Jadwal Malam Anugerah Wisran Hadi Digeser

FESTIVAL BUMI 2019

Senin, 11/11/2019 02:19 WIB
Wisran Hadi

Wisran Hadi

Padang, sumbarsatu.com—Panitia Festival Bumi 2019 menyatakan karena beberapa kendala teknis, jadwal Malam Anugerah Wisran Hadi 2019 digeser. Soalnya, tempat acara dilaksanakan yang ideal tak kunjung didapatkan.

Panitia sudah mencari beberapa titik seperti hotel dan gedung. Namun, pada 30 November, jadwal semula malam anugerah akan dilaksanakan, sudah terisi acara lain.

“Setelah rapat diadakan, panitia mengambil keputusan untuk memundurkan jadwal malam anugerah. Kalau sebelum 30 (November), panitia kesulitan dalam menjadwal ulang acara lain. Ini sudah dikonfirmasi pada Dinas Kebudayaan Sumatra Barat,” ujar Armeynd Sufhasril, Direktur Program Festival Bumi 2019, Senin (11/11/2019) di Padang.

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan, Gemala Ranti, merasa tidak keberatan dengan pengunduran itu. “Kami sudah menyerahkan teknis acara pada panitia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Armeynd menerangkan, akibat mundurnya acara, beberapa hal juga mesti ditimbang ulang. Panitia kemudian memutuskan untuk memundurkan penerimaan naskah buku Anugerah Wisran Hadi dari paling lama 10 November menjadi 15 November.

“Ini juga berdasarkan permintaan beberapa penulis, yang minta waktunya diperpanjang. Kalau dari panitia, jumlah naskah yang diterima sekarang sudah mencapai target,” tambahnya.

Begitu juga dengan Lomba Esai ‘Bumi Teater’, panitia juga memberikan tambahan waktu sampai 20 November 2019. Memang, untuk Lomba Esai pesertanya belum begitu banyak. Mungkin karena tenggat waktunya masih ada, terang Armeynd.

Festival Bumi 2019 kali ini memang berfokus pada acara anugerah dan lomba esai. Meski begitu acara pagelaran juga menawarkan acara menarik. Di Malam Anugerah nanti, ada dramatic reading yang akan ditampilkan. Pesertanya berasal dari tiga kampus di Sumatra Barat, Unand, UNP dan STKIP PGRI Padang.

Naskah yang diberikan kepada ketiga peserta bersumber dari naskah ‘Empat Lakon Perang Paderi’. “Dramatic reading cenderung baru di Sumatra Barat. Kami ingin melihat respons dari ketiga kampus ini,” ujar Trikora Irianto, Direktur Komunikasi dan Kerja Sama.

Selain itu, ada petilasan novel ‘Bako’ karya Darman Moenir oleh aktor tangguh Sumatra Barat, Muslim Noer. Dipilihnya novel ini untuk memperingati berpulangnya sastrawan Indonesia itu 30 Juli 2019 lalu.

“Indonesia kehilangan sastrawan terbaiknya, tapi kami lebih kehilangan karena Bang Darman salah seorang pengasuh Bumi,” ujar Trikora.

Ikut tampil dalam malam anugerah nanti adalah Joe Mirshal. Pentolan Teater Bumi Kalamtara Jakarta itu akan membawakan monolog proses kreatifnya selama di Bumi Teater. Ia pernah bermain naskah Wisran Hadi mulai dari Perguruan sampai Imam Bonjol.

“Banyak cerita, lucu atau sedih, akan bertebaran sepanjang monolog nanti,” kata sutradara pemilik nama asli Yumirsal ini. “Tapi semua menunjukkan betapa kami menikmati proses di Bumi Teater,” tambahnya.

Selain itu, aka nada acara diskusi yang akan dilaksanakan pada 4 Desember 2019. Diskusi membincang sumbangan Wisran Hadi pada dunia sastra dan seni pertunjukan Indonesia.  

Wisran Hadi meninggal dunia di Padang, Sumatera Barat, 28 Juni 2011 pada umur 65 tahun. Wisran Hadi merupakan seniman Minangkabau dan budayawan yang memenangkan penghargaan dari dalam negeri dan luar negeri. Ia sosok seniman yang konsisten berkarya dan menulis hingga akhir hayatnya.

Wisran Hadi lahir di Padang 27 Juli 1945. Ia adalah sastrawan/budayawan Indonesia yang pada mulanya banyak melukis kemudian jadi penulis berbagai genre karya sastra.

Wisran menamatkan ASRI Jogjakarta 1969. Tahun 1977 mewakili Indonesia dalam International Writing Program di Iowa University, Iowa, USA selama 4 bulan dan 1978 melakukan observasi teater modern Amerika Serikat di New York. Tahun 1987 kembali melakukan observasi teater modern Amerika dan Jepang.

Sejak 2001 sampai 2005 menjadi dosen tamu untuk mata kuliah Sejarah dan Filsafat Seni dan Penulisan Kreatif pada Akademi Seni Kebangsaan (ASK) Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia di Kuala Lumpur. Sebelumnya menjadi dosen luar biasa pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang. Penulis tetap pada surat kabar Padang Ekspres dan Haluan, dan Singgalang dan mengasuh rubrik Surambi Adat Wisran Hadi di TVRI Sumatera Barat.

Selain menulis, melukis dan mengajar, dia juga banyak memberikan makalah pada berbagai seminar, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Tahun 1991 dan tahun 2000 mendapat penghargaan sebagai Sastrawan Terbaik Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tahun 2000 mendapat penghargaan South East Asia (SEA) Write Award.
Tahun 2003 mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia.
Dua kali dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah Kota Padang (1976 dan 2005) sebagai seniman teladan dan budayawan Indonesia.

Wisran pernah menulis kumpulan naskah drama berjudul Empat Orang Melayu berisi empat naskah drama:
Senandung Semenanjung
Dara Jingga.
Gading Cempaka.
Cindua Mato (yang membuatnya mendapat penghargaan South East Asia (SEA) Write Award 2000.

Novelnya yang pernah dibukukan antara lain berjudul "Tamu", "Imam", "Empat Sandiwara Orang Melayu", dan "Simpang". Cerpen-cerpennya kerap dipublikasikan di media cetak dan dibukukan penerbit Malaysia berjudul "Daun-daun Mahoni Gugur Lagi".

Tamatan Akademi Seni Rupa Indonesia (kini Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, 12 naskah dramanya pernah memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Indonesia yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dari 1976 hingga 1998, ikut International Writing Program di Lowa University, Lowa, Amerika Serikat pada tahun 1977 dan pernah mengikuti observasi teater modern Amerika pada tahun 1978 dan teater Jepang pada tahun 1987.

Dia juga pernah mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud karena karya buku dramanya Jalan Lurus mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud dan dijadikan buku drama terbaik pada Pertemuan Sastrawan Nusantara 1997. Bumi Teater merupakan sebuah komunitas yang diasuhnya. SSC/Rel)



BACA JUGA