
Pemerintahan Nagari Lawang bersama dengan anggota DPD RI Leonardy Harmainy dan tokoh masyarakat melepas keberangkatan tim kesenian Sanggar Sari Banilai untuk mengikuti perhelatan Malam Renungan Teater di Sumatera Utara
Lawang, sumbarsatu.com—Pemerintahan Nagari Lawang bersama dengan anggota DPD RI Leonardy Harmainy dan tokoh masyarakat melepas keberangkatan tim kesenian Sanggar Sari Banilai untuk mengikuti perhelatan Malam Renungan Teater di Sumatera Utara.
Sanggar Sari Banilai yang dikelola anak Nagari Lawang, Agam ini diagendakan tampil sebagai utusan khusus panitia pelaksana dilepas di depan Kantor Wali Nagari Lawang, Kamis (26/12/2019). Terlihat hadir juga ikut melepas tokoh masyarakat, ninik mamak, pemuda dan bundo kanduang, serta masyarakat lainnya.
Leonardy mengapresiasi kegiatan positif anak Nagari Lawang ini karena ada kesadaran merawat dan melestarikan seni-seni tradisi Minangkabau, khusus seni di Nagari Lawang.
“Semoga pementasan di Medan berjalan baik dan berhasil mengenalkan seni-seni Minangkabau secara luas. Mari kita lestarikan seni tradisi Minangkabau. Jika yang muda, siapa lagi yang menjaganya,” pesan anggota DPD yang berkampung di Nagari Koto Gadang, IV Koto, Aga ini.
Sementara itu Wali Nagari Lawang Jamal Datuak Lelo Ameh mengatakan, Sanggar Seni Sari Banilai dengan kekuatan jaringan dan hubungan baik dengan perantau, kini telah diundang khusus ke sebuah acara seni yang bergengsi yakni Malam Renungan Teater 2019.
“Kita memanfaatkan sumber daya perantau dengan jaringan di sana, perantau daerah asal Nagari Lawang mendukung penuh kegiatan ini. Sanggar Seni Sari Banilai akan menampilkan kesenian tradisi Minangkabau, dan mengenalkan Nagari Lawang ke masyarakat yang lebih luas,” kata Wali Nagari Lawang yang berperan besar dalam proses keberangkatan tim kesenian ini.
Pementasan Sanggar Sari Banilai Lawang dalam iven budaya ini dijadwalkan pada Minggu 29 Desember 2019 di Museum Kebudayaan Deli Serdang Sumatra Utara.
Desriyanto yang bertindak sebagai sutradara, pada kesempatan kali ini akan mempersembahkan suatu karya teaternya dengan judul “Fatamorgana”.
“Fatamorgana ini berangkat dari konsep pertunjukan teater tradisi Minangkabau sebagai bahan eksplorasi artistik pada karya ini,” kata Desriyanto. SSC/Rel