Perajin Saka Agam Mesti Bersatu Lawan Rentenir

PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT

Rabu, 29/06/2016 20:55 WIB
-

-

Agam, sumbarsatu.com-Sudah sejak lama perajin saka di Kabupaten Agam “dipermainkan” sekelompok orang yang dikenal dengan tukang pakang.

Mereka beroperasi di pasar-pasar di kawasan sentra produksi saka di daerah itu. Keberadaan mereka sulit ditumpas aparat berwenang, karena modusnya begitu mulus, dan terkesan sangat berpengaruh.

Demikian disampaikan pengamat sosial ekonomi masyarakat Agam, MS. Marajo, dalam perbincangan dengan sumbarsatu.com, Rabu (29/6/2016) pagi di Lubuk Basung.

Menurutnya, pengaruh tukang pakang begitu kuat, sehingga sulit bagi perajin saka menghindari mereka.

Mereka mencari keuntungan dengan cara sangat mudah, tanpa resiko rugi, dan nyaris tanpa mengeluarkan keringat,s seperti perajin saka bekerja.

“Menurut pantauan kami, tukang pakang, yang juga urang bagak di pasar itu, cukup memegang keranjang saka yang dibawa perajin saka ke pasar. Kemudian, siapa pun pedagang saka, yang akan membeli saka tersebut, mesti berurusan dengan mereka. Dalam artian, merekalah yang berkuasa menetapkan harga kepada pedagang," kata MS. Marajo.

“Mereka memang berkuasa dalam menetapkan harga, baik kepada perajin saka, maupun kepada pedagang. Bayangkan, betapa nestapanya nasib perajin saka, yang juga petani tebu. Mereka yang menguras tenaga dan keringat, keuntungan malah diraih para tukang pakang,” tambahnya.

Diduga, itu jugalah yang menyebabkan matinya Pasa saka di Lasi, Kecamatan Canduang. Aksi tukang pakang dinilai perajin saka merugikan mereka, makanya mereka lari ke Pasar Koto Baru, Tanah Datar. Di sana pun nasib mereka tidaklah begitu bagus. Karena masalah yang nyaris sama menghantui mereka.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) Agam, Ir. Yulnasri, MM, punya resep, agar petani tebu dan perajin saka terbebas dari cengkeraman tukang pakang dan para rentenir.

Resep tersebut adalah kebersamaan. Maksudnya, petani tebu dan perajin saka mesti bersatu dalam wadah kelompok tani, dan koperasi. Dengan demikian mereka bisa menentukan harga untuk produk mereka.

“Mestinya produsen yang menetapkan harga produk mereka, bukan pedagang. Untuk bisa seperti itu, petani tebu dan perajin saka mesti kuat. Kuat dalam artisan persatuan dan kesatuan, dan modal,” ujarnya.

Bila petani tebu dan perajin saka bersatu dalam wadah koperasi, masalah modal tidak akan sulit. Karena ada program pemerintah untuk membantu permodalan koperasi.

“Kini yang menjadi masalah adalah, mau dan mampukah petani tebu dan perajin saka bersatu di bawah sebuah kelompok tani dan koperasi. Bila mau, nasib mereka bisa lebih baik, dan terlindung dari perbuatan buruk pihak lainnya,” ujarnya pula. (MSM)



BACA JUGA