Jum'at, 07/04/2017 21:45 WIB

Dengan Cabai Agam Menyemai, Inflasi Bisa Terkendali

LAPORAN KHUSUS

Dengan cabai Agam Menyemai, inflasi bisa terkendali

Dengan cabai Agam Menyemai, inflasi bisa terkendali

Cabai merupakan penyebab inflasi tertinggi di Ranah Minang, termasuk di Kabupaten Agam. Menurut Bupati Agam, hal itu karena Urang Awak pemakan cabai terkuat di Nusantara. Tanpa cabai, makan urang awak tidak akan nikmat.

Menyadari hal tersebut, Bupati Agam H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah, berupaya memberdayakan OPD terkait untuk menyediakan bibit cabai untuk dibagikan secara gratis kepada warga.

Bibit cabai tersebut merupakan stimulan, agar warga termotivasi untuk menanam cabai, baik di pekarangan maupun di kebun.

“Nan di pekarangan untuk dimakan, nan di kabun baok ka pakan,” ujarnya.

Menurut Dt. Malako Nan Putiah, semakin sedikit jumlah keluarga yang membeli cabai untuk kebutuhan keluarga mereka akan semakin rencah tingkat inflasi di daerah itu.

Bibit cabai kini disediakan Dinas Pertanian. Bibit tersebut disalurkan kepada warga melalui berbagia cara. Ada yang meminta langsung ke Dinas Pertanian dan ada pula yang dibagikan sebagai oleh-oleh bupati, ketika berkunjung ke suatu nagari.

Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi fokus penanaman bibit cabai bantuan Pemkab Agam. lahan pekarangan, menurut bupati, memiliki nilai strategis. Dikatakan strategis, karena bisa menunjang ekonomi keluarga. Setidaknya bisa menghemat biaya dapur, sehingga uang yang mestinya untuk membeli sayur dan bumbu dapur, bisa digunakan untuk keperluan lainnya.

Berkat sosialisasi dan kampanye yang tidak kenal lelah, kini akhirnya warga Agam telah banyak yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran dan bumbu dapur.

Uniknya, walaupun pekarangan mereka cukup luas, warga tertarik menanam tanaman tersebut dalam pot dan polibeg. Tanaman cabe merah, yang mulai masak buahnya, malah dijadikan sebagai kembang penghias pekarangan.

“Indah, kami senang memandanginya di kala senggang,” ujar salah seorang ibu rumah tangga di Ampek Nagari, Ines.

Yang terasa sangat membantu, adalah kala cabe merah tembus ke level Rp100 ribu/kg. Kala itu, kaum ibu yang memiliki tanaman cabe di pekarangannya, tidak merasa kesulitan dan resah. Karena mereka tidak perlu membeli cabe dengan harga tinggi, karena di pekarangan mereka cukup tersedia.

“Kami indak rusuh bana, bilo lado (cabai) maha, karano kami punyo batangno di muko rumah,” ujar seorang ibu, yang mengaku bernama Sarinam (54), di Tandikek.

Salah satu kebutuhan, yang bisa menyulitkan keuangan keluarga, bisa ditanam di pekarangan. Anjuran menanam cabe selalu disampaikan para pimpinan Agam, terutama Bupati Agam, dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan warga. ***

BACA: "Agam Menyemai" Memproyeksikan Agam Produsen Buah Berkualitas

 

BACA JUGA