Folklor Lisan, Asal Muasal Nama Batu Kulambai

Jum'at, 27/12/2024 11:14 WIB

OLEH Fauziah Yuliantika (Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

BATU KULAMBAI merupakan daerah yang terletak di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok Selatan yang terkenal dengan “Kawasan Saribu Rumah Gadang” menjadi objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Solok Selatan.

Selain banyak tempat wisata, Solok Selatan juga banyak menyimpan cerita-cerita rakyat yang masih diceritakan turun-temurun kepada anak cucu setempat karena sebagian masyarakat menganggap hal itu adalah salah satu dari pelestarian budaya daerah setempat.

Salah satunya yaitu asal usul nama Batu Kulambai. Batu Kulambai terletak di Nagari Pakan Raba’a tengah, tepatnya di Jorong Batang Lolo Batu Kulambai. Seperti namanya Batu Kulambai pasti ada asal usul yang melatarbelakangi kenapa daerah tersebut dinamai Batu Kulambai.

Nasrul, 76 tahun, yang merupakan salah satu orang tua di daerah tersebut menjelaskan bahwa asal usul nama daerah tersebut dinamai Batu Kulambai karena adanya sebuah besar namun lebar dan pipih seperti lembing yang terletak di belakang rumah salah satu warga, tepatnya separuh batu tersebut terletak di dalam kolam dan separuh lagi di dalam sawah. Konon kata buyut dahulu menjelaskan bahwa batu tersebut dibawa oleh seorang inyiak yang bernama Inyiak Kulambai.

Menurut sebagian orang Inyiak tersebut adalah manusia jadi-jadian yang akan membawa batu besar yang lebar tersebut menuju ke Bukit Ambaian yang terletak di Kiambang, Koto Baru, Muara Labuh. Tujuannya membawa batu tersebut ke sana yaitu ingin menutup lubang yang terdapat di bawah bukit tersebut karena di bawah bukit itu terdapat karang besar dan dialiri air sungai seolah-olah air tersebut hilang di bawah bukit tersebut. Karena memiliki niat ingin menutup lubang tersebut maka akan berakibat air sungai itu meluap dan bisa saja daerah sekitar menjadi danau akibat ulahnya itu.

Batu besar itu dibawa dengan berjalan kaki di tengah gelapnya malam. Batu tersebut dibawa hanya dengan sehelai daun mansiang (daun/rumput siangan yang ada di dalam sawah). Karena kesaktian yang dimilikinya (Inyiak), maka terbawalah batu tersebut hanya dengan sehelai daun sambil berjalan kaki.

Syarat membawa batu tersebut ialah di malam hari, apabila malam hari telah lewat dan berganti menjadi pagi maka selesailah perjalanan batu tersebut di pagi itu.

Dalam perjalanan ternyata Inyiak Kulambai tidak dapat memenuhi syarat tersebut, baru setengah perjalanan hari mulai terang dan tinggallah batu tersebut di daerah yang sudah mulai terang, yaitu di daerah yang bernama Batu Kulambai sekarang ini.

Rasanya jika dipikirkan dengan logika hal tersebut tidak masuk akal, bagaimana bisa satu orang bisa membawa sebuah batu besar hanya dengan sehelai rumput dan tidak boleh dibawa saat hari mulai terang. Karena hal tidak masuk akal itu masyarakat setempat percaya bahwa batu tersebut dibawa oleh seorang yang memiliki ilmu sakti atau bukan sembarangan orang.

Ada satu hal yang tidak masuk akal lagi yaitu batu tersebut tenggelam karena dikencingi orang sakti. Konon katanya batu tersebut tenggelam karena di kencingi oleh orang sakti agar tidak ada lagi korban akibat batu tersebut, karena sebelumnya ada orang yang takabur dan sengaja mengencingi batu tersebut saat batu itu belum tenggelam, namun ia meninggal di tempat dan diduga karena mengencingi batu tersebut.

Maka orang sakti tersebut sengaja mengencingi agar tidak ada lagi korban dan tenggelamlah batu tersebut. Sekarang batu tersebut memang sudah tidak terlihat lagi, namun tidak ada yang dapat memastikan kenapa batu tersebut tenggelam, apakah memang karena dikencingi atau adanya hal lain yang menyebabkan batu tersebut tenggelam.

Sebelum dikencingi, katanya batu tersebut pernah sesekali mengapung, hal tersebut memang terdengar tidak logis. Setelah beberapa waktu berlalu ada orang yang sedang menanam padi di sawah sekitar batu tersebut berada, ia menemukan alat makan yang berbeda dengan zaman saat itu, entah siapa yang membenamkan alat makan tersebut karena saat ditemukan alat makan itu masih utuh tidak ada yang pecah.

Selain itu juga katanya terdapat beberapa ikan gabus putih di dalam kolam tempat batu tersebut berada, yang diyakini juga sebagai ikan jadi-jadian atau ikan siluman. Pernah pada satu waktu ada orang yang dengan sengaja menangkap ikan tersebut dan memasaknya namun berakhir meninggal karena memakan ikan tersebut.

Selain itu juga ada orang yang berusaha menangkap ikan tersebut namun tidak bisa tertangkap, walaupun sudah masuk ke jaring ia akan lepas lagi dan lagi.

Orang-orang yang tinggal di daerah tersebut percaya dengan sejarah yang telah disampaikan turun temurun tersebut, dan juga percaya bahwa akan terjadi hal yang diluar nalar atau hal yang tidak diinginkan terjadi jika berada di dekat batu tersebut, maka bagi orang tua yang mengetahui kisah tersebut melarang anaknya bermain di sekitaran batu tersebut. *



BACA JUGA