
-
OLEH Syafruddin Karimi (Departemen Ekonomi Universitas Andalas)
Dalam khotbah Iduladha tahun 2024, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi dengan bangga menyampaikan bahwa jumlah entrepreneur (kewirausahaan) baru di Sumatera Barat telah mencapai 114 ribu orang. Angka ini melampaui target awal yang dicanangkan pemerintah provinsi, yakni 100 ribu wirausaha baru.
Pencapaian ini bukan sekadar angka administratif, tetapi sebuah tonggak penting dalam upaya menumbuhkan kemandirian ekonomi daerah di tengah tantangan ketimpangan, pengangguran, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Program penciptaan entrepreneur baru yang diemban dalam program unggulan Mahyeldi dan Audy Joinaldy sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat (periode 2021–2024), pantas diapresiasi. Dalam konteks ekonomi global yang kian dinamis serta disrupsi digital yang tak terelakkan, kapasitas suatu daerah untuk menciptakan pelaku usaha baru merupakan indikator penting bagi daya saing dan resiliensi ekonomi lokal.
Pada banyak negara, termasuk Indonesia, sektor UMKM menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dan tulang punggung pertumbuhan inklusif. Maka, ketika Sumatera Barat mampu membentuk lebih dari 114 ribu wirausahawan dalam waktu relatif singkat, itu artinya daerah ini tengah membangun fondasi ekonomi rakyat yang kuat.
Kini, tugas berikutnya jauh lebih menantang: memastikan 114 ribu wirausahawan tersebut tidak hanya lahir, tetapi juga tumbuh dan bertahan. Seorang entrepreneur bukan hanya butuh pelatihan dan motivasi, tetapi juga ekosistem yang mendukung—mulai dari akses terhadap permodalan, pasar, pendampingan, hingga digitalisasi usaha.
Di sinilah peran pemerintah menjadi sangat krusial, tidak sekadar sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai perancang kebijakan ekonomi yang berpihak kepada pelaku usaha kecil dan menengah.
Kepemimpinan Mahyeldi dan Vasko Ruseimy sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat (periode 2025–2030) kini dihadapkan pada misi penting: mengubah potensi kewirausahaan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Target Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029 harus diterjemahkan ke level daerah.
Provinsi Sumatera Barat harus mampu menjadikan stok wirausahawan yang ada sebagai kekuatan produktif untuk mengakselerasi pertumbuhan PDRB, mengurangi pengangguran, serta memperkuat ketahanan ekonomi rumah tangga.
Langkah konkret perlu segera dirumuskan. Pertama, perluasan akses pembiayaan berbasis syariah dan berbunga rendah bagi UMKM pemula. Skema pembiayaan yang ramah terhadap pelaku usaha pemula akan meningkatkan keberlanjutan bisnis dan mendorong ekspansi.
Kedua, perluasan akses pasar berbasis digital dan jaringan antarprovinsi menjadi hal yang tak bisa ditunda.
Pemerintah daerah harus memfasilitasi produk lokal agar menembus pasar nasional dan ekspor. Ketiga, perlu adanya pelatihan lanjutan dan inkubasi bisnis berbasis sektor unggulan seperti pertanian modern, industri olahan pangan, pariwisata halal, dan ekonomi kreatif berbasis budaya Minangkabau.
Selain itu, keberhasilan Sumatera Barat mencetak entrepreneur baru harus dikaitkan dengan pembangunan ekonomi berbasis nagari. Nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan solidaritas sosial bisa menjadi fondasi kuat bagi tumbuhnya koperasi modern dan ekosistem usaha berbasis komunitas.
Jika semangat ini diformalkan dalam kebijakan, maka kita tidak hanya membentuk individu pelaku usaha, tetapi juga menciptakan struktur ekonomi lokal yang tangguh dan mandiri.
Tentu, kita tak bisa menutup mata terhadap tantangan yang ada. Banyak wirausahawan pemula menghadapi kendala keterbatasan modal, rendahnya literasi keuangan, serta lemahnya dukungan pemasaran. Namun, dengan komitmen politik yang kuat dari pemimpin daerah dan kolaborasi antarpemangku kepentingan, tantangan tersebut bukan tidak bisa diatasi.
Sumatera Barat memiliki bonus kultural: masyarakat yang tangguh, pekerja keras, dan memiliki tradisi wirausaha sejak lama. Ini adalah modal sosial yang sangat bernilai untuk mendukung keberhasilan program ekonomi rakyat.
Maka, ketika Mahyeldi menyampaikan bahwa target entrepreneur baru telah melampaui ekspektasi, itu bukan sekadar pencapaian personal atau administratif. Itu adalah ajakan kepada seluruh elemen masyarakat Sumatera Barat untuk bersama-sama mengangkat ekonomi daerah melalui jalur yang inklusif, mandiri, dan bermartabat.
Bila semua komponen pemerintahan, dunia usaha, dan masyarakat bersinergi, pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah ilusi, melainkan sesuatu yang dapat diraih bersama.
Kekuatan Sumatera Barat hari ini terletak pada manusianya—yang berani berwirausaha, bersedia mengambil risiko, dan terus menciptakan nilai dari keterbatasan. Tugas kita sekarang adalah menjadikan kekuatan itu sebagai fondasi pembangunan ekonomi Sumbar yang adil, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi. *