Petani Tebu Agam Harus Berani Lakukan Perubahan

Kamis, 15/10/2015 08:11 WIB
Ilustrasi

Ilustrasi

Agam, sumbarsatu.com—Petani tebu di Kabupaten Agam masih sangat tradisional, baik cara bercocok tanam, maupun dalam pengolahan tebu. Hal itu terungkap dalam pembicaraan sumbarsatsu.com dengan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Agam, Ir. Yulnasri, MM, Rabu (14/10/2015).

Mayoritas tanaman tebu dipelihara dari anakan, setelah induknya ditebang. Dalam artisan tanaman tebu yang ada sekarang merupakan generasi ke sekian, bahkan sejak kebun tebu itu ada, belum pernah bibit tebu diganti. Kondisi demikian menyebabkan rendahnya produksi.

“Dalam program perluasan tanaman tebu, memanfaatkan dana Bansos 2015, seluruh tanaman dari bibit baru. Semua tanaman lama mesti dibongkar, kalau ada,” ujarnya.

Bibit tebu baru dimaksud merupakan bibit unggul. Penyediaannya dilakukan 4 kelompok tani yang ada di Kabupaten Agam.

Ke depan, diharapkan petani tebu di daerah itu mau mengubah paradigma lama, beralih ke pola pikir baru. Mereka tidak lagi memelihara anakan tebu seperti dulu, tetapi menggantinya dengan bibit unggul.

Mereka juga diharapkan mau berkelompok, sehingga lebih gampang dibina dan diberi penyuluhan. Di sisi lain, agar mereka tidak dipermainkan pedagang “nakal.”

Yulnasri mengatakan, menurut data 2014, luas tanaman tebu di daerah itu sekitar 3.897 ha. Tanaman tebu dibudidayakan petani di Kecamatan Matur, Ampek Koto, Sungai Puar, Canduang, Kamang Magek, Baso, dan Palembayan. (MSM)



BACA JUGA