Empat Koreografi Sublimatif “Diurak” Malam Ini dalam KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek

Senin, 28/04/2025 12:05 WIB
Pementasan Komunitas Parewa Limo Suku dalam kABA Festival X 2025

Pementasan Komunitas Parewa Limo Suku dalam kABA Festival X 2025

Padang, sumbarsatu.com—Malam ini, Senin 28 April 2025, KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek sebagai malam pamungkas, malam terakhir gelaran pertunjukan seni kontemporer yang sudah dimulai sejak 25 April di Gedung Manti Minuik Ladang Tari Nan Jombang, Padang.   

Menurut Angga Mefri, Direktur Festival, malam ini akan tampil 4 nomor koreografi pertunjukan seni dari seniman-seniman dari luar Sumatera Barat. Keempatnya adalah Mila Rosinta dari Yogyakarta, Razan Wirjosandjojo (Solo), Muhd Sharul  Mohd dari Singapura, dan Rianto dari Jepang-Banyumas.

“Malam ini, pertunjukan penutup dari KABA Festival X Nan Maurak Alek sebagai pamungkas dari rangkaian pertunjukan seni kontemporer yang sudah dimulai sejak 25 April lalu. Sudah tujuh kelompok seni mementaskan karyanya. Semua mendapat apresiasi dan respons positif dari penonton dan pencinta seni,” kata Angga Mefri, Senin (28/4/2025).

KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek  merupakan perhelatan besar seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi dipusatkan di Gedung Manti Minuik Ladang Nan Jombang, Padang, sejak 25-28 April 2025.    

Menurut Ery Mefri, KABA Festival X 2025 tak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga momentum refleksi budaya yang menghubungkan tradisi dan modernitas dalam satu bingkai yang harmonis.

KABA Festival X Nan Maurak Alek menampilkan kolosal Gandang Tambua Tansa dan pementasan tari Asok Dari Tungku karya Ery Mefri dari Nan Jombang, Parewa Limo Suku Padang, Kelompok Prokontra, Padang Panjang, Grup Tambua Sabariyah  Maninjau, Komunitas Seni Gaung  Ganto, Padang, Rio Mefri dari Padang, Old Track Teater, Padang, Mila  Rosinta dari Yogyakarta, Muhd Sharul  Mohd dari Singapura, Razan Wirjosandjojo,Solo, dan Rianto dari Banyumas.

 KABA Festival, sebuah iven seni pertunjukan di Padang yang digelar secara rutin sekali setahun semenjak 2014 oleh Nan Jombang Dance Company, dipilih untuk menjalankan program strategis kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dengan memanfaatkan Dana Indonesiana-LPDP tahun 2024. Ada 12 grup atau kelompok di Indonesia yang terpilih dalam program serupa.

Rangkaian KABA Festival X yang sudah dilaksanakan dengan sukses adalah Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema “Program Strategis Nan Jombang Dance Company Lima Tahun ke Depan”,  pada Selasa 28 Januari 2025, lalu Kamis, 30 Januari 2025, juga Diskusi Kelompok Terpumpun tentang “Program Strategus KABA Festival 5 Tahun ke Depan” yang keduanya dilaksanakan di Hotel Daima Padang.

Selanjutnya, pada Minggu-Senin, 16-17 Februari 2025 dilaksanajan workshop Pengelolaan Arsip Nan Jombang Dance Company. Sedang Rabu, Kamis dan Jumat, 19-21 Februari 2025 akan lokakarya Penulisan Apresiasi Seni Pertunjukan, yang juga dilaksanakan di Hotel Daima Padang.

Pertunjukan seni tradisi KABA Festival X Nan Balega sukses menampilkan 15 kekayaan seni-seni tradisi dari Sumatera Barat (kota dan kabupaten) dilaksanakan selama 4 hari, Rabu- Sabtu, 9-12 April 2025 di kawasan Taman Budaya.

Lalu, setelah KABA Festival X Nan Maurak Alek ini, pada 14 Mei 2025 dilaksanakan dua sesi seminar: pertama seminar seni pertunjukan bertema “Posisi Seni Pertunjukan dalam Spektrum Perubahan Kebudayaan Saat Ini dan Akan Datang” dan seni kedua” Menelisik Perubahan Sosial di Sumatera Barat Melalui Seni Pertunjukan” yang digelar di digelar Universitas Negeri Padang.

Penutup festival, digelar bedah buku “Salam Tubuh Bumi: Perjalanan 40 Tahun Karya Ery Mefri” yang ditulis jurnalis Hendra Makmur. Selain itu, juga diluncurkan buku “Retrospeksi KABA Fertival”. Berikut lebih jauh tentang keempat penampil malam ini.

  1. Mila Rosinta Totoatmojo

Dalam KABA Festival X Nan Maurak Alek 2025, Mila menampilkan koreografinya berjudul Mother. Karya ini merupakan ekspresi kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Ia menggambarkan proses dari mengandung, melahirkan, hadirnya kendi sebagai simbol rahim ibu yang melindungi kehidupan di dalamnya, hingga luapan keegoisan dalam diri ibu yang sewaktu-waktu muncul, namun dapat sirna karena kasih sayangnya terhadap sang anak.

Ibu adalah rumah bagi anak-anaknya; pelukan, gendongan, dan kecupan menjadi ruang ternyaman bagi mereka. Bagi seorang ibu, anak adalah sumber kekuatan untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik demi kebahagiaan anaknya. Kasih sayang seorang ibu hadir tanpa mengharapkan balas jasa.

Engkau hadir di bumi sebagai kebahagiaan dan membawa pembelajaran tentang arti sesungguhnya dari cinta. Seorang ibu mengajarkan cinta tanpa syarat, sementara seorang anak mengajarkan harapan serta makna baru dalam setiap langkah kehidupan.

Mila sosok perempuan kelahiran Jakarta ini menyelesaikan pascasarjana di ISI Yogyakarta pada 2013 sudah melahirkan puluhan karya tari dan terlibat aktif dalam pelbagai festival di Tanah Air.

  1. Rianto

Rianto menampilkan koreografi Sastra Jiwangga untuk KABA Festival X Nan Maurak Alek, yang merupakan bagian dari karya Medium–SoftMachine Rianto The Journey of “Body from Java” dengan musisi sekaligus penampil, Cahwati.

Rianto adalah seorang spesialis dalam bentuk tari Lengger dari Jawa Tengah, sebuah bentuk tari lintas gender yang berasal dari Banyumas. Dalam karya sebelumnya, Medium, Rianto mengingat kembali istilah Lengger yang berasal dari elinga ngger, yang berarti “nasihat untuk waspada, untuk mengingat”.

Setelah kesuksesan karya sebelumnya berjudul SoftMachine, Rianto kembali ke kampung halamannya dan mempererat hubungannya dengan para maestro Lengger. Ia berjuang tidak hanya untuk kelangsungan bentuk tari ini, tetapi terutama untuk mempertahankan ruang yang melampaui oposisi biner. Sebuah ruang di antara kelelakian dan kewanitaan, antara adat istiadat dan prinsip-prinsip agama, antara kendali sadar dan kondisi trance.

Medium adalah seruan universal Rianto untuk kebebasan, untuk melepaskan diri dari dogma dan merangkul kontradiksi, misteri, serta keberagaman berlapis yang menjadi inti tradisi Jawa.

Karya ini merupakan serangkaian studi tentang hubungan antara tubuh religius, tubuh sosial, tubuh politik, dan tubuh tradisionalnya. Bahasa gerak virtuoso Rianto dipadukan dengan vokal langsung yang kuat serta iringan perkusi oleh Cahwati, yang juga berasal dari Banyumas.

Bersama-sama, mereka mengungkap hubungan antara gerak dan bunyi yang menjadi inti dari tradisi Lengger.

Rianto adalah salah satu seniman tari Indonesia yang sedang naik daun, bekerja sama dengan berbagai kolaborator internasional dan membagikan kosakata tari uniknya ke seluruh dunia. Medium adalah karya paling personalnya, mewujudkan keluwesan praktik sekaligus filosofi hidupnya.

3. Razan Wirjosandjojo 

Dalam KABA Festival X Nan Maurak Alek Razan Wirjosandjojo menyajikan karya koreografinya berjudul Soft Squares. Soft Squares mengeksplorasi konsep keteraturan halus melalui metafora segiempat. Dengan memaknai geometri segiempat sebagai simbol keteraturan manusia, karya ini menelusuri evolusi pola segiempat—yang dahulu kaku dan nyata—menjadi struktur yang kini lembut dan tak kasat mata.

Sejarah panjang mengenai bingkai, batas, dan sistem yang dibentuk oleh segiempat membawa kita pada realitas hari ini, di mana keteraturan hadir sebagai jaringan halus yang secara bawah sadar mengarahkan keputusan kita, bagaikan piksel-piksel mikroskopis.

Melalui sebuah pertunjukan yang mengolah aksi, gerak, objek, dan bunyi, saya menghadirkan segiempat sebagai metafora atas ingatan manusia tentang keteraturan. Dari kendali yang tampak kaku hingga pengaruh yang meresap secara halus, karya ini menyoroti bagaimana sistem keteraturan menekan sekaligus membentuk dunia kita hari ini.

Razan Wirjosandjojo adalah seniman yang saat ini tinggal di Solo, Indonesia. Ia menyelesaikan studi di Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sejak 2018, Razan belajar langsung dengan Melati Suryodarmo dan kini aktif sebagai anggota sekaligus staf di Studio Plesungan.

Berlatar belakang tari, karyanya memperluas perspektif dalam melihat tubuh sebagai sumber ide sekaligus wahana, yang kemudian dikembangkan dalam bentuk seni pertunjukan, seni performans, film, dan fotografi.

4. Muhd Sharul Mohd

Muhd Sharul Mohd membawakan karya berjudul Memento Mori: Apa yang Tertinggal. 

Tari ini mengisahkan tentang kematian. Kematian adalah hal yang tidak dapat terelakkan. Apa yang kita miliki sekarang tidak akan selamanya bersama kita.

Jejak kekayaan kita hanya akan menjadi keping-kepingan. Jejak perbuatan kita mungkin akan menjadi kenang-kenangan. Apa yang akan kita tinggalkan? Pernahkah kamu memikirkan apa yang akan kamu tinggalkan ketika kamu tiada?

Sebuah karya tari diikoreograf oleh Muhd Sharul Mohd bekerja sama dengan Jia Sheng dari Singapura. SSC/MN



BACA JUGA