Penyair Pemegang MURI Itu Melahirkan "Darah Angin" Bulan Ini

BUKU KETIGA ANTOLOGI PUISI TUNGGAL ADRI SANDRA

Senin, 05/09/2016 18:16 WIB
-

-

seperti gunung yang menyala, api itu menjalar
memasuki tanah dan membakar seluruh akar
“tak ada tunas yang akan tumbuh, hanya abu
gunung itu hanyalah timbunan tanah dan debu!”

dari langit, cucuran air mata yang berasal dari asap
menetesi gunung itu, orang-orang memandang dari jauh
“bukankah itu air dari mata Bundo Kanduang dan Dang Tuangku?
di manakah Anggun Nan Tongga, Gondan Gondoriah
karena kabut amat tebal, hanya setitik bayangan, mungkin Intan Korong
...

Kutipan itu adalah penggalan puisi Adri Sandra berjudul "Hepta, Ai Ti". Puisi itu salah satu yang terhimpun dalam buku Darah Angin, yang akan segera beredar medio September 2016 ini. Darah Angin diterbitkan Kabarita, sebuah penerbit independen di Kota Padang, yang mengutamakan mutu dalam menerbitkan buku. Hal dibuktikan 2 buku yang diterbitkan Kabarita, meraih penghargaan: buku kumpulan puisi Odong-odong Fort de Kock karya Deddy Arsya meraih predikat “Buku Puisi Terbaik Tempo 2013” dan buku puisi Susi karya Gus tf, salah satu "Buku Puisi Pilihan" dalam perayaan Hari Puisi Indonesia 2015.

Darah Angin merupakan buku ketiga kumpulan puisi tunggal Adri Sandra. Sebelumnya, sudah terbit Luka Pisau (2007) dan Cermin Cembung (2012).

"Enam puluh puisi yang terhimpun dalam Darah Angin berbeda dari dua kumpulan puisi saya sebelumnya. Ini lebih kontemplatif. Penuh renungan," kata Adri Sandra, Senin (5/9/2016).

Adri Sandra seorang penyair dan sastrawan Indonesia menetap dan berproses kreatif di ranah kelahirannya di Padang Japang, Guguak, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dia lahir pada 10 Juni 1964.

Sejak 1981 sudah mulai menulis prosa dan puisi. Karya-karyanya diterbitkan di surat kabar antara lain, Haluan, Singgalang, Padang Ekspres, Lampung Post, Penuntun Amal Bhakti, Harmonis, Suara Pembaruan, Pelita, Republika, Media Indonesia, Kompas, Seputar Indonesia, Tempo, Suara Muhammadiyah, Story, Basis, dan majalah Horison.

Capaian lainnya, Adri Sandra merupakan salah seorang penyair yang namanya sudah tiga kali tercatat di MURI sebagai pembuat rekor di bidang sastra. Ia meraih penghargaan dari MURI sebagai "Penulis Buku Syair Terpanjang" dengan judul "Hasan dan Fatimah", yang berisi 1.550 bait, dengan tebal 260 halaman.

Sebelumnya, Adri juga mendapatkan penghargaan dari lembaga yang sama sebagai penulis pantun cerita terpanjang yang berjudul "Di bawah Matahari Langit Badui", yang berisi 1.040 bait dan 4.160 baris, yang ditulisnya dalam tempo 9 bulan.

Ia juga pernah menjadi staf pengajar di INS Kayutanam dan Pesantren Darulfunun el Abbasyiah, Padang Japang, juga menjadi Ketua Komite Sastra dan Teater di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Puisi-puisinya juga terangkum dalam bunga rampai puisi Indonesia, di antaranya Rantak 8, Rumpun, Antologi Puisi Penyair Sumatera Barat 1993, Sahayun, Hawa 29 Penyair, Puisi Dalam Analisis, Antologi Puisi Sumatera Barat 1999, Kuda-Kuda Puisi, Batin, Berlima di Sudut Kampus, Bung Hatta dalam Puisi, Mimbar Penyair Abad 21, Pustaha, Narasi dari Pesisir, Pelabuhan Desember, Cinta Disucikan Kehidupan Dirayakan, Dimensi Kata, Sayong, Gender, Pemintal Ombak, A Bonsai’s Morning, Art and Peace, Batu Beramal 2, Tuah Tara No Ate, Equator, Meretas Karya Anak Bangsa, Singa Ambara Raja dan Burung-burung Utara, Patah Tumbuh Hilang Berganti.

Menurut Gusriyono, Direktur Penerbit Kabarita, penerbitan buku Darah Angin karya Adri Sandra, telah melewati proses dan tahapan yang panjang. "Tim kurator Kabarita merekomendasikan buku ini laik diterbitkan," kata Gusriyono.

"Bagi yang berminat mengoleksi buku ini sudah dapat dipesan sekarang juga. Silakan hubungi bagian pemasaran Kabarita," tambahnya. (SSC)

 

 



BACA JUGA