
Sentra Pasar Batu Akik Bukittinggi
Bukittinggi, sumbarsatu.com—Respons Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, terhadap perkembangan batu akik yang kini tengah booming, pantas diapresiasi. Sementara pemerintah daerah lainnya di Sumbar, hanya kepala-kepala daerahnya saja yang sibuk memanggakkan batu akiknya. Pemko Bukittinggi sudah menyediakan pasar batu akik untuk masyarakat.
Pasar batu akik itu berada di dekat Janjang 40 yang memang sebelumnya sudah dimanfaatkan pengrajin batu akik untuk usaha. Kini Pemko Bukittinggi, Sumatera Barat, membuka akses lebih luas bagi seniman dan pedagang batu akik ini akses yang lebih luas dengan menyediakan pasar batu akik.
Pasar Wisata atau dikenal dengan Pasar Putih, kini dialihfungsikan menjadi pasar batu akik. Pasar batu akik ini menyatukan semua pedagang dan pengrajin batu akik yang selama ini terpencar-pencar. Kendati Kota Bukittinggi bukan penghasil batu alam ini, hadirnya pasar batu akik ini menjadi bermakna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
“Pasar batu akik di Bukittinggi ini mungkin yang pertama hadir di Sumatera Barat. Saya kira ini sangat bagus. Momentum dan booming batu akik ini harus disikapi pemerintah dengan menghadirkan pasar dan sentra batu akik. Sumbar punya material batu alam yang sangat kaya. Pasar batu akik ini sangat pas dengan Kota Bukittinggi sebagai kota wisata,” kata Edison Sutan Kayo (60), salah seorang seniman pengrajin batu akik saat bincang-bincang dengan sumbarsatu.com, Rabu (18/2/2015) di Pasar Batu Akik Bukittinggi.
Edison mengatakan, hadirnya pasar batu akik sebagai sentra kerajinan rakyat disambut baik pelaku usaha batu akik.
“Selama ini kita tersebar di mana-mana. Sekarang sudah terpusat. Jadi pengunjung yang ingin beli cindera mata batu akik dari Sumbar, tak sulit lagi. Semua ada di sini (pasar batu akik),” kata kakek bercucu 3 ini yang sudah hampir 30 tahun menggeluti profesi pengrajin batu akik ini.
Dari pantauan sumbarsatu.com, pengelola pasar batu akik ini tampaknya sudah menyiapkan pasar ini dengan serius. Terlihat ada pengelompokan pedagang sesuai dengan apa yang diperdagangkan. Ada tiga bagian jenis pengelompokan di pasar batu akik yang belum lama dijalankan ini.
Kelompok pedagang yang dibagi itu adalah bagian penerima jasa asah batu akik, pedagang yang menjual barang jadi, serta pedagang yang khusus menjual batu bongkahan atau material.
“Pembagian klasifikasi ini memudahkan kita untuk berbelanja. Dan tampak tertib,” kata Ujang Baron, penggemar batu akik yang datang dari Payakumbuh khusus mencari batu red raflesia. Mengapa red raflesia? “Batu ini sedang dilirik para penggila batu,” katanya.
Fasilitas umum di Pasar Batu Akik Bukittinggi, berupa toilet, memang belum maksimal tersedia. Selain ini, beberapa sudut lorong masih tampak buram karena belum ada penerangnya. Cat dinding sudah buram.
“Semua ini perlu pembenahan. Kita akan selesaikan satu-satu. Sekarang target kita dikenal masyarakat dan pedagang. Bagi pedangan, kita belum pungut retribusi,” kata Yasril Yanius, Kepala Bidang Pasar Atas Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi.
Menurutnya, hadirnya pasar batu akik itu menghidupkan kembali pasar ini. Sebelumnya hanya ramai di bagian pakaian seken. Kini, puluhan pedagang dan pengrajin batu akik sudah memanfaatkan hampir 80 persen jumlah los yang tersedia. (SSC)