Senin, 18/02/2019 07:30 WIB

Akses Jalan Buruk, “Pokat Asean Games” Terancam, Febby: Segera Cari Solusinya!

Staf Khusus Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) H. Febby Datuk Bangso Nan Putiah dan rombongan beberapa waktu lalu

Staf Khusus Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) H. Febby Datuk Bangso Nan Putiah dan rombongan beberapa waktu lalu

Pasaman Barat, sumbarsatu.com—Masih ingat dengan “pokat Asean Games”? Benar. Pokat yang disuguhkan untuk atlet, pelatih dan official ketika Asean Games di Jakarta  dan Palembang, pertengahan tahun lalu, kini, kondisinya terancam.

Pokat tersebut, ketika itu, sengaja disuguhkan untuk dinikmati duta olahraga Asia karena kualitasnya yang sangat bagus. Tak hanya ukurannya, tetapi isinya berkualitas di atas rata-rata pokat pada umumnya. Ia ditanam di tanah yang bagus dan dirawat secara telaten.

Pokat tersebut ditanam dan dipelihara masyarakat petani di Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar. Masyarakat petani mengelola secara bersama melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) Karya Bersama. Gapoktan Karya Bersama merupakan gabungan dari 13 kelompak tani. Mengelola lahan pokat kualitas super ini di atas lahan seluas 900 hektare.

Kini, persoalan mendera hasil pertanian, mengancam kelangsungan hidup Gapoktan dan anggotanya.

"Kami kuatir dengan kondisi jalan. Kami tak berdaya lagi," kata sejumlah anggota Gapoktan didampingi Yusriani Dwi Putri Nasti, Tenaga Ahli Pendamping Desa Kemendes PDTT di Pasaman Barat, ketika menerima kunjungan Staf Khusus Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) H. Febby Datuk Bangso Nan Putiah dan rombongan beberapa waktu lalu.

Kata Yusriani, masyarakat dan anggota kelompak tani sudah berusaha dan berjuang sekuat tenaga. Mereka secara bersama, telah membangun jalan dalam bentuk rabat beton, secara swadaya. 

Panjangnya jalan yang dilalui agar produksi mereka sampai ke jalan utama, membuat mereka kewalahan juga. “Kita masyarakat dan kelompok tani tersebut tak kuat untuk melanjutkan rabat beton tersebut.”

Buntut dari persoalan tersebut, kata Yusriani, selain butuh waktu yang lebih lama, juga mengakibatkan pokat mereka memar. Buah pokat yang memar tersebut berpengaruh kepada nilai jualnya. Grid nilainya bisa turun, sehingga menurunkan pula harganya.

Menyikapi hal tersebut, H. Febby Datuk Bangso Nan Putiah langsung berkoordinasi dengan rombongan yang dibawanya. Terdiri dari Hasrul Edyar (Direktur Pulau-Pulau  Kecil Terluar Ditjen PDT),  Andre Ikhsan Lubis (Kasubdit Ketahanan Masyarakat Desa, Ditjen PPMD), Conrita Ermanto (Kasubdit Pengurusan Hak Atas Tanah Transmigrasi, Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi),  Sugeng (Kasubdit wilayah I, Dit PKT Ditjen PDT).

"Persoalan ini akan kami bawa ke pusat dan berusaha secepatnya mencarikan jalan keluarnya. Insyaallah, tak ada yang tak bisa jika dikerjakan bersama," kata Datuk Febby, sapaan akrabnya.

Datuk Febby mengungkapkan, jalan dimaksud butuh perlakukan khusus. Tak bisa hanya rabat beton. 

"Kita akan duduk bersama dengan Kementerian PUPR. Masalah yang dihadapi masyarakat ini harus dituntaskan secepatnya," kata tokoh muda Sumbar yang sangat peduli dengan kehidupan di desa dan nagari.

Ia tak ingin, pokat produksi Gapoktan Karya Bersama yang secara nasional sudah dikenal dan sudah memiliki pasarnya mengalami nasib buruk. 

"Kami tidak akan membiarkannya. Produk Gapoktan ini sangat berkualitas," kata Datuk Febby. 

Dikesempatan tersebut, Datuk Febby mendampingi Hasrul Edyar menyerahkan bantuan untuk UEM untuk Gapoktan Karya Bersama. (SSC/Rel)

BACA JUGA