Hendri Septa-Hidayat "Dipaduoan" Tukang Pidato dan Tukang Debat

Kamis, 31/10/2024 09:15 WIB

OLEH Taufiq Ikhsan Darlius, S.H (Peminat Hukum Politik dan Alumni Fakultas Hukum UBH)

Debat publik putaran pertama calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang sudah selesai, Sabtu malam, 26 Oktober 2024 di Mercure Hotel Padang. Debat berlangsung cukup panas.

Meskipun ada kecenderungan dua pasang calon (Fadly Amran-Maigus Nasir dan Muhammad Iqbal-Amasrul) menghajar, mampasakok-an dan mampaduoan pasangan Hendri Septa-Hidayat, tapi biasa itu. Dalam debat kontestasi pemilu, petahana selalu jadi sasaran penantang.

Malam itu, Hendri memang kelihatan terjepit. Dijepit oleh tukang pidato dan tukang debat. Fadly Amran tukang pidato. Muhammad Iqbal tukang debat.

Sebagai tukang pidato, Fadly memang kelihatan sangat menguasai panggung. Kata-katanya tertata dengan retorika yang baik. Emosinya terkontrol. Selayang, kedengaran yang disampaikan Fadly betul semua.

Iqbal kelihatan sekali sudah terbiasa berdebat. Ada saja bahan yang disampaikannya. Semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya, dijawabnya dengan lugas. Bahkan lengkap dengan serangan balik. Meskipun yang keluar dari mulutnya tidak terlalu bermutu atau biasa-biasa saja.

Hendri terlihat kurang menguasai panggung. Kata-katanya tidak tersusun rapi. Cenderung susah mengendalikan emosi. Untung ada Hidayat yang memperkuat di sampingnya.

Kendati begitu, secara substansial, Hendri menyampaikan banyak hal penting dan ucapannya bernas, yaitu pema[aran dan apa-apa yang sudah dilakukannya semasa menjadi Wali Kota Padang selama 2,5 tahun dan 1,5 tahun sebagai wakil.

Hendri menyampaikan bahwa 2,5 tahun saja diberikan kesempatan memimpin Kota Padang, ia sudah melakukan banyak hal. Misalnya, Hendri menyampaikan capaian pembukaan 6 koridor transportasi publik TransPadang. Tapi, karena kemampuan berkomunikasinya belum sebagus Fadly dan Iqbal, pesan-pesan yang disampaikannya mungkin tidak utuh sampai ke telinga penonton malam itu. Tapi publik mengetahui capaian-capaian kerja yang telah dilakukannya.

Soal cara berdebat Hendri Septa, anggota DPR-RI Andre Rosiade sudah menggambarkannya dengan sangat tepat dan baik. Kata Andre, kemampuan omon-omon Hendri memang agak kurang ketimbang Fadly dan Iqbal. Tapi, sebagaimana yang disampaikan Andre, syarat memimpin yang paling penting itu rekam jejak, bukan kemampuan omon-omon.

Rekam jejak Hendri sangat jelas. Dia sudah berbuat cukup banyak selama 2,5 tahun terakhir. Ia sudah menuntaskan janji pembangunan 504 ruang kelas baru, 14 taman tematik sudah dibuatnya, Hendri sudah membangunkan 6.503 rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, bangunan Fase VII Pasar Raya hampir tuntas, gedung pusat kreativitas Youth Centre juga sudah berdiri megah di Jalan Bagindo Azis Chan, Kantor DPRD juga sudah rampung di Aie Pacah, dan banyak lagi capaian-capaian lainnya. 

Apa jejak Fadly yang bisa direkam? Fadly gagal total di kota super kecil, Padang Panjang, yang pernah dipimpinnya. Fadly tidak berbuat apa-apa di kota yang hanya berpenduduk 62.731 jiwa saja dengan 2 kecamatan dan 16 kelurahan itu. Jumlah yang sangat tidak sebanding dengna Kota Padang yang hendak dipimpinnya: 919.145 jiwa. Bahkan dibanding Kecamatan Koto Tangah saja, Padang Panjang jauh lebih kecil. Kecamatan Koto Tangah berpenduduk 203.475 jiwa.

Iqbal bagaimana? Ia sering membanggakan diri sebagai seorang rektor perguruan tinggi. Hasil lacakan, ia memang seorang rektor. Rektor sebuah kampus kecil di Jalan Raya Jati Waringin 36 Cipinang Melayu Jakarta Timur. Nama perguruan tingginya SWINS atau Institut Bisnis dan Komunikasi Swadaya. Tidak diketahui berapa jumlah mahasiswa yang dikelola Iqbal di SWINS yang punya 3 program studi S.1: Akuntansi, Manajemen dan Ilmu Komunikasi. Di samping program studi S.2 Akuntansi dan Manajemen yang menurut pangkalan Dikti tidak terakreditasi.  

Dari profil perguruan tinggi yang dipimpinnya, kelihatan Iqbal belum punya rekam jejak memimpin manusia dengan jumlah yang banyak dan wilayah yang luas.

Kabarnya sebelum menjabat Rektor SWINS, Iqbal adalah tenaga ahli (TA) salah seorang anggota DPR-RI dari Fraksi PKS. Soal TA ini, saya pernah mendengar informasi dari seorang mantan anggota DPR-RI. Katanya, senyatanya TA itu jarang yang benar-benar ahli. Pada umumnya, TA adalah staf yang kerja utamanya adalah tukang bawa-bawa tas anggota DPR yang didampinginya.

Satu hal yang mungkin dapat diunggulkan dari Iqbal adalah kemampuannya mempertegang urat lehernya dalam setiap forum debat yang di masa pilpres 2024 sering kita lihat di layar kaca.

Hendri memang terjepit di antara dua orang "pintar": yang satu "pintar" berpidato dan yang satu lagi "pintar" berdebat. Pilihan pada 27 Nopember 2024 nanti tentu bergantung kepada rakyat pemilih: Apakah akan memilih calon Wali Kota yang bisa kerja atau Wali Kota yang sekadar piawai omon-omon: jago berpidato dan berdebat.



BACA JUGA