Under the Volcano Dipentaskan di Teater Ciputra Artpreneur Jakarta

KOLABORASI CIPUTRA ARTPRENEUR-BUMI PURNATI INDONESIA

Selasa, 04/02/2020 18:15 WIB
Tim produksi Under the Volcano saat konferensi pers di Jakarta.

Tim produksi Under the Volcano saat konferensi pers di Jakarta.

Jakarta, sumbarsatu.com—Under the Volcano karya dan sutradara Yusril Katil, yang terinspirasi dari buku Syair Lampung Karam yang ditulis Muhammad Saleh pada 1883 akan dipentaskan di Gedung Teater Ciputra Artpreneur Jakarta pada 4-5 April 2020.

Kerja kolaborasi Ciputra Artpreneur- Bumi Purnati Indonesia-Komunitas Seni Hitam Putih Padang Panjang ini menghadirkan secara penuh, durasi 2 jam, Under the Volcano.

Menurut Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur, pertunjukan Under the Volcano akan memperkaya portfolio pertunjukan kelas dunia yang dipentaskan di Teater Ciputra Artpreneur.

“Ciputra Artpreneur dihadirkan untuk mengembangkan industri kreatif Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan berbasis seni dan budaya dengan cakupan yang luas dari seni rupa, seni kriya dan desain, arsitektur, seni pertunjukan, serta seni musik,” kata Ciputra Sastrawinata, dalam konferensi pers dengan wartawan Selasa (4/2/2020) di Jakarta. 

Rina Ciputra Sastrawinata menyebutkan, Ciputra Artpreneur harus menjadi platform untuk memajukan dan memperkenalkan hasil karya bangsa.

"Sebuah karya yang ceritanya dari lokal dan diproduksi secara internasional dan dipasarkan ke mancanegara. Saya yakin ini akan diminati genarasi milenial. Saya percaya ayah saya sangat bangga melihat kemajuan Bu Restu dan Pak Yusril dan bersedia tampil di Ciputra Artpreneur," kata Rina salah seorang putrid pengusaha Ciputra.

Ciputra Artpreneur Theater berlokasi di Ciputra World 1 Jakarta, Kuningan merupakan gedung pertunjukan berstandar internasional dengan kapasitas 1.163 kursi yang dilengkapi dengan sound system terbaik dari Meyer MICA,serta memiliki kualitas tata pencahayaan, suara, dan akustik yang berstandar internasional.

Ciputra Artpreneur Theater telah menyelenggarakan pertunjukan Broadway pertama di Indonesia seperti Beauty and The Beast, dan pertunjukan lain seperti Shrek The Musical, Annie, Vienna Boys Choir, dan Shaolin Warriors. Dan sepekan lalu menggelar pertunjukan teater Penembahan Reso karya WS Rendra.

Produser Under the Volcano, Restu Imansari Kusumaningrum, mengatakan, di luar negeri pentasnya mendapatkan sambutan yang luar biasa.

"Di pentas internasional, teater kontemporer Indonesia banyak yang absen  tapi puji syukur banyak yang nonton setiap kali pentas, terutama dari yang berbasis nilai tradisi kita dan mendapat sambutan dengan luar biasa," kata Restu Imansari Kusumaningrum.

Yusril Katil, sutradara, menjelaskan konsep garapan panggung Under the Volcano ialah seni tradisi Minangkabau, yaitu silek dan ulu ambek dengan penguatan maksimal dengan seni musik dendang Minangkabau yang melodius dan menyayat emosi, serta visual video digital memberikan warna baru di atas panggung teater.

Lebih jauh Yusril Katil mengatakan, Under the Volcano  menceritakan kehidupan masyarakat yang berada di bawah Gunung Marapi, Sumatra Barat. Ide dan gagasan awal Under the Volcano terinspirasi dari buku Syair Lampung Karam yang ditulis penyair Sumatra bernama Muhammad Saleh pada tahun 1883. Karya ini termasuk naskah awal yang menceritakan ledakan dahsyat Gunung Krakatau pada abad akhir ke-19 itu.

Bagi penduduk Sumatra, Syair Lampung Karam meninggalkan kesan yang mendalam sampai sekarang terutama bagi masyarakat Lampung sendiri.

“Saya bersama tim komunitas seni Hitam-Putih mencoba memberi tafsir baru terhadap fenomena bencana alam yang terjadi di Sumatra Barat, khususnya Padang Panjang. Aktivitas kehidupan di bawah Gunung Marapi yang masih aktif sampai sekarang menjadi modal utama bagi saya sebagai sutradara dalam mengeksplorasi Under The Volcano ini,” kata Yusril Katil.

Selain terinspirasi Syair Lampung Karam dan bencana gempa yang sering terjadi di Sumatera Barat, Under the Volcano juga mengambil sumber penciptaannya dari budaya Minangkabau yang kaya: mulai gerakan silat, tarian, ulu ambek, dan musiknya.

“Kekayaan tradisi Minangkabau itu merupakan bahan “baku” yang diolah menjadi distorsi terhadap ruang, gerak, dan bunyi. Spektakel panggung karya ini memperlihatkan pergerakan aktor dan ornamen artistik terlihat secara vertikal dan horizontal untuk memberikan efek teror imajinasi terhadap bencana yang dirasakan warga yang tinggal di kaki gunung ketika letusan terjadi. Damai yang dialami sebelum letusan lenyap ketika bencana terjadi. Namun, seiring waktu, warga bisa menata ulang kehidupannya, kerukunan, kebersamaan dan saling tolong adalah kunci keberlangsungan hidup,” terang Yusril Katil di depan puluhan wartawan di Jakarta.

Ia memasukkan unsur musik dan tari kontemporer dalam Under the Volcano ini namun masih tetap kental basis tradisi budaya Minangkabau.

Satu hal yang perlu dicatat dari pementasan ini adalah penggunaan ruang vertikal dan horisontal yang berimbang. Dengan mengangkat “filosofi tangga” khas Minangkabau, para aktor, tanpa bermaksud berakrobat, akan bergerak sama banyak baik di lantai, maupun di tangga yang mengisi latar. Ketrampilan ketubuhan aktor asal Padang Panjang ini akan membuat terkesima penonton.

“Kita beruntung seorang penyair, Mohammad Saleh, secara rinci menulis bagaimana pada saat itu setiap orang berusaha menyelamatkan diri dan yang lebih penting bagaimana reaksi mereka menghadapi bencana. Pada hakikatnya ternyata reaksi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang sama,” tambahnya mengurai pesan yang disampaikan lewat Under the Volcano.

Under the Volcano mengusung tema yang universal. Pementasan amat dinamis yang berakar dari tradisi silek dan ulu ambek, dan elemen modern video digital berhasil menyajikan tontonan yang amat memukau.

Under the Volcano dipentaskan pertama kali dalam acara Olimpiade Teater ke-6 di Dayin Theatre, Beijing, Cina pada 7-8 November 2014, dan setelah itu mengulang kesuksesan di TheatreWorks, Singapura pada 2016.

Kini alhirnya publik Jakarta dapat menyaksikan pertunjukan ini secara penuh pada 4-5 April 2020 di Ciputra Artpreneur, setelah sebelumnya naik pentas (tidak secara penuh) di perhelatan budaya Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) di Panggung Akshobya Candi Borobudur di Magelang pada 24 November 2018.

Anya Adhyanta, mahasiswa Indonesia di NUS yang pernah menyaksikan pementasan Under the Volcano di Singapura menilai, pementasan ini sungguh memberikan wawasan terkait dan sangat inspiratif.

“Saya merasa senang sempat menyaksikannya pementasan Under the Volcano di Singapura dengan dialog menggunakan bahasa Indonesia. Pertunjukan seni modern tapi tetap berbasis tradisi. Menakjubkan kemasan dan garapannya,” kata Anya Adhyanta.

Kekayaan Budaya

Restu Imansari Kusumaningrum menyebutkan, kekayaan budaya Indonesia adalah sesuatu yang disadari semua orang, sampai kadang terdengar sebagai cliche. Purnati Indonesia sejak 1999 secara konsisten mengangkat budaya/sejarah Indonesia menjadi sebuah pementasan yang dihargai dan dapat dinikmati bukan hanya di Indonesia, tetapi juga secara global.

"Kekayaan budaya" bukan hanya sekadar wacana, melainkan harus menjadi sebuah tindakan. Tujuannya untuk mengingatkan bahwa kita adalah bagian dari sejarah yang telah membentuk siapa kita saat ini dan masa yang akan datang. Bila makna tradisi kita abaikan, maka kita akan terancam kehilangan identitas,” terangnya.

Dijelaskannnya, prinsip ini bagaikan gayung bersambut oleh Ciputra Artpreneur yang juga memiliki prinsip untuk 'bertindak'. Walau usianya masih belia, tetapi Ciputra Artpreneur telah menunjukkan konsistensi untuk terus mengangkat dan mendukung karya-karya asli Indonesia dengan tampilan baru bertaraf internasional.

“Melalui kesenian, Ciputra Artpreneur yakin bahwa kebudayaan Indonesia yang beragam dapat dimengerti lebih baik oleh masyarakat Indonesia dan dunia,” kata Rina Ciputra Sastrawinata.

“Kolaborasi Ciputra Artpreneur dan Purnati Indonesia akan mencoba mengulang kesuksesan I La Galigo. Melalui proses kerja dan kurasi yang cukup lama, Under the Volcano akan siap memukau publik Jakarta,” tambahnya. SSC/MN



BACA JUGA