Ini Alasan KSNT Gelar 7 Seni Pertunjukan, Final Baca Puisi, dan Pameran

FESTIVAL SENI PEKAN NAN TUMPAH 2017

Kamis, 21/09/2017 08:59 WIB
Semifinal Liga Baca Puisi Kreatif dalam rangkaian Pekan Nan Tumpah

Semifinal Liga Baca Puisi Kreatif dalam rangkaian Pekan Nan Tumpah

Padang, sumbarsatu.com—“Festival Seni Pekan Nan Tumpah” yang dihelat pada 23-29 September 2017 di kawasan Taman Budaya Sumatera Barat oleh Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT), akan menghadirkan 7 seni pertunjukan, pameran rupa, dan final liga baca puisi kreatif.

“Festival seni ini diadakan sebagai bentuk pengaplikasian tata kelola seni  yang ada di tubuh Komunitas Seni Nan Tumpah sehingga antara kerja manajemen artistik dan produksi berimbang. Harapan kita, dengan festival ini, iklim apresiasi penonton kesenian di Sumatera Barat terus tumbuh ke arah yang lebih baik. Selain itu, festival ini merupakan wadah untuk seniman persona dan kelompok yang terus berproses untuk menghadirkan karya terbaiknya kepada publik penonton di Sumatera Barat,” kata Emilia Dwi Cahya, Ketua Pelaksana Pekan Nan Tumpah 2017 kepada sumbarsatu, Kamis (21/9/2017) di Padang.

Kelompok seni pertunjukan yang akan tampil itu ialah Galang Dance Community Padang dan Sherlilab Padang Panjang, untuk seni tari. Untuk pertunjukan teater Komunitas Seni Hitam Putih Padangpanjang, Teater Jengkal Bengkulu, dan Komunitas Seni Nan Tumpah. Sedangkan untuk komposisi musik hadir Sanggar Seni Dayung-Dayung Padang Pariaman dan Kelompok Musik Balega Padang Panjang.

Selain itu, pada Festival Seni Pekan Nan Tumpah” kali ini juga dihadirkan Liga Baca Puisi Kreatif, sebuah kompetisi baca puisi pertunjukan tunggal yang mana babak penyisihannya sudah dimulai sejak bulan Juni 2017.  

“Melengkapi seni pertunjukan dan liga baca puisi kreatif, selama sepekan juga akan ada pameran seni rupa dari Randy Otong,” tambah Emilia.

Pimpinan KSNT, Mahatma Muhammad menambahkan, KSNT akan terus berupaya mengelola Pekan Nan Tumpah menjadi festival yang lebih bermutu dalam setiap penyelenggaraannya.

Menurutnya, urusan festival tidak hanya persoalan kelompok atau sesama persona seniman yang tampil atau diundang saja, tidak hanya soal karya seni yang akan ditampilkan saja, namun juga soal pengelolaan dalam artian yang luas.

“Bagaimana kapasistas orang-orang yang dilibatkan mengelola festival, membangun jaringan penonton, memupuk semangat kerja sama antarlembaga atau organisasi dengan pengelola festival lain, dan proses kurasi, publikasi, dokumentasi atau mengelola arsip, serta bagaimana usaha untuk mengevaluasi penyelenggaraan dari satu penyelenggaraan ke penyelenggaraan berikutnya,” kata sosok sutradara teater ini.

“Perlahan tapi pasti, tim produksi kita sedang berupaya ke arah itu, salah satunya dengan cara melakukan riset kebutuhan penonton di Sumatera Barat, khususnya penonton di kota Padang, karena empat kali penyelenggaraan Pekan Nan Tumpah dilakukan di kota ini,” ujar Mahatma lagi.

Emilia menjelaskan lebih jauh, berkaca dengan pada tiga penyelenggaraan sebelumnya, Festival Seni Pekan Nan Tumpah” mendapat respons yang sangat baik dari pelaku dan pegiat seni budaya di Sumatra Barat yang dibuktikan dengan peningkatan jumlah penonton.

“Komunitas Seni Nan Tumpah bertekad melanjutkan program ini menjadi festival seni dua tahunan yang eksis di Sumatera Barat dan Indonesia,  baik dari tata kelola festival maupun estetika/artistik kelompok/personal yang menampilkan karyanya,” tambahnya.

Festival Seni Pekan Nan Tumpah” merupakan festival seni dua tahunan yang dikelola KSNT. Festival ini lahir dari program kerja jangka panjang anggota KSNT merespons minimnya festival seni yang diadakan dan dikelola oleh sebuah kelompok/komunitas seni di Sumatera Barat. 

“Maka KSNT, sebagai komunitas yang ingin dan terus berupaya membangun iklim penonton baru, didukung oleh kerja manajemen kelompok yang cukup baik, berupaya untuk menjawab sekaligus membantah hal tersebut,” kata Mahatma.

Festival Seni Pekan Nan Tumpah” pertama kali diadakan pada 24- 29 Mei 2011 dengan nama kegiatan Festival Pesta Puisi. Penyelenggaraan perdana Pekan Nan Tumpah 2011 berlangsung di komplek Taman Budaya Sumatera Barat. Festival diisi dengan dua pertunjukan teater, peluncuran dan diskusi buku puisi, peluncuran album musikalisasi puisi serta  lomba baca puisi kreatif. Kegiatan  perdana ini dilakukan juga untuk mengenang sastrawan Sumatera Barat, Hammid Jabbar.

Barulah pada tahun 2013, berganti nama menjadi Festival Seni Pekan Nan Tumpah” dengan menghadirkan 8 kelompok seni selama 4 hari penyelenggaraan.

Festival Seni Pekan Nan Tumpah” 2013 digelar 24-27 Desember di Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat,  dengan menghadirkan 4 (empat) pertunjukan teater, 2 (dua) pertunjukan tari, serta 2 (dua)  pertunjukan musikalisasi puisi dari 8 (delapan) komunitas seni independen dari Sumatera Barat.

Festival Seni Pekan Nan Tumpah” 2013 tampil Komunitas Seni Nan Tumpah, Teater Alam Bengkulu, Sanggar Seni Dayung-dayung, Parewa Dance Company, Teater Wadjah, Fiza Dance Company, dan Kelompok Musikalisasi Puisi  Nan Tumpah Muda. Selain itu, materi kegiatan Pekan Nan Tumpah 2013 juga meliputi Pameran Foto Seni serta peluncuran  serta peluncuran 2 buku naskah drama teaterawan Sumatera Barat, yakni A.Alin De dan Muhammad Ibrahim Ilyas.

Pada Festival Seni Pekan Nan Tumpah” ini berhasil menjaring sedikitnya 1.300 penonton baru seni di Sumatera Barat, yang membeli tiket dari total 1.864 yang tercatat di buku tamu kegiatan Pekan Nan Tumpah 2013.

Yang ketiga pada tahun 2015, Festival Seni Pekan Nan Tumpah” diadakan selama 5 hari dengan menampilkan 6 kelompok seni. Pada tahun 2015, mengedepankan proses berkelanjutan dan belajar dari segala kekurangan 2 festival yang telah diselenggarakan sebelumnya pada 22-26 Desember 2015.

Festival Seni Pekan Nan Tumpah” 2015 menghadirkan 5 pertunjukan dari 6 kelompok/komunitas seni di Sumatera Barat. KSNT mengundang Imaji, Rumah Drama dan Penulisan Kreatif (Padang), Teater Sakata (Padang Panjang), Sanggar Seni Dayung-dayung (Kayutanam), Komunitas Tari Galang (Padang),  serta grup musik orkestra Seruni dari Universitas Negeri Padang.  Tercatat peningkatan penonton yang cukup baik dibanding sebelumnya kurang lebih 2000 penonton selama lima hari penyelenggaraan (SSC)



BACA JUGA