Endrizal
Agam, sumbarsatu.com-Inflas terjadi akibat ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di pasar, ungkap Pjs Bupari Agam, Hendrizal, kala membuka Rakor TPID Sumbar di Balairung Rumah Dinas Bupati Agam, Selasa (29/10/2024).
Inflasi juga dapat terjadi akibat tingginya biaya produksi, kurangnya kemampuan produksi, terhambatnya kelancaran distribusi serta kegagalan panen.
Inflasi merupakan salah satu indikator penentu keberhasilan pembangunan ekonomi.
Tingkat inflasi yang tinggi dan tidak terkendali, akan menggerus daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan.
Laju inflasi yang tinggi juga akan memberikan dampak terhadap peningkatan kemiskinan.
Sedangkan deflasi akan berdampak pada penurunan harga barang dan jasa, menurunnya pendapatan masyarakat serta menurunnya daya beli konsumen.
Beberapa komoditas pangan mengalami penurunan harga sejak lima bulan terakhir, disebabkan jumlah stok dan produksi melebihi permintaan daya beli masyarakat yang menurun.
Kondisi itu berdampak kepada pendapatan masyarakat, yang juga ikut turun, sehingga daya beli masyarakat semakin melemah karena tidak punya uang untuk belanja.
“Dengan demikian, pengendalian inflasi dibutuhkan sinergi dan aksi nyata semua pemangku kepentingan, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota,” ujarnya.
Ia berharap, melalui Rakor TPID, dapat melahirkan gerakan nyata dalam menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
Ia berpendapat perlunya dibentuk koperasi dengan anggotanya para petani, dalam upaya memutus mata rantai rendahnya harga pemasaran hasil produksi pertanian dibanding harga jual di pasar.
Disebutkan, koperasi berperan sebagai off taker sekaligus pengendali harga, sehingga petani tidak perlu membawa hasil produksinya ke pasar. Selain dapat mengurangi biaya, petani juga tidak lagi menjual hasil produksinya kepada tengkulak yang sering mempermainkan harga. (MSM)