Hilmar Farid
Jakarta, sumbarsatu.com—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan melantik Direktur Jenderal Kebudayaan yang baru, Hilmar Farid.
“Pak Hilmar memulai sejarah baru menjadi eselon 1 dari non-PNS,” kata Anies pada acara pelantikan di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis, 31 Desember 2015 seperti dilansdir tempo.co.
Dengan latar belakang yang tidak biasa itu, Anies berharap, Hilmar, seorang aktivis dan intelektual, bisa membuat warna baru dalam menjalankan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
“Semoga ada terobosan dan pengembangan kebudayaan Indonesia dengan meneruskan apa yang sudah ada sebelumnya,” kata Anies dalam pidatonya.
Anies mengingatkan Hilmar bisa mempersiapkan berbagai kegiatan kebudayaan Indonesia di tingkat internasional. Menteri Anies berharap, kegiatan internasional nanti bisa menyaingi kesuksesan Frankfurt Book Fair 2015, di mana Indonesia menjadi tamu kehormatan.
Hilmar menggantikan Kacung Marijan yang sudah menjabat posisi itu selama 4,5 tahun terakhir. Hilmar yang masih menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Praxis sejak 2012 ini meraih gelar Ph.D bidang studi kebudayaan dari National University of Singapore. Pria kelahiran Bonn, Jerman, 8 Maret 1968 ini mendapat gelar sarjana sejarah dari Universitas Indonesia.
Hilmar juga pendiri Jaringan Kerja Budaya bersama sejumlah seniman dan aktivis. Selain aktif dalam Inter-Asia Cultural Studies Society, Asian Regional Exchange for New Alternatives (ARENA), ia juga aktif dalam gerakan kemanusiaan di Indonesia dan Timor Leste.
Dalam pemilihan presiden kemarin, Hilmar tergabung dalam organisasi relawan Seknas Jokowi yang menyokong Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Dengan latar belakang yang bukan berasal dari birokrat, Hilmar diharapkan Anies bisa membuat warna baru dalam mengurus Direktorat Jenderal Kebudayaan. “Semoga ada terobosan dan pengembangan kebudayaan Indonesia dengan meneruskan apa yang sudah ada sebelumnya,” kata Anies dalam pidatonya. (SSC)