
Di panggung inilah pejabat-pejabat Kota Payakumbuh akan membava puisi malam ini
Payakumbuh, sumbarsatu.com--Pejabat Payakumbuh siap bacakan puisi perjuangan di Jembatan Ratapan Ibu, malam ini, Selasa (28/11/2017). Beberapa pejabat tersebut adalah Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi, Wakil Wali Kota Payakumbuh Erwin Yunaz, Ketua DPRD Payakumbuh YB Dt. Parmato Alam, dan Supardi anggota DPRD Sumbar.
Para pejabat ini akan membacakan puisi perjuangan karya penyair nasional seperti Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, WS Rendra, dan Toto Sudarto Bachtiar. Wali Kota Payakumbuh dan Wakil Wali Kota Payakumbuh mengatakan, mereka akan membaca karya Taufiq Ismail dan Toto Sudarto Bachtiar.
"Saya akan membacakan karya Pak Taufiq Ismail berjudul "Kita Pemilik Sang Republik" dan Pak Wawa puisi berjudul "Pahlawan Tak Dikenal" yang merupakan karya Toto Sudarto Bachtiar," ujar Riza Falepi bersama Erwin Yunaz, Selasa (28/11/2017) di Payakumbuh.
Ketua DPRD Payakumbuh akan membacakan puisi berjudul "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" karya WS Rendra. Kemudian Ketua Komisi V DPRD Sumbar Supardi akan membacakan puisi karya Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Jembatan".
Selain pejabat Payakumbuh ini, juga turut hadir penyair Sumatra Barat yang telah berkarya untuk kesusastraan Indonesia, yaitu Rusli Marzuki Saria yang akrab disapa Papa, Adri Sandra dari Padang Jopang, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Syarifuddin Arifin.
Papa Rusli mengatakan, dirinya akan membacakan puisi karyanya sendiri yang bercerita tentang masa kecilnya pada tahun 1946. Ia menjelaskan bahwa di tahun 1946, ia selalu berjalan kaki melintasi Jembatan Ratapan Ibu yang dulunya dikenal dengan Jembatan Batang Agam.
"Puisi nanti yaitu berjudul "Jembatan Batang Agam," "Jembatan Ratapan Ibu." Ini berkisah tentang masa kecil Papa di Payakumbuh mulai tahun 1946 hingga 1949 sampai nama Jembatan Batang Agam ini berubah menjadi Jembatan Ratapan Ibu dan dibangunnya monumen Ratapan Ibu di sana," kata penyair senior ini sembari memegang topinya.
Jembatan Ratapan Ibu merupakan sebuah saksi sejarah Kemerdekaan RI di Payakumbuh, tepatnya masa penjajahan Belanda. Di jembatan tersebut, para pejuang dan masyarakat ditembak oleh penjajah yang kemudian hanyut di Sungai Batang Agam.
Selain pembacaan puisi oleh pejabat dan penyair ini, di panggung Ratapan Ibu ini juga akan dihibur dengan penampilan musik dari band akustikan lokal. (SSC)