
Sastrawan Indonesia Syarifuddin Arifin
Padang, sumbarsatu.com--Sastrawan Indonesia Syarifuddin Arifin yang dua tahun terakhir aktif sebagai "Duta Budaya Satrawan Minang" mengunjungi negara jiran Malaysia guna mempererat silaturahmi dan tali kebudayaan dua negara serumpun ini, "dijemput" Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dia dijemput KPK sebagai salah seorang laskar Puisi Menolak Korupsi (PMK) untuk keperluan pemaparan hasil pikirannya dan strategi memusnahkan korupsi dan koruptor dari jagat Indonesia dalam kegiatan Kelompok Diskusi Terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) yang akan dilaksanakan pada Kamis (14/12/2017) di Kantor Merah Putih KPK, Jakarta.
"Saya akan bentangkan hasil renungan reflektif selama ini terhadap perilaku koruptif petinggi bangsa ini dengan judul tulisan "Membunuh Koruptor (Korupsi) dengan Puisi: Mengelola Puisi sebagai Media Pembelajaran". Ini sinergi antara KPK dengan PMK. Kita harus memperkuat KPK dalam pemberantasan dan pencegahan perilaku korupsi," kata Syarifuddin Arifin, saat bincang-bincang di Lapau Kardi, Taman Budaya Sumatera Barat, Selasa (12/12/2017). Rencananya, ia akan berangkat dari Padang menuju Jakarta, Rabu (13/12/2017) lewat BIM.
Menurut penyair asal ranah Minang kelahiran Jakarta 1 Juni 1956 ini, hasil dari pembahasan Kelompok Diskusi Terpumpun ini menjadi dasar untuk bahan materi ajar pendidikan antokorupsi di tingkat jenjang pendidikan SD, SMP dan SLTA untuk seluruh Indonesia.
"Bahan dan hasil Kelompok Diskusi Terpumpun akan diracik lagi hingga menjadi bahan pembelajaran bagi siswa (SMP/SLTA) se Indonesia. Ini inti dari kegiatan PMK yang lebih konkret," ujar penulis buku kumpulan puisi "Malin Kondang" dan "Galodo Antara Dua Sungai" ini.
Dari informasi yang diperoleh sumbarsatu, selain Syarifuddin Arifin (Padang), ada laskar PMK lainnya yang akan tampil di Kelompok Diskusi Terpumpun, yakni Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Handry TM (Semarang), dan Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya), dan Sosiawan Leak (Solo).
Kerja sama PMK dengan KPK ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu yang disepakati di Kota Pekanbaru. Sebelumnya, PMK pernah melakukan pentas perjalanan dan peluncuran buku puisi antikorupsi di KPK tahun 2013, yang dihadiri sekitar 200 orang lebih di antaranya Taufiq Ismail, Eka Budianto, Dyah Hadaning dan lainnya.
Puisi Menolak Korupsi (PMK) adalah gerakan moral yang dilakukan oleh para penyair Indonesia dalam rangka mengkampanyekan sikap antikorupsi kepada masyarakat melalui penerbitan buku antologi puisi, lomba baca puisi, lomba musikalisasi puisi, pemutaran film-film, diskusi, seminar, orasi budaya, dan pertunjukan seni baca puisi yang semuanya bertemakan antikorupsi.
Gerakan yang dimulai sejak Mei 2013, ini diprakarsai oleh sastrawan Heru Mugiarso dan Sosiawan Leak. Sasaran gerakan ini adalah generasi muda (pelajar, mahasiswa), para pekerja seni, dan masyarakat umum.
"Untuk memperkuat gerakan, di setiap daerah dibentuk koordinator yang bertugas menyelenggarakan rangkaian acara roadshow PMK," kata Sosiawan Leak, Koordinator PMK.
Buku-buku puisi yang sudah diterbitkan oleh Gerakan PMK, antara lain Antologi Puisi Menolak Korupsi (85 penyair, Forum Sastra Surakarta), Antologi Puisi Menolak Korupsi 2a (99 penyair, Forum Sastra Surakarta), Antologi Puisi Menolak Korupsi 2b (98 penyair, Forum Sastra Surakarta) yang terbit pada 2013. Pada 2014, terbit buku Antologi Puisi Menolak Korupsi 3: Pelajar Indonesia Menggugat (286 pelajar, Forum Sastra Surakarta),
Memo untuk Presiden (196 penyair, Forum Sastra Surakarta)
Selain Syarifuddin Arifin, penyair Sumatera Barat yang aktif dalam PMK ini, antara lain Asril Koto, Denni Melizon, Eddi MNS, dan lainnya. (SSC)