
Mordovia, Rusia, sumbarsatu.com – Di tengah hutan lebat Rusia tengah, lebih dari 500 kilometer dari perbatasan Ukraina, berdiri Koloni Hukuman No. 10 — sebuah fasilitas penahanan yang nyaris tak terdengar namanya hingga beberapa tahun terakhir.
Namun, bagi para mantan tawanan perang Ukraina yang pernah mendekam di dalamnya, nama penjara itu menyimpan trauma mendalam yang membekas seumur hidup. Dan di antara bayang-bayang kekerasan yang mereka alami, satu nama terus disebut: Dr. Evil.
Julukan itu bukan berasal dari film. Ini adalah sebutan nyata yang diberikan para tahanan kepada seorang dokter yang bekerja di Koloni Hukuman No. 10 — seseorang yang bukan menyembuhkan, tetapi justru dikaitkan dengan penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi.
Menurut data yang dihimpun otoritas Ukraina, sekitar 8.000 tawanan perang dan warga sipil Ukraina kini ditahan di Rusia, sebagian besar di fasilitas penahanan seperti Koloni No. 10, warisan dari sistem gulag era Soviet. Ribuan telah kembali melalui proses pertukaran, dan membawa serta kesaksian pilu tentang perlakuan buruk, penyiksaan, serta kondisi hidup yang tidak layak.
Menelusuri Lubang Hitam di Tengah Rusia
Olya Ivleva, seorang jurnalis investigasi dari unit Skhemy (Schemes) RFE/RL Ukraina, memilih untuk menggali lebih dalam Koloni No. 10 — fasilitas yang sangat sedikit diketahui dunia luar.
“Mantan tawanan perang mengatakan hal-hal yang sangat mengerikan terjadi di sana,” ujar Ivleva kepada OCCRP Weekly.
Pada April 2025, ia memperoleh daftar mantan tahanan yang pernah ditahan di fasilitas tersebut. Dari 177 orang yang dihubungi, 50 bersedia memberikan kesaksian, meskipun banyak yang masih dihantui rasa takut dan trauma. Bahkan, karena terlalu banyak mengirim pesan melalui Telegram, akunnya sempat diblokir karena diduga sebagai spammer.
Para narasumber menggambarkan situasi yang konsisten: penyiksaan sistematis, perlakuan brutal, dan rasa kehilangan identitas yang mendalam.
“Ingatan mereka rapuh. Mereka dipakaikan kantong di kepala, mereka tak selalu mengingat visualnya, tapi mereka mengingat suara-suara…,” jelas Ivleva. “Menanyakan kembali detail itu menyakitkan bagi mereka, dan saya harus sangat berhati-hati agar tak membuka kembali luka lama.”
Metode Verifikasi yang Melelahkan
Keterbatasan akses membuat investigasi menjadi tantangan tersendiri. Penjara tertutup bagi pengamat luar, sehingga Ivleva dan timnya harus mengandalkan kesaksian dan dokumen pendukung seperti laporan forensik, catatan administrasi penjara, hingga unggahan media sosial dari staf penjara.
Mereka menyusun kronologi berdasarkan narasi mantan tahanan, mencocokkannya dengan data publik, dan bahkan meminta foto para narasumber sebelum dan sesudah penahanan — yang memperlihatkan dampak fisik luar biasa akibat perlakuan kejam di penjara.
Proses verifikasi dilakukan berulang kali. Pertanyaan diajukan lebih dari satu kali kepada narasumber berbeda, untuk memeriksa konsistensi jawaban. Namun, proses ini memerlukan empati dan kehati-hatian, karena trauma dapat muncul kembali sewaktu-waktu.
“Beberapa dari mereka tidak sanggup berbicara sama sekali. Ada juga yang hanya bisa menjawab satu pertanyaan, lalu diam selama berminggu-minggu,” kenang Ivleva.
Siapa Dr. Evil?
Dari semua kesaksian, satu nama terus muncul: Ilya Sorokin, seorang dokter penjara yang oleh para mantan tahanan dikenal dengan julukan “Dr. Evil”. Tidak hanya karena sikapnya yang dingin dan tidak manusiawi, tapi juga karena keterlibatannya langsung dalam berbagai bentuk penganiayaan.
“Saya terkejut. Seorang dokter — seseorang yang seharusnya menyembuhkan — justru menjadi sumber ketakutan. Begitu banyak orang yang rusak karena satu orang ini,” kata Ivleva.
Para korban menggambarkan Sorokin sebagai sosok yang tidak hanya mengabaikan keluhan medis, tapi juga kerap hadir saat penyiksaan berlangsung. Bahkan, ada yang menyebut ia turut "mengarahkan" metode kekerasan, memastikan para tahanan tidak mati, tetapi cukup tersiksa untuk tunduk.
Lubang Hitam Bernama Koloni Hukuman Rusia
Koloni hukuman seperti No. 10 adalah wilayah tanpa cahaya, tempat orang-orang bisa menghilang tanpa jejak. Tidak ada akses, tidak ada transparansi. Rusia telah lama menutup rapat pintu ke fasilitas-fasilitas ini bagi pengamat independen, dan laporan pelanggaran HAM kerap disangkal.
“Koloni hukuman Rusia adalah lubang hitam,” ujar Ivleva. “Orang-orang bisa menghilang begitu saja. Saya harap dunia mengingat orang-orang ini, agar mereka punya kesempatan untuk dibebaskan.”
Kini, hasil investigasi Ivleva tengah digunakan oleh kelompok HAM internasional untuk mendorong penyelidikan lebih lanjut dan mendesak tekanan diplomatik terhadap Rusia.
Bagi para mantan tahanan, luka mereka mungkin tak akan pernah sembuh sepenuhnya. Namun, dengan keberanian mereka berbicara, dan dengan kerja jurnalistik yang ulet dan berani, satu demi satu bayang-bayang gelap yang menyelimuti koloni-koloni hukuman Rusia mulai terkuak. ssc/mn
Sumber: https://www.occrp.org/en