Ukhuwah: Jalan Menuju Kedamaian Sosial

Sabtu, 04/10/2025 08:50 WIB

OLEH Zulkarnaini Diran (Pendidik)

DUNIA komunikasi akhir-akhir ini dilanda perilaku menyimpang. Perilaku itu tergambar dalam ungkapan mencaci, memaki, menghina, melecehkan, dan sejenisnya. Kata-kata dengan konotasi seperti itu muncul bertubi-tubi setiap saat dalam berbagai platform media sosial.

Jika kata-kata seperti itu tidak ditemukan, mungkin hanya terdapat pada media resmi formal. Sementara di media sosial, penggunaan kata dan konotasi semacam itu menghiasi hampir setiap hari dalam berbagai dimensi kehidupan.

Masyarakat yang terlibat dalam komunikasi seolah-olah telah “membudayakan” kata-kata yang tidak sedap dan tidak nyaman tersebut. Hal ini sangat memprihatinkan. Salah satu penyebabnya adalah semakin “renggangnya ukhuwah” dalam kehidupan.

Ukhuwah adalah ikatan persaudaraan yang didasari oleh rasa cinta, kasih sayang, dan kepedulian antarsesama. Ikatan ini melampaui batas-batas fisik dan materi. Kata ukhuwah sendiri berasal dari bahasa Arab akhun (saudara) yang menggambarkan hubungan dekat, akrab, dan saling menguatkan.

Dalam Islam, ukhuwah merupakan ajaran fundamental yang bertujuan menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera. Konsep ini menekankan persamaan hakikat dan tanggung jawab bersama sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.

Manfaat ukhuwah sangat luas, baik bagi individu maupun masyarakat. Secara individu, ukhuwah yang kuat akan mendatangkan ketenangan hati, rasa aman, serta manisnya iman, sebagaimana dicontohkan dalam hadis. Secara sosial, ukhuwah berfungsi sebagai perekat sosial yang memperkokoh kekuatan dan persatuan umat maupun bangsa.

Ia menumbuhkan sikap tolong-menolong (ta’awun), saling memaafkan, menghindari prasangka buruk, dan menjauhkan diri dari perpecahan. Dengan ukhuwah, perbedaan yang ada tidak akan menjadi sumber konflik, melainkan menjadi mozaik keindahan dalam kehidupan bersama.

Dalil ukhuwah dalam Al-Qur’an dan hadis menekankan pentingnya persatuan dan larangan berpecah belah. Landasan ukhuwah adalah anjuran untuk menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Salah satu dalil yang kuat adalah sabda Rasulullah ﷺ: “Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” Hadis ini menjadi dasar filosofis bahwa seluruh umat manusia pada dasarnya adalah bersaudara dalam ikatan penciptaan dan penghambaan kepada Allah Swt.

Al-Qur’an juga menegaskan larangan perpecahan dan perintah untuk berpegang teguh pada tali agama Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surah Ali Imran ayat 103: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”

Ada tiga macam ukhuwah yang diungkapkan para pakar, terutama ulama, yaitu ukhuwah Islamiah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniah (ukhuwah basyariyah). Mengenal, memahami, menghayati, mengapresiasi, dan menerapkan ketiga konsep ukhuwah ini dapat menjadi penangkal atau setidaknya mengurangi frekuensi perilaku komunikasi yang saling menghina, menghujat, dan merendahkan.

Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan yang terjalin khusus antara sesama orang beriman (Muslim), diikat oleh kesamaan akidah kepada Allah Swt. Konsep ini melampaui batas keturunan, suku, ras, bahkan negara. Ukhuwah Islamiah menuntut ikatan batin dan spiritual yang kokoh; seorang Muslim harus mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Fondasinya adalah iman, menjadikannya ikatan yang paling kuat dan abadi.

Dalil pendukung ukhuwah Islamiah terdapat dalam Surah Al-Hujurat ayat 10: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” Hadis Nabi juga menegaskan: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur.”

Penerapan ukhuwah Islamiah tampak dalam kehidupan ritual maupun sosial. Dalam ibadah, misalnya, melalui salat berjamaah di masjid yang mempertemukan umat Islam dan menyatukan hati.

Dalam sosial, ukhuwah Islamiah diwujudkan dengan saling menolong dalam kebaikan, menjauhi ghibah (menggunjing), menjaga kehormatan serta harta sesama Muslim, dan peduli terhadap kesulitan yang dialami saudara seiman.

Ukhuwah Wathaniyah adalah persaudaraan sebangsa dan setanah air, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau ras. Konsep ini mengakui bahwa meskipun keyakinan berbeda, seluruh warga negara memiliki tanggung jawab menjaga keutuhan, kedaulatan, dan kemakmuran bangsa.

Dalil ukhuwah wathaniyah memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an maupun hadis, tetapi didukung oleh prinsip ajaran Islam tentang keadilan, perdamaian, dan persatuan dalam masyarakat majemuk. Para ulama, seperti KH. Achmad Shiddiq, merumuskan konsep ini dengan merujuk pada semangat Piagam Madinah.

Dalil yang mendasarinya antara lain Surah Al-Mumtahanah ayat 8: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu.”

Penerapannya diwujudkan dengan menjaga persatuan bangsa, menjunjung hukum dan ideologi negara (seperti Pancasila di Indonesia), serta toleransi antarsuku dan antaragama.

Dalam praktik, hal ini berarti berpartisipasi aktif dalam pembangunan, menghindari konflik SARA, serta segera mengupayakan perdamaian bila terjadi pertikaian yang mengganggu kepentingan umum.

Ukhuwah Insaniah (Basyariyah) adalah persaudaraan universal berdasarkan kesamaan asal usul manusia sebagai keturunan Nabi Adam. Konsep ini menegaskan bahwa semua manusia memiliki kemuliaan yang sama (karamah insaniyah), melampaui batas agama maupun negara.

Dalilnya terdapat dalam Surah Al-Hujurat ayat 13: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Hadis Nabi juga menyebutkan: “Kalian semua adalah keturunan Adam, dan Adam dari tanah.”

Penerapan ukhuwah insaniah tampak dalam sikap toleransi universal, menghormati hak asasi manusia, bersikap adil kepada siapa pun, serta membantu yang membutuhkan tanpa memandang latar belakang. Inilah wujud rahmatan lil-‘alamin yang terealisasi dalam dialog antaragama, kerja sama kemanusiaan, serta sikap menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain.

Jika ketiga ukhuwah ini dikenali, dipahami, dihayati, diapresiasi, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, insyaallah akan lahir kedamaian batin secara internal dan kedamaian sosial secara eksternal. Intinya, bila ukhuwah telah menghunjam di qalbu, insyaallah doa kita akan terkabul: “Berbahagia di dunia dan berbahagia di akhirat.” Semoga.

Manna, Bengkulu Selatan, 27 September 2025



BACA JUGA