Lubuk Basung, sumbarsatu.com- Penikmat makanan olahan dari ikan segar, kini terpaksa agak menahan diri. Pasalnya, sejak pencemaran perairan Danau Maninjau kian parah, pasokan ikan segar dari Danau Maninjau merosot tajam.
Pasokan ikan air tawar jenis nila, kini jauh berkurang. Bahkan, kalau pun ada, itu berasal dari keramba jala apung (KJA) petani ikan di aliran bandar irigasi, dan dari Kampung Ikan Hulu Banda, dan nila hasil tangkapan pukek nelayan tangkap warga Salingka Danau Maninjau.
“Harganya juga tinggi, sampai Rp30.000/kilo,” ujar salah seorang Pengunjung Pasar Terminal Antokan Lubuk Basung, Wit, Sabtu (3/6/2017).
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermamto, S.Pi, M.Si mengakui, kalau produksi ikan segar daerah itu jauh melorot, dibandingkan sebelum air Danau Maninjau tercemar.
“Produksi ikan air tawar melorot sekitar 50 persen,dari sekitar 70.000 ton/ tahun,” ujarnya.
Ia mengakui, ikan jenis nila masih bisa bertahan hidup bila dilepas di perairan Danau Maninjau. Buktinya, kini nelayan tangkap masih menemukan ikan tersebut. Di pasar rakyat, juga masih banyak ikan nila hasil pukek nelayan Maninjau.
“Ikan masih bisa hidup sampai 10 meter dari permukaan air, karena dengan ke dalam tersebut masih ada oksigen,” ujarnya pula.
Kini, menurut Ermanto, petani ikan sudah mulai mengisi petak KJA mereka. Setiap petak diisi dengan kapasitas 50 persen benih ikan dari biasanya. Kalau biasanya,setiap petak diisi 10.000 ekor benih ikan, kini hanya 5.000 ekor. Ikan tersebut tidak diberi makan, karena air kaya dengan plankton,yang menjadi makanan ikan.
“Sudah sekitar 20 persen KJA yang ada di Danau Maninjau, kembali diisi benih ikan,” ujarnya lagi. (MSM)