Under The Volcano Terinspirasi Kegempaan di Sumatra

OLIMPIADE TEATER BEIJING KE-6

Senin, 27/10/2014 10:50 WIB
Karya sutradara Yusril Katil, Tangga.

Karya sutradara Yusril Katil, Tangga.

Padang, sunmbarsatu.com—Yusril Katil, sutradara teater Indonesia asal Sumatera Barat akan “meledakkan” Gedung Dayin Teater Beijing, Tiongkok dengan karyanya berjudul Under The Volcano pada 7-8 November 2014. “Ledakan” estetik dan artistik itu digelar dalam iven seni pertunjukan yang prestisius kelas dunia di Olimpiade Teater ke-6 Beijing, Republik Rakyat Tiongkok.(Baca: Under The Volcano karya Yusril Katil Akan ‘Ledakkan’ Gedung Dayin Teater Beijing

Under the Volcano  menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat yang berada di bawah Gunung Marapi. Lebih jauh Yusril mengatakan, teater Under the Volcano terinspirasi dari Syair Lampung Karam yang ditulis penyair Sumatra bernama Muhammad Saleh pada tahun 1883. 

Karya ini termasuk naskah awal yang menceritakan ledakan dahsyat Gunung Krakatau pada abad akhir ke-19 itu. (Baca:Olimpiade Teater yang Prestisius, Indonesia Diwakili Yusril Katil)

Bagi penduduk Sumatra, Syair Lampung Karam begitu meninggalkan kesan yang mendalam sampai sekarang terutama bagi masyarakat Lampung sendiri.

“Saya bersama tim komunitas seni HITAM-PUTIH mencoba memberi tafsir baru terhadap fenomena bencana alam yang terjadi di Sumatra Barat, khususnya Padang Panjang. Aktivitas kehidupan di bawah Gunung Marapi yang masih aktif sampai sekarang menjadi modal utama bagi saya sebagai sutradara dalam mengeksplorasi karya Under The Volcano ini,” kata Yusril Katil, Senin (27/10/2014), kepada www.simbarsatu.com.

Selain terinspirasi Syair Lampung Karam dan bencana gempa yang sering terjadi di Sumatera Barat, Under the Volcano yang berdurasi 60 menit, juga mengambil sumber penciptaannya dari budaya Minangkabau yang kaya: mulai gerakan silat, tarian, dan musiknya.

“Itu bahan “baku” diolah menjadi distorsi terhadap ruang, gerak, dan bunyi. Spektakel panggung karya ini memperlihatkan pergerakan aktor dan ornamen artistik terlihat secara vertikal dan horizontal untuk memberikan efek teror imajinasi terhadap bencana yang dirasakan warga yang tinggal di kaki gunung ketika letusan terjadi. Damai yang dialami sebelum letusan lenyap ketika bencana terjadi. Namun, seiring waktu, warga bisa menata ulang kehidupannya, kerukunan, kebersamaan dan saling tolong adalah kunci keberlangsungan hidup,” terang Yusril Katil terkait cerita Under the Volcano.

Yusril Katil memasukkan unsur musik dan tari kontemporer dalam karya teater Under the Volcano ini. Namun, yang kental terasa dalam karya ini adalah budaya Minangkabau. Hal ini tak mengherankan mengingat Yusril memang dibesarkan dalam tradisi budaya ini.

Lahir pada 5 September 1967 di Payakumbuh, masa kecilnya sebagai anak kolong membuatnya hidup berpindah-pindah dari satu tangsi tentara ke tangsi lainnya di Sumatra Barat.

Yusril banyak belajar tentang falsafah, budaya dan nilai-nilai adat Minangkabau ketika menjadi anggota Bumi Teater, pimpinan Wisran Hadi (sutradara dan sastrawan Indonesia).

Saat ini, Yusril bekerja sebagai dosen di ISI (Institut Seni Indonesia) Padang Panjang dan sekarang  sedang merampungkan studi doktoralnya di ISI Surakarta.(SSC/NA)



BACA JUGA