Refleksi Hari Kartini: Suara Perempuan Akar Rumput Menggema dari Sumatera

Rabu, 23/04/2025 16:03 WIB

Padang, sumbarsatu.com– Peringatan Hari Kartini tahun ini menjadi momentum penting bagi gerakan perempuan akar rumput di Sumatera. Diinisiasi oleh Konsorsium PERMAMPU, perayaan yang digelar secara hybrid ini melibatkan 415 peserta dari 33 kabupaten/kota, meliputi lansia, perempuan muda, penyandang disabilitas, tokoh adat dan agama, pejabat daerah, serta jaringan NGO.

Mengusung tema “Refleksi Perjuangan Kartini untuk FKPAR yang Mandiri dan Menginspirasi”, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang konsolidasi Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR).

Suara-suara perempuan dari berbagai penjuru Sumatera mengemuka, membawa semangat Kartini dalam konteks kekinian: memperjuangkan akses pendidikan, menolak kekerasan, serta mendorong kepemimpinan perempuan di tingkat akar rumput.

Dina Lumbantobing, Koordinator PERMAMPU, menyampaikan bahwa perjuangan Kartini tetap relevan hari ini.

“Ironisnya, Kartini sendiri menjadi korban kematian ibu. Ini jadi refleksi besar—tantangan kesehatan perempuan, khususnya di sektor reproduksi, masih serius,” ujarnya, Rabu (23/4/2025), 

Angka Kematian Ibu di Sumatera masih tinggi. Aceh mencatat 201 kasus, Sumatera Utara 195 kasus, dan Lampung 192 kasus sepanjang tahun lalu. Kekerasan terhadap perempuan dan anak juga mengkhawatirkan. Di Lampung Selatan tercatat 25 kasus, dan di Sumatera Utara, 42 kasus dalam tiga bulan terakhir ditangani WCC PESADA, mayoritas KDRT dan pelecehan seksual terhadap anak.

Dari diskusi lintas titik Zoom, perempuan akar rumput menyoroti keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil, minimnya layanan kesehatan, serta masih kuatnya budaya patriarki yang membatasi ruang gerak perempuan, terutama dalam kepemimpinan publik.

Namun semangat Kartini tidak padam. FKPAR merumuskan delapan agenda aksi ke depan, mulai dari pendataan perempuan putus sekolah, mengajak perempuan muda bergabung dalam koperasi unit (CU), mendorong desa membuat kebijakan pencegahan perkawinan usia anak, hingga membangun jaringan perempuan potensial di komunitas.

Perayaan ditutup dengan komitmen kolektif untuk terus bergerak sepanjang tahun, mendorong perempuan lebih berdaya, sehat, dan inovatif.

“Kartini mungkin telah tiada, tapi semangatnya kini menyala di tangan perempuan-perempuan akar rumput Sumatera,” tutup Dina.



BACA JUGA