Festival “Main Kota, Tradisi dalam Beton” di PDIKM Padang Panjang

Rabu, 21/05/2025 16:31 WIB

Padang Panjang, sumbarsatu.com—Di tengah gempuran digitalisasi dan ritme kehidupan urban yang semakin cepat, mahasiswa Pascasarjana ISI Padang Panjang angkatan 2024 menggagas sebuah ruang alternatif untuk merayakan kembali nilai-nilai kebersamaan, budaya, dan kemanusiaan lewat festival bertajuk “Main Kota: Tradisi dalam Beton”.

Festival ini akan diselenggarakan pada 19 Juni 2025 di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Padang Panjang, menghadirkan beragam permainan tradisional seperti bakiak, cak-bur, engklek, dan bentengan.

Lebih dari sekadar nostalgia, kegiatan ini menjadi ruang interaktif lintas usia yang menghubungkan kembali masyarakat dengan akar budayanya di tengah lanskap kota yang serba digital dan instan.

“Permainan tradisional bukan hanya hiburan masa kecil, tapi juga alat pendidikan sosial dan emosional yang sangat kuat. Di era ketika anak-anak lebih akrab dengan gawai daripada tanah lapang, kami ingin menghadirkan ruang untuk bermain kembali secara nyata, fisik, dan bermakna,” ujar Sarmarita Rahmadhani, Koordinator Desain dan Publikasi festival ini dalam relis yang diterima sumbarsatu, Rabu (21/5/2025).

Festival ini mengusung tema “Bermain Kembali, Menemukan Kemanusiaan dalam Kehidupan Urban” dan dirancang secara artistik sebagai kampung bermain temporer.

Tidak hanya diisi oleh perlombaan permainan tradisional, pengunjung juga akan disuguhkan pertunjukan seni, musik akustik, instalasi interaktif seperti “Dinding Pesan Masa Kecil,” dan eksperimen sosial yang mengajak pengunjung bermain secara spontan.

Salah satu daya tarik utama festival adalah keterlibatan siswa-siswi sekolah dasar sebagai peserta utama lomba, sekaligus upaya konkret untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya lokal pada generasi muda. Namun kegiatan ini terbuka luas untuk masyarakat umum, komunitas seni, dan pemerhati budaya.

Pemilihan PDIKM sebagai lokasi pun bukan tanpa alasan. Tempat ini dipandang sebagai titik temu antara nilai sejarah budaya Minangkabau dan dinamika modernitas kota.

Dengan dukungan berbagai pihak termasuk Pemerintah Kota Padang Panjang, Dinas Kebudayaan, dan komunitas lokal, festival ini diharapkan menjadi momentum kebudayaan yang membumi, inklusif, dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Festival “Main Kota: Tradisi dalam Beton” mengingatkan kita bahwa di balik modernitas dan layar digital, manusia tetap merindukan sesuatu yang sederhana: tertawa bersama, berlari di tanah, dan merasakan kembali hangatnya interaksi yang nyata. ssc/rel



BACA JUGA