalam kondisi pandemi Covid-19. Mereka tetap berlatih menepa kemampuan, walau amat jarang tampil dalam berabgai pesta anak nagari,” ujarnya.

Salah satu kelompok randai yang masih bertahan adalah Randai Antokan Sakti. Kelompok randai, yang dipimpin Maizul St.Pamenan, yang akrab disapa “Pajok,” tetap rajin melakukan latihan.

Menurutnya, kegiatan kelompok yang dipimpinnya, selain untuk melestarikan kesenian tradisi Minangkabau. juga untuk mengajak generasi muda mencintai seni budayanya, serta untuk membentengi mereka agar tidak terpengaruh busaya asing yang merusak, dan menjaukan mereka dari huru-hara yang merusak masa depan.

Dijelaskan, randai dalam sejarah Minangkabau, pada awalnya merupakan media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat, melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan diiringi tarian, yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau.

Maizul Amri St. Pamenan menambahkan, melalui gerakan dan cerita yang dimainkan ada hikmah atau pesan moral yang dapat diambil. Alur cerita yang dimainkan menggambarkan jati diri Minangkabau, yang mempedomani falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

“Ini yang kita yakini bisa menjadi pegangan anak-anak muda untuk menghadapi masa depan, tak lakang dek paneh dan tak lapuak dek hujan,” ujarnya.

Meski anak muda sekarang sudah terlanjur terlena dengan hiburan masa kini, dirinya optimis seni teaterikal ala Minangkabau tersebut tetap mendapat tempat di hati generasi muda Minangkabau.

“Buktinya kita bisa lihat malam ini, sejumlah anak muda tetap semangat mengikuti latihan hingga selarut ini,” ujarnya pula. (MSM)

 



BACA JUGA