100 tahun Puskesmas Pakan Kamis

-

Jum'at, 25/03/2022 18:53 WIB

OLEH Elfindri (Direktur SDGs Center Unand)

Siapa yang sangka, tahun 1923 berdiri sebuah pusat kesehatan masyarakat di Pakan Kamis, Tilatang Kamang. Pemerintah Belanda sudah memperhitungkan begitu pentingnya tempat berobat masyarakat.

Tentu sampai kini usianya sudah 100 tahun. Liku-liku perkembangannya akan menentukan bagaimana puskesmas juga dapat berperan lebih pada pencapaian pemerataan layanan kesehatan.

Padahal menurut berita dalam koran berbahasa Belanda tahun tahun 1918 Belanda memutuskan untuk mengirim 2 orang dokter. Seorang ditempatkan di Bukittinggi dan seorang lagi ditempatkan di Talu. Pada tahun tahun dekat 1920 an pun Kantor Pos berdiri di Koto Gadang.

Apa yang kita pahami bahwa pembangunan sistem kesehatan masyarakat pada masa Belanda berjalan dengan intensif.

Bisa dibayangkan untuk mengirim dokter saja dari Batavia, Pemerintah Belanda memiliki data. Data jumlah penduduk per kecamatan. Di masing- masing kecamatan juga tersedia data tentang jumlah penduduk yang sakit dan jenis penyakit. Mereka juga membuat peta jalan ke mana distribusi tenaga kesehatan dikirim.

Tidaklah salah mengingat pada periode tersebut sebenarnya di daratan Eropa dan Britania Raya jenis jenis penyakit juga sudah mulai teratasi sebagai akibat temuan saintifik dan kemajuan tingkah laku kebersihan masyarakat.

Tahun 1992 penulis juga mendalami data kesehatan yang diambil dari record pencatatan, termasuk masalah gizi dari hasil penimbangan. Ketika itu Puskesmas masih menggunakan bangunan lama yang didirikan oleh Belanda.

Kemajuan kesehatan di Tilatang Kamang dan gizi terlihat dari rendahnya angka kesakitan dan membaiknya masalah gizi. Tahun 1992 tidak ditemukan masalah kwashiokor dan marasmic lagi.

Memang ISPA dan TBC masih terlihat sebagai jenis penyakit menular, penyakit nonmenular seperti diabetes dan hipertensi mulai menaik.

Fungsi puskesmas menjadi terasa bagi desa desa karena juga dibantu setelah tahun 2000 dengan hadirnya puskesmas pembantu.

Tahun 2022 setelah 100 tahun puskesmas ini berada bangunan lama masih dipertahankan. Dua gedung lain sudah ditambah. Dimana pelayanan di puskesmas rawat inap sudah memungkinkan.

Sebenarnya puskesmas yang menyediakan ruang IGD dan rawat Inap bisa menampung alternatif bila mana masyarakat ada yang sakit. Daripada menumpuk ingin dapat layanan di rumah sakit umum di Kota Bukittinggi, struktur labor bersama bisa dikembangkan. Beberapa puskesmas bisa memberikan layanan yang saling melengkapi.

Kewenangan dan fasilitas pengecekan pasien masih menjadi kendala utama. Karena di puskesmas hanya akan memeriksa darah dan tekanannya. Sementara pemeriksaan labor masih belum tersedia lebih detail lagi.

Padahal labor bersama sudah memungkinkan bisa membantu mengidentifikasi pasien yang memerlukan tambahan identifikasi.

Penyediaan dokter spesialis memang masalah tersendiri mengingat menghasilkan dokter memerlukan waktu lama dan keperluan dokter spesialis menjadi tantangan mengoptimalkan fungsi puskesmas.

Perjalanan puskesmas 100 tahun memang sudah lama. Namun percepatan penyediaan sarana dan tenaga hal lain untuk meningkatkan kapasitas dan pemerataan layanan kesehatan sangat diperlukan. Siapa yang pikirkan ini ke depan?



BACA JUGA