
Zhu Zhongbiao, sumbarsatu.com--yang sebelumnya dicari di Tiongkok atas tuduhan pencucian uang, kini dijatuhi sanksi oleh Inggris dan Amerika Serikat dalam operasi gabungan terbesar mereka untuk menindak jaringan penipuan daring bernilai miliaran dolar berbasis di Kamboja.
Seorang eksekutif yang diduga berperan penting dalam salah satu organisasi kejahatan terbesar di Asia—yang baru saja disanksi oleh Amerika Serikat dan Inggris—diketahui membeli sedikitnya 29 properti bergengsi di Dubai, sementara istrinya membeli lima apartemen mewah di London, berdasarkan data real estat.
Zhu Zhongbiao termasuk dalam daftar sanksi yang diumumkan oleh Departemen Keuangan AS dan Kementerian Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris pada 14 Oktober. Ia dituduh menjadi bagian dari jaringan penipuan dan pencucian uang bernilai miliaran dolar yang dikenal sebagai Organisasi Kejahatan Transnasional Prince Group.
Kantor Implementasi Sanksi Keuangan Inggris menyebut Zhu “terlibat atau pernah terlibat dalam pengoperasian pusat penipuan di Kamboja melalui grup perusahaan Jin Bei.” Zhu terdaftar sebagai ketua sekaligus pemilik Jin Bei Group Co. Ltd. beserta seluruh anak perusahaannya. Menurut otoritas Amerika, Jin Bei Group memiliki sejumlah kasino yang diduga menjadi sarang berbagai aktivitas penipuan.
Departemen Keuangan AS menyebut kompleks Jin Bei “salah satu yang paling terkenal di antara kompleks milik Prince Group” yang terlibat dalam penipuan, pemerasan, dan kerja paksa. Zhu juga dicari oleh aparat penegak hukum Tiongkok atas tuduhan pencucian uang.
Prince Group diduga merupakan bagian dari industri kriminal yang berkembang pesat di Asia Tenggara, menggunakan skema penipuan canggih—termasuk menjebak korban lewat hubungan romantis palsu—untuk menipu dalam skala industri. Banyak pelaku penipuan daring ini sebenarnya adalah warga negara asing yang diperdagangkan dan dipaksa bekerja di bawah ancaman kekerasan.
Ketua Prince Group, Chen Zhi, dituduh sebagai pemimpin jaringan penipuan dan pencucian uang tersebut. Selain sanksi ekonomi, Departemen Kehakiman AS juga membuka dakwaan terhadap Chen atas dugaan pengoperasian “kompleks penipuan kerja paksa di seluruh Kamboja.”
Keberadaan Chen saat ini tidak diketahui. Ia diketahui memiliki kewarganegaraan ganda—Tiongkok, Kamboja, Vanuatu, St. Lucia, dan Siprus—serta pernah tinggal di Inggris. Pemerintah Inggris telah membekukan 19 properti mewah milik Chen dan jaringan pendukungnya senilai lebih dari USD 149 juta.
Sementara itu, Zhu, yang juga dijatuhi sanksi, diketahui menginvestasikan uangnya di sektor properti Dubai dan Inggris. Berdasarkan data properti yang bocor dan ditinjau OCCRP, Zhu membeli setidaknya 29 properti di Dubai antara 2019 dan 2022, dengan nilai mencapai jutaan dolar. Properti tersebut mencakup dua lantai penuh di Creek Rise Tower 2 di Dubai Creek Harbour dan beberapa unit di HDS Tower serta Tamani Arts Office Building yang menghadap Burj Khalifa.
Istrinya, Wang Xiaoyan, membeli sedikitnya lima properti mewah di London senilai lebih dari USD 6 juta antara 2021 dan 2022 melalui perusahaannya, Fuheng Wang Group Ltd., termasuk apartemen di lantai 59 Landmark Pinnacle, Canary Wharf.
Menurut catatan, Zhu memperoleh kewarganegaraan Kamboja pada 2017 dan Siprus pada 2018 bersama istrinya, namun pemerintah Siprus dikabarkan tengah meninjau kembali status kewarganegaraan mereka. Zhu juga tercatat sebagai penduduk Dubai dan terakhir meninggalkan Uni Emirat Arab pada Mei 2025.
Departemen Keuangan AS memperkirakan warga Amerika kehilangan lebih dari USD 10 miliar akibat pabrik penipuan daring yang beroperasi di Asia Tenggara sepanjang 2024. Sebagian besar penipuan itu diduga berakar dari jaringan Prince Group.
Departemen Kehakiman AS juga menyita aset kripto senilai lebih dari USD 15 miliar, yang disebut sebagai “penyitaan terbesar dalam sejarah.”
Dalam dakwaannya, Prince Group disebut menggunakan jaringan perusahaan cangkang di berbagai negara, termasuk Kepulauan Virgin Britania Raya, Cayman, Mauritius, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura, untuk mencuci uang hasil penipuan.
Zhu, yang memiliki investasi besar di properti Dubai, diduga memainkan peran sentral dalam operasi Prince Group di Kamboja, termasuk sebagai direktur Cambodian Heng Xin Real Estate Investment Co. Ltd., yang dituduh terlibat dalam bisnis penipuan grup tersebut.
Kini, Zhu menghadapi sanksi internasional dan kemungkinan proses hukum, sementara otoritas masih menelusuri jejak keuangan Prince Group yang tersebar di berbagai negara. Dengan jaringan properti mewah dan sejumlah paspor, masa depan Zhu tampaknya masih penuh tanda tanya. ssc/mn/Martin Young | OCCRP