
Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V (lima) menyurvei Sungai Batang Galodo, Jorong Lasi Mudo, Kecamatan Canduang, Agam terkait masuknya Batang Galodo sebagai salah satu kawasan zona merah dari empat zona merah yang terdapat di Kabupaten Agam
Lasi, sumbarsatu.com—Tim Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V (lima) menyurvei Sungai Batang Galodo, Jorong Lasi Mudo, Kecamatan Canduang, Agam terkait masuknya Batang Galodo sebagai salah satu kawasan zona merah dari empat zona merah yang terdapat di Kabupaten Agam.
Tampak dalam tim survei itu Abdul Majid danMaju Aritonang, tenaga survei dari BWS Sumatera V), Fauzi. S, STP., MA, Camat Canduang, M. Zen Dt. Badindiang Basa, Ketua Kerapatan Adat Nagari Lasi, Edi Muhardi, Koordinator KSB Marapi, Agusni Pondri dan Musfan, anggota Tim Reaksi Cepat KSB Marapi, Tibrani, SH. staf Camat Canduang/Sekretaris KAN Lasi, M. Syawal, Wali Jorong Lasi Mudo, Ridwan Khadafi, Ketua Kesatuan Pemuda Lasi, dan M. Hasandan Zul, salah seorang pemuda Nagari Lasi.
Tim ini menyisir mulai dari hulu Batang Galodo di bawah Sarasah Batang Pinang melanjurtkan ke Batang Galodo sampai ke batas Nagari Lasi dengan Jorong Sitapuang, Nagari Balai Gurah.
Di samping melakukan penyisiran langsung oleh tim survei dari BWS Sumatera V bersama komponen masyarakat dan Camat Canduang tersebut juga mempergunakan drone sehingga pemetaan jalur sungai sesulit apapun medannya dapat dipantau dan dideteksi langsung, termasuk tingkat dan titik-titik rawan Batang Galodo tersebut.
Tujuan survei untuk pengerukan, pelebaran dan pengedaman (tanggul) dinding Batang Galodo.
Zein Dt. Badindiang Basa mengaku senang karena begitu cepat ditanggapi dari Kementerian PUPR tidak beberapa hari surat permohonan untuk melakuakn pengerukan dan pelebaran ruas Batang Galodo menjadi 6 m x 6 m yang diajukan oleh KSB Marapi terealisasi dengan cepat.
“Meskipun baru sebatas survei tapi ini merupakan tahap awal untuk akurasi data oleh pihak Kementrian PUPR melalui BSW Sumatera V sebagai dasar pengambilan kebijakan kegiatan normalisasi Batang Galodo yang sekarang sedang membawa kerisauan dan kecemasan warga semenjak musim hujan ini,” kata M. Zein Dt. Badindiang Basa, Jumat (2/11/2018).
Sementara itu, Edi Muhardi menyebutkan, semenjak musibah galodo besar pada 1979 hingga tiga kali galodo setelahnya, kondisi kondisi kecuraman tebing Gunung Marapi sebagai hulu dari Batang Galodo semakin tajam.
Sementara Gunung Marapi adalah gunung berapi aktif sehingga tingkat pelapukan batuan dan material gunung cukup tinggi dan gempa pun sering terjadi turut memicu terjadinya keretakan pada material gunung.
“Saat musim hujan dipastikan galodo bisa mengancanm setiap saat. Hal inilah yang menghantui masyarakat Jorong Lasi Mudo di sepanjang DAS Batang Galodo itu. Maka, wajar apabila Nagari Lasi termasuk salah satu wilayah rawan bencana (zona merah), selain tiga kecamatan lainnya di Kabupaten Agam,” kata Edi Muhardi.
Hal inilah yang mendasari permohonan masyarakat kepada Kementerian PUPR untuk mendapatkan bantuan revitalisasi Batang Galodo.
Selain itu sudah sepatutnya pihak instansi terkait menjadikan DAS Batang Galodo ini mendapat perhatian khusus.
“Berkat komunikasi yang intim antara Donny Andri Magek Piliang, sahabat kami dari ANTV dan kabarpolisi.com dalam menyikapi surat permohonan kami tentang revitalisasi Batang Galodo tersebut dengan Bapak Maryadi, Kepala BWS Sumatera V. Alahamdulillah terealisasilah survei ini,” tambahnya.
Sementara itu, M. Syawal, Wali Jorong Lasi Mudo, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada berbagai pihak yang ikut mempercepat respons Kementerian PUPR.
Fauzi. S, Camat Canduang mengatakan, melihat kondisi Batang Galodo yang memang sempit dan dangkal tersebut memang sangat perlu dilakukan pengerukan, pelebaran dan pengedaman tebing sesegera mungkin sebagaimana permohonan KSB Marapi tersebut.
“Setidaknya dapat meminimalisir banyaknya jatuh korban jika terjadi bencana galodo. Kita tidak berharap terjadi bencana. Jika Batang Galodo bisa dinormalisasi maka lahan pertanian ± 75 ha di kanan dan kiri dapat diairi kembali dengan lancar. (SSC/Rel)