Dinas Kebudayaan Sumbar Rayakan Sastra Lewat Festival Marah Roesli 2025

Minggu, 14/12/2025 15:05 WIB
-

-

Padang, sumbarsatu.com — Dinas Kebudayaan Sumatra Barat melalui UPT Taman Budaya Sumatra Barat menggelar Festival Sastra Marah Roesli selama empat hari, Rabu–Sabtu, 17–20 Desember 2025. Kegiatan ini dipusatkan di Gedung Kebudayaan Sumatra Barat dan dengan moto  “Negeri (dan) Ironi.”

Festival Sastra Marah Roesli menghadirkan beragam agenda, di antaranya Seminar Sastra Nasional, Pameran Seni Rupa, peluncuran dan diskusi novel serta cerpen, lomba baca puisi, lokakarya penulisan sastra, pemutaran film, hingga pertunjukan seni di kawasan Kota Tua Padang.

“Sebagai putra Minangkabau dan pelopor novel modern Indonesia, Marah Roesli patut kita apresiasi. Festival ini menjadi upaya memperkenalkan kembali pemikiran dan karya beliau kepada generasi muda,” kata Jefrinal Arifin, Minggu (14/12/2025).

Menurutnya, gagasan-gagasan kritis dalam novel Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai masih relevan untuk dibaca dalam konteks kekinian, terutama dalam memahami relasi adat, kekuasaan, dan perubahan sosial. Ia berharap festival ini dapat menginspirasi penulis sastra di Sumatra Barat.

Jefrinal menegaskan, Festival Sastra Marah Roesli bukan sekadar perayaan sastra, melainkan penegasan peran sastra sebagai “suara zaman” yang merekam realitas sosial, budaya, hingga persoalan ekologis.

“Melalui karya sastra, ironi kehidupan direspons secara kritis, mulai dari kolonialisme pada masa Marah Roesli hingga kompleksitas persoalan negeri hari ini,” ujar Jefrinal.

Ia juga menyebut Sumatra Barat memiliki warisan sastra yang kuat dengan lahirnya sastrawan besar seperti Marah Roesli, Abdul Muis, Hamka, Chairil Anwar, A.A. Navis, hingga Wisran Hadi. Karena itu, Padang dinilai layak menjadi tuan rumah festival sastra berskala besar yang menjembatani sastra klasik Minangkabau dengan tantangan kontemporer.

Sementara itu, Kepala Taman Budaya Sumatra Barat, M. Devid, mengatakan Festival Sastra Marah Roesli 2025 dirancang untuk tujuan strategis, mulai dari mengenalkan kembali Marah Roesli sebagai pelopor roman modern Indonesia, membina pelaku seni sastra lokal, hingga meningkatkan kapasitas penulis muda Sumatra Barat.

“Festival ini juga bertujuan menguatkan ekosistem sastra melalui kerja sama antara sastrawan, akademisi, penerbit, dan komunitas,” ujar Devid.

Ia menambahkan, Taman Budaya Sumatra Barat siap menjadi ruang aktualisasi tradisi lisan seperti kaba, dendang, dan pantun, serta warisan sastra tulis Minangkabau. Pelaksanaan festival dilakukan secara sistematis dan kolaboratif agar berdampak nyata bagi penguatan literasi dan kebudayaan.

Ketua Pelaksana Festival Sastra Marah Roesli, Ade F. Dira, menjelaskan seminar sastra menjadi agenda utama festival. Seminar bertema “Sastra sebagai Suara Zaman: Negeri dan Ironi” digelar pada Rabu, 17 Desember 2025, di Gedung Kebudayaan Sumatra Barat.

Seminar menghadirkan pembicara Sudarmoko (akademisi), Raudal Tanjung Banua (sastrawan), dan Sasti Gotama (sastrawan), dengan moderator Dadi Satria.

“Seminar ini menjadi ruang dialog bagi pelaku, peneliti, dan pencinta sastra untuk menumbuhkan tradisi berpikir kritis dan apresiasi sastra,” kata Ade.

Selain seminar, pameran West Sumatera Visual Art Exhibitions (WESVAE) bertajuk Hulu digelar pada 16–30 Desember 2025 di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat. Pameran yang dikuratori Iswandi Bagindo Parpatih dan Dio Pamola ini diikuti 38 perupa dari berbagai daerah di Indonesia.

Agenda lainnya meliputi diskusi dan bedah buku antologi cerpen Warung Nasi di Depan Masjid, kumpulan cerpen pemenang Lomba Menulis Cerpen “Negeri (dan) Ironi” yang digelar Juli–Agustus 2025. Diskusi buku ini berlangsung Kamis, 18 Desember 2025, dengan pembedah Elly Delfia dan Ilhamdi Putra.

Rangkaian festival menghadirkan peluncuran dan diskusi novel Leiden: 1920–2020 karya Hasbunallah Harris pada Sabtu, 20 Desember 2025, di kawasan Kota Tua Padang. Novel peraih Juara II Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2023 ini dibahas oleh Muhammad Fadli dengan pemandu Syuhendri.ssc/mn



BACA JUGA