
GANDANG
Limapuluh Kota, sumbarsatu.com--Melalui program pemajuan kebudayaan desa, Legusa Festival kembali digelar oleh Anak Nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang atau yang biasa disebut dengan Nagari Sitapa, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota, 23-26 November 2023.
Legusa Festival diproduksi oleh Anak-anak Sitapa sejak 2018. Perayaan kali ini merupakan tahun ke-6. Festival ini sempat terhenti saat Pandemi Covid-19.
Roni Keron menuturkan Legusa Festival tahun ini mengangkat ketahanan soal air dan tanah. Tempat tumbuhnya pangan-pangan tersebut. Di banyak tempat di Nagari Sitapa, sawah-sawah di lembah-lembah yang biasanya selalu basah, namun kini perairannya tadah hujan.
Begitu juga dengan hasil panen. Dahulu, panen 1 kali setahun bisa untuk persediaan makan beberapa keluarga. Kini, panen 3 kali setahun justru tidak mencukupi.
"Kami akan coba membongkar pengetahuan-pengetahuan lokal terkait tata air dan tanah di Nagari Sitapa. Mengapa kemudian air di banyak titik di Nagari Sitapa menjadi berkurang bahkan hilang. Begitu juga dengan hasil panen," tuturnya.
Menurut Keron lagi, pengetahuan ini akan direspon dengan berbagai pertunjukan kesenian. Beberapa orang seniman diundang mengikuti lokakarya dan menetap di Nagari Sitapa.
Lalu pengetahuan tersebut akan diturunkan ke dalam karya seni pertunjukan berupa musik, tari, sandiwara. Juga seni visual berupa film. Dan tidak kalah pentingnya adalah memproduksi kuliener dari bahan-bahan lokal. Karya inilah kemudian yang akan dipentaskan di panggung Legusa Festival 2023.
Roni Keron yang berkecimpung selama tiga tahun sebagai pendamping budaya desa atau yang biasa disebut dengan Daya Desa, memetakan atau menemu kenali objek-objek kebudayaan di Nagari Sitapa. Objek budaya yang telah mengemuka kemudian dikemas dalam satu perayaan dan aksi pemanfatan.
Keron mengatakan pemerintah hadir dalam satu program unggulan di Nagari Sitapa, yakninya program Pemajuan Kebudayaan Desa--Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi, melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan.
"Ketahan pangan untuk ketahanan budaya. Tentu dari apa yang telah dibangun oleh anak-anak Nagari Sitapa ini, pemerintah mesti hadir. Dan sejak tiga tahun ini, pemerintah telah menampakkan kehadirannya untuk pengembangan kebudayaan di Nagari Sitapa," ungkapnya.
Dari tahun ke tahun, keterlibatan warga dalam penyelenggaraannya tetap dipertahankan. Selain sebagai inisiator awal, penggerak festival, dan pengisi acara, yang menghidupi festival ini adalah sumbangsih dari warga.
Demi melihat anak-anaknya tampil sebagai pengisi acara, para ibu dengan senang hati menyumbangkan apa yang bisa. Seperti pisang sesikat, kerupuk untuk dikudap-kudap, hingga berbungkus-bungkus nasi untuk makan panitia.
Begitupun para ayah berbagi tenaga dan pikiran ikut menyumbangkan kreativitas dalam mendekorasi lokasi festival.
Karena digerakan oleh warga, Legusa Festival bisa dibilang sebagai festival warga. Festival ini menggerakan warga berperan dalam kehidupan bersama. Di masing-masing jorong terdapat kelompok yang menggemari kesenian. Nagari Sitapa menjelma jadi nagari pertunjukan.
"Saya kira, kebudayaan ini begitu perlu untuk ditinjau kembali. Mungkin ini yang telah kita lupakan. Jangan-jangan jalan kebudayaan ini sangat bisa untuk dijadikan dasar pembangunan di nagari. Untuk itu, kawan-kawan di pemerintah nagari telah mencoba membuat kebijakan terkait kebudayaan nagari,” kata Wali Sitapa Nagari Nofrizal.
Lanjutnya, gerakan kebudayaan bisa menjadi ruang untuk "mengumpulkan" masyarakat dengan mudah. Pemerintah nagari pun meresponnya. Jadi rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nagari.
"Dengan begitu, tentu bisa diakomodir dalam rencana kerja tahunan pemerintah nagari. Pemerintah nagari punya dasar untuk memasukkan kerja kebudayaan ke dalam anggaran pendapatan belanja nagari," pungkasnya. SSC/Thendra)