Talk Show Indonesian AID di Universitas Andalas: Perkuat Diplomasi, Dorong Ekonomi

Rabu, 28/05/2025 10:46 WIB

Padang, sumbarsatu.com— Departemen Ilmu Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Andalas bekerja sama dengan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian AID, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sukses menggelar talk show bertajuk “Indonesian AID: Mempererat Diplomasi, Memperkuat Ekonomi” pada Selasa, 27 Mei 2025.

Acara ini berlangsung di Ruang Seminar Gedung I FISIP Universitas Andalas, dan menjadi bagian dari penjajakan kerja sama strategis antara Universitas Andalas dan Indonesian AID.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I FISIP, Dr. Tengku Rika Valentina, dan dilanjutkan dengan keynote speech dari Direktur Keuangan Indonesian AID, Vigo Widjanarko, MM.

Vigo menekankan pentingnya peran Indonesian AID dalam memperkuat posisi dan kepentingan Indonesia di kancah internasional, terutama sebagai aktor pembangunan global.

Talk show ini dimoderatori oleh Denny Yarmawati, MA, dosen Departemen HI FISIP Unand, dan menghadirkan dua narasumber utama: Azhar Basyir dari Indonesian AID, serta Apriwan, MA, PhD, Ketua Departemen HI FISIP Unand.

Lebih dari 200 peserta, baik dari lingkungan Universitas Andalas maupun institusi lain, mengikuti diskusi ini dengan antusias. Pembahasan berlangsung menarik karena menggabungkan perspektif praktis dan akademik tentang peran Indonesia sebagai donor dalam kerja sama pembangunan internasional.

Azhar Basyir menguraikan sejarah, mandat, dan mekanisme kerja Indonesian AID dalam menyalurkan hibah pembangunan ke negara-negara berkembang, khususnya di kawasan Pasifik. Program hibah tersebut, menurutnya, tak hanya memperkuat hubungan diplomatik, tetapi juga membuka peluang ekonomi strategis bagi Indonesia.

Selain itu, hibah turut mendukung agenda kemanusiaan, kesehatan, beasiswa, pelatihan kerja, dan penguatan sektor pendidikan di negara-negara mitra.

Sementara itu, Apriwan menyoroti dinamika geopolitik pembangunan internasional dari perspektif akademik. Ia menjelaskan bahwa Indonesia sebagai emerging donor tengah menavigasi peran baru: dari penerima menjadi pemberi bantuan.

Perubahan ini menuntut keseimbangan antara kepentingan normatif — seperti kontribusi pada perdamaian dunia — dan kepentingan pragmatis seperti diplomasi ekonomi.

Ia juga menekankan tantangan polarisasi global antara negara maju (Global North) dan negara berkembang (Global South), serta perbedaan pendekatan pembangunan antara negara donor tradisional yang tergabung dalam OECD dan donor baru dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan.

Talk show ini ditutup dengan optimisme terhadap potensi kerja sama lanjutan antara Indonesian AID dan Universitas Andalas. Keberadaan Indonesian AID dinilai sebagai instrumen penting bagi Indonesia sebagai emerging power atau middle power dalam memperkuat diplomasi, memperluas pengaruh internasional, dan mendorong pembangunan global yang lebih inklusif. ssc/rel



BACA JUGA