Buku Sejarah “Bandar Padang” Menyempurnakan Kesuksesan Festival Rakyat Muaro Padang

DISKUSI DAN PELUNCURAN BUKU

Sabtu, 20/04/2024 09:45 WIB
Peluncuran dan diskusi buku sejarah Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi yang ditulis Deddy Arsya dan Muhammad Ikbal (2024), diluncurkan dan didiskusikan pada Festival Rakyat Muaro Padang, Sabtu, 19 April 2024 di Gedung Bank Indonesia yang bersejarah di dekat Jembatan Siti Nurbaya, Kota Padang.

Peluncuran dan diskusi buku sejarah Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi yang ditulis Deddy Arsya dan Muhammad Ikbal (2024), diluncurkan dan didiskusikan pada Festival Rakyat Muaro Padang, Sabtu, 19 April 2024 di Gedung Bank Indonesia yang bersejarah di dekat Jembatan Siti Nurbaya, Kota Padang.

Padang, sumbarsatu.com—Padang telah menjadi markas besar Perusahaan Hindia Timur di pantai barat Sumatra selama lebih dari satu abad dan melalui berkembangnya perdagangan, membawa manfaat yang signifikan bagi badan/perusahaan tersebut selama bertahun-tahun, tempat tersebut juga ikut berperan besar dalam kuartal terburuk abad XVIII sebagai akibat dari kemerosotan masyarakat secara umum.

E.Netscher telah menulis paragraf itu untuk halaman pembuka Padang in her laatst der XVIII eeuw. Paragraf itu dengan padat dan tepat menggambarkan sejarah seratus tahun lebih kedudukan Kompeni-VOC pada sebuah cikal bakal kota modern yang kita kenal sekarang.

Pada mulanya ia adalah nama sebuah nagari kuno Minangkabau di pinggir Batang Arau. Lalu Kompeni datang membangun loji di hilirnya. Lalu loji itu berkembang menjadi kota. Kompeni menyebut kota kreasi mereka itu dengan nama yang sama. Lalu wilayah kota itu juga mencakup nagari kuno itu sekaligus, bahkan melebihi, berkali kali lipat merengkuh negari-nagari lain tetangganya.

Demikian pembuka buku sejarah Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi yang ditulis Deddy Arsya dan Muhammad Ikbal (2024), diluncurkan dan didiskusikan pada Festival Rakyat Muaro Padang, Sabtu, 19 April 2024 di Gedung Bank Indonesia yang bersejarah di dekat Jembatan Siti Nurbaya, Kota Padang.

Kegiatan diskusi dan peluncuran buku ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Rakyat Muaro Padang menghadirkan kedua penulis diikuti puluhan guru mata pelajaran Sejarah di SLTP Kota Padang, mahasiswa, dan pegiat komunitas, serta jajaran Pemko Padang.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Ferimulyani Hamid saat memberi sambutan acara mengatakan, peluncuran dan diskusi buku Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi yang ditulis Deddy Arsya dan Muhammad Ikbal, merupakan salah satu bentuk upaya bersama membangun dan meningkatkan kualitas literasi sejarah dengan segenap peristiwa-peristiwa penting di masa lalu.

“Literasi sejarah dan memahami narasi-narasi peristiwa penting terhadap jalannya bangsa kita tentu perlu pemahaman yang dalam. Peristiwa sejarah Dalam berbeda dengan legenda. Buku yang ada di tangan kita ini adalah buku sejarah. Sejarah Kota Padang. Pengetahuan yang ada dalam buku-buku ini kita sebarluaskan ke anak didik kita dan generasi muda khususnya,” kata Ferimulyani Hamid.

Guru-guru sejarah yang hadir dalam kegiatan ini, tambah Ferimulyani Hamid, saat di kelas-kelas nanti bisa mendistribusikan pengetahuan sejarah Padang ini kepada murid-muridnya sehingga literasi terhadap perjalanan membangun Kota Padang ini bisa meningkat.

Sementara Wali Kota Padang Hendri Septa di tempat terpisah mengatakan, kehadiran buku Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi dalam rangkaian Festival Rakyat Muaro Padang terasa sangat penting karena membuka wawasan pengetahuan tentang sejarah dan kontribusi Kota Padang terhadap ekosistem ekonomi dan budaya pada abad ke-17 dan abad ke-18 lampau.

“Dalam buku ini disajikan penulisnya peran dan kontribusi Batang Arau Padang dalam perdagangan, mobiltas ekonomi, serta perubahan sosial dan tradisi masyarakat Padang kala itu, kumunitas-komunitas Indo-Eropa, Cina, Nias, Bugis, Madagaskar, maupun  masyarakat Minangkabau yang berkelindan dan bersosial di Padang,” kata Hendri Septa, yang berpeluang besar memimpin Kota Padang untuk periode selanjutnya.

Deddy Arsya menyebutkan, buku yang ditulis bersama rekannya Muhammad Ikbal merupakan hasil riset arsip dan dokumen yang tersimpan di pelbagai pustaka-pustaka di negara-negara Eropa, antara lain Prancis, Portugis, Belanda, dan lain sebagainya.

“Buku ini tidak membicarakan tentang sejarah perang, senjata, politik, dan kekerasan fisik lainnya. Buku ini lebih mengesankan kepada sejarah budaya masyarakat dan tradisi-tradisi di Padang. Kita memberikan pespektif lain terhadap Sejarah,” kata Deddy Arsya.

Buku ini ditulis selama dua bulan berisikan 193 halaman menjabarkan tentang Batang Arau atau disebut Bandar Padang dalam catatan sejarah budaya dan ekonomi.

“Buku ini belum seratus persen. Ini baru tujuh puluh persen. Edisi lengkap dalam waktu dekat akan diterbitkan dalam waktu dekat ini,” terang Deddy Arsya, yang juga seorang penyair ini.

Sementara Muhammad Ikbal, sosok yang mencintai sejarah kendati latar pekerjaannya sebagai seorang Cloud Engineer di Telkom Grop, menambahkan, sebagain besar data-data yang dihimpun dalam buku Bandar Padang Abad XVII-XVIII Sejarah Masyarakat dan Tradisi sebagian besar dari penelusuran mendalam di ruang-ruang web arsip dan dokumen digital di beberapa negara.

“Memperkaya penulisan buku ini, kami mengakses data-data dan dokumen yang tersimpan di pelbagai negara ada yang bisa diambil gratis ada juga yang berbayar. Buku ini disusun bersumber dari data-data tersimpan itu,” tambah Muhammad Ikbal.

Tampak hadir dalam peluncuran dan diskusi buku Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar di Padang, aktivis literasi Yusrizal KW, para pegiat literasi, jurnalis dan mahasiswa.

Andree Algamar yang juga Ketua Pelaksana Festival Rakyat Muaro Padang mengatakan, Pemko Padang terus mendorong lahirnya buku-buku sejarah terkait dengan Kota Padang sehingga memperkaya perspektif terhadap kota tua ini.

"Kita berharap buku ini bisa menjadi media pengetahuan bagi kita semua mengenai sejarah Kota Padang, dan kita tunggu lagi lahirnya buku-buku sejarah Padang selanjutnya,” kata Andree Algamar. SSC/MN

 



BACA JUGA