Bupati Agam lepaskan 10 ribu bibit ikan nila, semarakkan Agam Menyemai di Tilkam
Dalam berbagai kesempatan, Bupati Agam H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah, selalu berpesan, agar warga Agam menjadi pihak yang banyak menjual dari pada membeli.
Bahkan para camat, dan umumnya para ASN Pemkab Agam, diimbau untuk menjadi pendorong bagi warga mengaplikasikan pesan tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pesan tersebut banyak ditanggapi warga dengan serius, karena dinilai memiliki makna yang dalam.
Salah seorang pengamat sosial kemasyarakatan, DS. St. Palimo menilai, pesan bupati tersebut merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Minangkabau, yang kini mulai memudar kharismanya di tengah kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ia menyebutkan, dulu para ibu rumah tangga amat jarang membawa uang ke pasar. Mereka ke pasar membawa hasil kebun, yang kebanyakan hasil tanaman yang ditaman di pekarangan rumah, di munggu, dan pematang sawah, atau hasil kolam mereka.
“Bisa saja dalam bentuk kacang panjang, bayam, kangkung, terung, isi dan daun kunyit, biji kopi, kulit manis, cabai merah, cabai rawit, buah kelapa, dan ikan yang dipanen di kolam dekat rumah,” ujarnya.
Hasil kebun dan kolam itulah yang mereka bawa ke pasar, untuk dijual. Uangnya dibelikan kebutuhan keluarga.
Kearifan lokal tersebut, kini diingatkan lagi oleh Dt. Malako Nan Putiah, sosok yang sejak mudanya pencinta tanaman itu. Makanya, St. Palimo menilai, mereka yang “menisbikan” pesan tersebut adalah mereka yang tidak membaca sejarah kehidupan rakyat badarai di Minangkabau.
Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Agam, Ermanto, S.Pi, M.Si, mengaplikasikan pesan tersebut dalam bentuk Program Ketahanan Pangan. Dalam program tersebut, ia mengaku memotivasi warga untuk menanam tanaman yang terkait dengan ketahanan pangan, seperti petai, jengkol, durian, nangka, bawang, aneka sayuran, dan tanaman terkait lainnya.
Di samping itu, ia mengaku terus berupaya meningkatkan minat warga untuk meningkatkan usaha budi daya ikan, baik di kolam, maupun di kali dan bandar,serta di sawah.
“Kita dorong mereka menanam dan menebar, sehingga nanti hasilnya bisa mereka jual. Kebutuhan dapur, seperti sayuran dan bumbu masak, hendaknya mereka tidak membeli lagi dari pasar,” ujarnya.
Bila ibu rumah tangga tidak lagi membeli sayuran dan bumbu masak yang bisa mereka tanam di pekarangan, setidaknya mereka bisa menghemat uang, guna keperluan lain.
Di Agam, sesuai dengan format Program Agam Menyemai, ada dua jenis lahan yang mesti dimanfaatkan dengan bijak. Yang pertama lahan pekarangan, dan yang kedua lahan kebun.
Lahan pekarangan bisa ditanami dengan tanaman kebutuhan keluarga, untuk dikonsumsi sendiri. Tanaman dimaksud bis sayuran, tanaman bumbu, dan tanaman obat keluarga.
Lahan kebun ditanami dengan tanaman bernilai jual tinggi. Gunanya untuk dijual ke pasar. Saat ini yang lagi trend adalah manggis, jeruk madu dan tanaman buah-buahan. Bukan berarti tanaman jenis kayu-kayuan dan MPTS tidak prospektif.
Menurut Ermanto, warga akan lebih banyak menjual, bila produk yang akan dijual itu juga banyak. Agar produk, terutama produk pertanian dan perkebunan, banyak menghasilkan, tanaman pun juga harus banyak ditanam dan dirawat dengan baik.
“Sekarang tinggal bagaimana maunya warga. Kalau masalah bibit, baik bibit ikan dan tanaman, cukup tersedia dengan gratis,” ujarnya. ***
BACA: "Agam Menyemai" Memproyeksikan Agam Produsen Buah Berkualitas