Gemala Ranti: Dinas Kebudayaan Sumbar Terbuka untuk Kritikan Positif

DIALOG KEBUDAYAAN

Jum'at, 07/09/2018 14:11 WIB

"Dialog Kebudayaan" yang dilangsungkan di Museum Nagari Adityawarman di Padang, Kamis (6/9/2018).yang digagas Ery Mefri dan Yeyen Kiram, dihadiri Gemala Ranti, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat,

Padang, sumbarsatu.com--Keterlibatan dan partisipasi aktif budayawan, pemangku adat, bundo kanduang, seniman, pelaku seni, perguruan tinggi yang relevan, dalam penyusunan perencanaan kegiatan pada Dinas Kebudayaaan Sumatera Barat, mengemuka dalam "Dialog Kebudayaan" yang dilangsungkan di Museum Nagari Adityawarman di Padang, Kamis (6/9/2018).

Dialog yang diinisiasi Ery Mefri dan Yeyen Kiram, dihadiri Gemala Ranti, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, dan puluhan seniman, budayawan, dan pekerja seni ini berlangsung santai namun penuh gagasan yang bernas. Dinas Kebudayaan terbuka terhadap kritikan, usulan, masukan, demi kemajuan kebudayaan.

"Selama ini, program yang disusun Dinas Kebudayaaan Sumbar, termasuk pelaksana teknisnya UPTD Taman Budaya dan Museum Adityawarman, tak pernah melibatkan pemangku kepentingan terkait. Akibatnya kegiatan yang dilaksanakan terasa asing dan sporadis. Cara begini jelas sangat jelek dan buruk untuk kehidupan budaya itu sendiri. Dan ke depannya, sikap menjauhkan diri ini segera ditinggalkan," kata Mahatma Muhammad, dari Komunitas Seni Nan Tumpah, saat memberi pandangan yang dituju kepada Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar.

"Dialog Kebudayaan" ini merupakan kegiatan "spontanitas" atas inisiatif Ery Mefri, Yeyen Kiram, dan lainnya untuk mempertemukan sekaligus silaturahmi antara seniman, budayawan, dan pelaku seni lainnya dengan Kepala Dinas Kebudayaan yang baru dilantik Agustus lalu, Gemala Ranti.

"Pertemuan ini dihadirkan untuk memperat silaturahmi sesama kita sekaligus berbincang-bincang menata berbagai hal terkait kegiatan dan program Dinas Kebudayaan ke depan. Saya berharap kita fokus menatap ke depan, bukan ke belakang lagi. Ibu Ranti (Kepala Dinas Kebudayaan) menampung dan menyerap langsung gagasan dan ide-ide serta rencana aksi yang akan kita paparkan di acara ini. Diskusi ini santai tapi tetap serius," kata Ery Mefri saat mengantar dialog ini.    

Merespons kegiatan ini, Kemala Ranti mengaku cukup senang adanya dialog yang bisa memperkaya program-program ke depan. Menurutnya, pertemuan seperti ini sangat penting dilakukan secara berkala.

"Dialog begini bagi saya sangat penting karena lahir gagasan dan ide yang beragam tentu akan sangat penting untuk penyusunan program di Dinas Kebudayaan ke depan. Apalagi kegiatan dialog ini datang dan diprakarsai serta dilaksanakan seniman itu sendiri, tentu sesuatu yang perlu kita dukung  bersama," kata Ranti.

Menurutnya, dinas yang ia pimpin itu, terbuka dengan usulan, kritikan demi membangun kebudayaan, terutama Minangkabau.

"Mati kita persamakan dan setiap progran kegiatan kebudayaan merupakan milik kita bersama, dan kita kerjakan bersama, tentu capaian akan lebih baik," tambahnya.

Dialog yang berlangsung selama 2,5 jam itu yang dipandu Nasrul Azwar (jurnalis), selain soal kesertaan budayawan dan seniman dalam perencanaan program yang dibahas, juga dibincangkan soal iven nasional Platform "Indonesiana" yang digagas Kemendikbud kerja sama dengan Dinas Kebudayaan yang terkesan kurang siap, dan tata kelola serta manajemen festival yang tak berjalan dengan baik.

Untuk Sumetera Barat, platform "Indonesiana" memilih temanya "silek" sebagai kekayaan budaya Minangkabau dengan nama kegiatan "Silek Arts Festival" dengan "Panjapuik Piutang Lamo" yang akan dibuka hari ini, Jumat (7/9/2018) dan ditutup pada 30 November 2018.

Tak jauh beda dengan Mahatma Muhammad, Joni Andra, koreografer dari Impessa Dance Company, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sistem kerja panitia Silek Arts Festival 2018 yang dinilainya tidak profesional. "Saya berharap, tahun depan hal begini tidak terjadi lagi."

Pun mengapung ke permukaan perkara sumber daya manusia dan kompetensi yang dimiliki Dinas Kebudayaan, yang terkesan jauh dari ekspektasi masyarakat seni Sumatera Barat, tak lepas dari sorotan.

"Semua masukan, saran, kritik, dan apa saja jenisnya, kami menampung dan mencatatnya. Dalam waktu dekat ini, kita akan bicarakan dulu di internal dinas. Yang jelas kami sangat menghargai semua yang disampaikan hari ini," jelas Kepala Dinas Kebudayaan.

Dalam "Dialog Kebudayaan" ini terlihat berpartisipasi aktif memberikan pandangan dan pemikirannya, yaitu Darman Moenir (sastrawan), Asnam Rasyid (mantan Kepala Taman Budaya Sumbar), Rahmat Wartira (penikmat seni), Muhammad Ibrahim Ilyas (sastrawan), Eko Yanche Edrie (wartawan), Pinto Janir (seniman), Alwi Karmena (aktor dan sutradara), Kamal Guci (perupa), Armeynd Sufhasril (aktor teater), Dasman Ori (pemusik), Muasri (Kepala Taman Budaya Sumbar), Edi Saputra (Kepala Museum Adityawarman), Syarifuddin Arifin (sastrawan), Yurnaldi (wartawan), Aprimas (perupa), Deslenda (koreografer), Rhian D'Kincai (pencipta lagu), dan anggota Forum Ind0nesia Membaca (FIM), dan puluhan seniman dari berbagai komunitas lainnya.

Kepala Dinas Kebudayaan juga mengatakan, kegiatan silaturahmi begini akan diteruskan secara berkala. (SSC/MN)



BACA JUGA