Jum'at, 07/04/2017 21:32 WIB

Berbasis Kearifan Lokal, Agam Menyemai Buah Renungan Indra Catri

LIPUTAN KHUSUS

Bupati Agam Indra Catri

Bupati Agam Indra Catri

Program "Agam Menyemai", merupakan gerakan yang berbasis kearifan lokal yang dipoles H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah yang tidak lahir begitu saja. Program tersebut lahir dari sebuah renungan seorang H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah, Bupati Agam.

Menurut penuturan Dt. Malako Nan Putiah, ketika baru saja dilantik menjadi Bupati Agam, ia berpikir, apa yang bisa dilakukan untuk daerah itu. Pemikiran demikian dipicu kondisi Agam, dengan potensi dan kekayaan alam, yang bisa dijadikan untuk meningkatkan taraf hidup warganya.

Agam tidak memiliki sumber daya mineral yang bisa diandalkan untuk memasok PAD. Tidak ada tambang minyak, tidak ada tambang batu bara, tidak ada pabrik semen, dan kekayaan alam yang bisa dieksplorasi untuk menghasilkan uang bagi daerah, selain kekayaan panorama alam nan memesona.

Maka, terbersitlah di benaknya untuk mengoptimalkan potensi lahan yang ada, baik lahan perkebunan, peranian, perairan, dan lahan pekarangan. Lahan tersebut cukup tersedia di daerah itu.

Lahan pekarangan bisa dimanfaatkan untuk tanaman sayur-sayuran dan bumbu masak, di samping untuk tanaman obat keluarga. Dengan termanfaatkannya lahan pekarangan, secara otomatis biaya untuk beli sayur dan bumbu masak bisa dihemat. Apabila pekarangan memungkinkan untuk membuat sebuah kolam ikan, maka kebutuhan protein keluarga bisa tersedia, dengan kesegaran dan keamanan lebih terjamin.

Sementara tanaman kebun, hasilnya bisa untuk dijual. Warga yang lebih banyak menjual daripada membeli, diyakini merupakan keluarga yang kreatif. Warga Agam, dengan kondisi alamnya nan subur, tidak layak menjadi pembeli kebutuhan keluarga dalam skala tertentu. Misalnya, kebutuhan buah-buahan. Warga Agam diyakini mampu menjadi produsen buah-buahan tertentu.

Tidak salah, banyak pengamat menyebut, kalau program "Agam Menyemai" merupakan aplikasi dari kearifan lokal yang ada di Kabupaten Agam selama ini. Kearifan lokal tersebut diramu Bupati Agam H.Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah bersama para ‘pembantunya’ di Pemkab Agam.

“Pada prinsipnya, program "Agam Menyemai" mengajak segenap warga untuk melakukan kebajikan,” ujar pengamat kinerja aparatur pemerintah, MS. Marajo.

Menurutnya, tahap awal, pada masa jabatan pertama Bupati Agam, H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah, telah mampu meletakan pondasi yang kokoh program tersebut. Pada masa jabatan kedua, banyak kalangan berharap program tersebut berlanjut, sehingga budaya menyemai kebajikan menjadi budaya masyarakat Agam.

“Kini masyarakat Agam telah cinta menanam dan memelihara apa yang ditanamnya. Yang jadi masalah, mampukan Pemkab Agam menyediakan bibit tanaman yang diinginkan orang banyak di daerah itu...?” ujarnya mempertanyakan.

Selama ini ada kecenderungan pihak pemerintah menyediakan bibit tanaman sesuai keinginan mereka, namun tidak diinginkan warga. Akibatnya, banyak bibit tanaman terbuang percuma.

Di awal pelaksanaan program "Agam Menyemai", khusus di bidang kehutanan, perkebunan, pertanian, dan hortikultura, bibit tanaman yang disediakan Pemkab Agam,melalui beberapa SKPD, selalu habis ‘dilalap’ warga. Semua bibit tanaman itu nyaris semua ditanam dan dirawat warga dengan baik. Itu karena yang ditanami adalah lahan hutan, lahan pekarangan, dan lahan terlantar. Tidak banyak lahan kebun, karena bibit tanaman yang tersedia mayoritas jenis kayu, seperti mahoni, dan MPTS, seperti petai, durian, dan jengkol.

“Kini keinginan warga adalah menanam manggis. Hal itu didorong harga manggis yang kian mahal, dengan pasar yang semakin luas,” ujarnya pula.

Warga yang menginginkan menanam manggis, juga didorong kenyataan kalau sawit tidak cocok di lahan perbukitan. Di sisi lain, perawatan tanaman manggis tidak begitu rumit, dan juga murah, bila dibandingkan dengan tanaman sawit.

Di bidang perikanan, minat membudi dayakan ikan semakin terlihat di tengah masyarakat. Kolamikan, yang dulu dibiarkan terlantar, kini kembali difungsikan. Kondisi demikian juga terlihat pada kolam yangada di pekarangan rumah ibdah.

Aliran sungai, dan bandar irigasi pun kini menjadi tempat membudi dayakan ikan. Anak nagari, dimotori para pemuda, menjadikan sungai dan bandar menjadi lubuk larangan.
Bangkitnya semangat warga memfungsikan kolam, dan mengelola lubuk larangan, tidak terlepas dari dorongan Pemkab Agam, melalui Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (dulu Dinas Kelautan dan Perikanan).

Program Agam Menyemai meliputi segenap aspek kehidupan masyarakat Agam. Sejak dari pendidikan, adat dan agama, sosial kemasyarakatan, ekonomi sampai hubungan antara manusia dengan alam.

Indra Catri sendiri pernah mengatakan, dengan progam "Agam Menyemai", diharapkan mesjid ramai; tidak ada lagi warga yang tidak bisa tulis baca Alquran; kaum ibu tidak lagi membeli kebutuhan dapur, yang bisa ditanam di pekarangan; tidak ada lagi anak Agam yang tidak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi; warga Agam jadi bersaudara; tidak ada lagi perambahan hutan di Agam; kondisi hutan terjaga dengan lingkungan yang baik; hubungan antara mamak dan kemenakan harmonis.

"Muaranya, Agam menjadi daerah yang makmur, warganya beradat dan menjadi penganut agama yang taat," katanya.

Kini "Agam Menyemai" memasuki tahapan lanjutan, dalam era kepemimpinan Indra Catri yang kedua. Semua warga Agam menunggu, apakah Program Agam Menyemai jilid II mampu mewujudkan harapan mereka. ***

BACA JUGA