AI, sumber Freepik
Jakarta, sumbarsatu.com— Minat perusahaan di Indonesia untuk mengadopsi teknologi akal imitasi atau Artificial Intelligence (AI) terus meningkat. Namun, kesiapan nyata di lapangan masih jauh tertinggal.
Survei Cisco AI Readiness Index 2025 mencatat, hanya 19 persen perusahaan di Indonesia yang dinilai siap mengimplementasikan AI, sementara 81 persen lainnya belum memiliki fondasi teknologi yang memadai.
Temuan ini mengungkap kesenjangan besar antara ambisi digital dan kesiapan infrastruktur. Banyak perusahaan ingin memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi operasional, hingga inovasi layanan. Namun, penerapan AI bukan sekadar memasang teknologi baru, melainkan membutuhkan kesiapan menyeluruh, mulai dari pengelolaan data, jaringan, keamanan sistem, hingga sumber daya manusia yang kompeten.
Beberapa faktor utama yang menghambat adopsi AI di Indonesia antara lain infrastruktur yang belum matang, sistem pengelolaan data yang tidak terintegrasi, keterbatasan tenaga ahli, serta minimnya investasi di sektor keamanan siber.
Direktur PT Nusa Network Prakarsa, Edward mengatakan, banyak perusahaan ingin segera masuk ke ekosistem AI, tetapi belum membangun kesiapan teknologi dari sisi fundamental.
“Sebagian besar perusahaan ingin masuk ke AI, tetapi ekosistem dasarnya belum siap. Infrastruktur jaringan belum terintegrasi, data masih tersebar di banyak sistem, dan standar keamanannya belum mendukung automasi berbasis AI. Jika fondasi ini tidak diperkuat, penerapan AI justru bisa menimbulkan risiko baru,” ujarnya Rabu (3/11/2025).
Menurut Edward, perusahaan perlu membangun kesiapan secara bertahap dengan memperkuat perangkat keras, menata arsitektur jaringan, meningkatkan sistem keamanan, hingga membangun tata kelola data yang andal.
Ia menegaskan, data merupakan fondasi utama dalam penerapan AI. Jika data tidak terintegrasi, tidak real-time, atau tidak konsisten, maka hasil pemrosesan AI tidak akan optimal. Kondisi tersebut, kata dia, masih banyak ditemui di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Sebagai perusahaan system integrator, PT Nusa Network Prakarsa menyediakan solusi terpadu mulai dari infrastruktur keamanan, managed services, solusi Internet of Things (IoT), hingga pembangunan data center dan jaringan komunikasi bisnis. Seluruh layanan tersebut dirancang untuk membantu perusahaan membangun fondasi teknologi yang kokoh sebelum mengadopsi AI.
“Transformasi digital tidak bisa instan. AI adalah tahap lanjutan yang harus didahului dengan kesiapan infrastruktur dan tata kelola teknologi yang matang,” kata Edward.
Ia berharap, ke depan perusahaan tidak hanya sekadar mengikuti tren AI, tetapi benar-benar membangun ekosistem teknologi yang kuat agar pemanfaatan AI dapat memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan bisnis dan daya saing industri nasional. ssc/rel