Menuju Transisi Energi, Masjid Buya Syafii Maarif Sumpur Kudus Gunakan Panel Surya

Senin, 05/05/2025 16:28 WIB
Masjid Buya Syafii Maarif di Sumpur Kudus Selatan, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, menggunakan energi fosil ke energi terbarukan dengan memanfaatkan tenaga surya.

Masjid Buya Syafii Maarif di Sumpur Kudus Selatan, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, menggunakan energi fosil ke energi terbarukan dengan memanfaatkan tenaga surya.

Sumpur Kudus, sumbarsatu.com–Masjid Buya Syafii Maarif di Sumpur Kudus Selatan, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, kini beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan dengan memanfaatkan tenaga surya. Panel surya mulai dipasang pada Jumat (2/5/2025) lalu.

Pemasangan ini merupakan bagian dari program Sedekah Energi yang diinisiasi oleh Koalisi Muslim for Shared Action on Climate Impact (Mosaic) Indonesia.

“Program Sedekah Energi telah berjalan sejak 2022. Sebelumnya kami memasang panel surya di Nusa Tenggara Barat dan Yogyakarta. Pada Maret lalu kami melaksanakannya di Jawa Barat, dan tahun ini giliran Sumatera Barat,” ujar perwakilan Mosaic Indonesia, M. Syahdiladarama, Jumat (2/5/2025).

Ia menyebutkan bahwa pemilihan masjid tersebut dilakukan berdasarkan survei lapangan. “Kami menilai intensitas cahaya matahari di nagari ini, sekaligus mempertimbangkan peran strategis masjid dalam kehidupan masyarakat,” tambahnya.

Menurut Syahdiladarama, kehadiran panel surya diharapkan mampu menggantikan genset serta menjamin kelancaran penggunaan listrik secara lebih stabil. “Yang paling penting, azan tetap bisa berkumandang saat listrik padam. Kami juga telah melatih masyarakat agar memahami cara kerja dan perawatan panel surya,” tuturnya.

Ia menambahkan, pemadaman listrik sering terjadi di Sumpur Kudus. Karena itu, solusi energi terbarukan ini diharapkan benar-benar memberi manfaat nyata.

Sistem Hybrid dan Kapasitas Daya

Teknisi Delta Prayoga Nugraha menjelaskan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di masjid tersebut menggunakan panel berkapasitas 5.500 WP untuk mendukung kebutuhan listrik 3.500 VA, serta didukung baterai berkapasitas 9.600 Watt.

“Dengan baterai terisi penuh, sistem ini mampu menyuplai listrik selama sekitar satu setengah hari,” jelasnya.

Delta menyebutkan ada sedikit kendala dalam pemasangan, yakni kondisi atap masjid yang miring. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pemasangan rel tambahan dan didukung cuaca cerah selama proses instalasi.

Panel surya yang digunakan mengusung sistem hybrid, yaitu energi matahari sebagai sumber utama dan listrik PLN sebagai cadangan. “Peralihan sumber listrik dilakukan otomatis melalui Automatic Transfer Switch (ATS). Saat panel bekerja optimal, sistem menggunakan energi surya. Jika cuaca mendung selama beberapa hari, sistem akan otomatis beralih ke PLN,” katanya.

Untuk perawatan, Mosaic telah menunjuk empat orang warga yang akan bertanggung jawab dan berkoordinasi langsung dengan tim teknis. “Meski kami tidak lagi berada di sini, perawatan akan tetap berjalan,” imbuh Delta. Ia menyebutkan bahwa total biaya pemasangan perangkat mencapai Rp75 juta.

Manfaat Nyata bagi Masyarakat

Wali Nagari Sumpur Kudus Selatan, Khairul Basri, mengatakan kehadiran panel surya sangat membantu masyarakat yang kerap mengalami pemadaman listrik, terutama saat hujan deras.

“Biasanya dalam seminggu bisa terjadi 5 hingga 10 kali pemadaman. Saat hujan, bahkan bisa sampai 24 jam. Maka kami sangat bangga dan bersyukur dengan kehadiran tenaga surya ini,” ujarnya.

Khairul menyebutkan, kini masyarakat tak perlu lagi khawatir karena azan tetap dapat berkumandang meskipun listrik padam. “Ini adalah nikmat yang tidak terduga. Masjid ini menampung sekitar 500 jemaah, dan sangat layak menerima bantuan ini,” katanya.

Pemuda setempat, Leo Prima Weski (26), menyebut bahwa panel surya bukan sekadar sumber listrik alternatif, tapi juga menjadi sarana edukasi.

“Ini bukan hanya solusi energi, tetapi juga pembelajaran bagi anak-anak muda agar mampu menyeimbangkan teknologi dengan alam,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa aktivitas masjid sangat bergantung pada listrik, mulai dari speaker azan, kipas angin, pengeras suara, hingga pompa air. “Kalau listrik mati, air pun ikut mati. Dengan panel surya, aktivitas di masjid tidak lagi terganggu,” tuturnya.

Senada dengan Leo, Novia Sartika (35), warga yang tinggal tak jauh dari masjid, mengatakan pemadaman listrik bisa berlangsung hingga dua hari.

“Kadang mati lampu tanpa hujan pun bisa terjadi. Dengan adanya panel surya di masjid, kami bisa manfaatkan lampunya, misalnya untuk mengisi daya handphone saat listrik rumah mati,” ujarnya.

Ia juga menyinggung pentingnya keberadaan listrik masjid sebagai pusat informasi. “Pernah ada warga meninggal, tapi karena listrik padam, pengumuman lewat speaker masjid tak bisa disampaikan. Sekarang kami lebih siap. Bahkan saya sendiri tertarik untuk memasang panel surya di rumah,” ungkapnya. ssc/mn



BACA JUGA