KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek, Malam Ini Bermusik Kontemporer

Sabtu, 26/04/2025 10:39 WIB
KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek, yang dihelat Nan Jombang Dance Company, resmi dibuka Rahmat Saleh, anggota DPR RI, Jumat malam, (25/4/2025) di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang.

KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek, yang dihelat Nan Jombang Dance Company, resmi dibuka Rahmat Saleh, anggota DPR RI, Jumat malam, (25/4/2025) di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang.

Padang, sumbarsatu.com—KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek, yang dihelat Nan Jombang Dance Company, resmi dibuka Rahmat Saleh, anggota DPR RI, Jumat malam, (25/4/2025) di Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang. Setelah seremonial, dilanjutkan penampilan koreografi Asok dari Tungku karya maestro Ery Mefri.

Pada sorenya, puluhan penabuh gandang tambua tansa dari Sanggar Sabariyah dan Komunitas Seni Umbuik Mudo dari Nagari Sungai Batang, Agam, berarakan mengeliling Kawasan Ladang Tari Nan Jombang. Festival tahunan ini tampak semarak dan beda daripada sebelum-sebelumnya.  

“Ery Mefri, salah seorang seniman tari dari Sumatera Barat, berasal dari ranah Minangkabau, telah mengharumkan nama Indonesia, marwah Minangkabau, pada level internasional, tingkat dunia dan global. Kita sangat bangga atas capaaian maestro Ery Mefri. Malam ini, tentu malam yang membahagiakan bagi kita bersama dalam perhelatan KABA Festival,” kata Rahmat Saleh.   

Pimpinan Nan Jombang Dance Company Ery Mefri, menguraikan sejarah perjananan iven ini. Ia mengatakan, KABA Festival hadir pada saat ini tidak bisa lepas dari sejarah panjang di belakangnya. Festival dan kemeriahan perayaan seni ini dimulai dari Gelanggang Tari Sumatera dan Padang Bagalanggang.

“KABA Festival merupakan metamorfosis dari kedua gelaran yang sudah dimulai sejak tahun 1988, dan ujung tahun 2014 dilaksanakan pertama kali KABA Festival. Tujuannya semata mengabarkan pada dunia, bahwa Minangkabau punya seniman yang hebat. Sumatera Barat memiliki festival seni berkelas sembari konsisten menjaga dan melindungi seni-seni dan kekayaan tradisinya,” ujar Ery Mefri dengan suara berat karena kondisinya kurang sehat.

Penonton Meluber

KABA Festival sudah memasuki pelaksanaan ke sepuluh terhitung sejak 2014. Selain KABA Festival yang digelar sekali setahun, setiap bulan Nan Jombang juga menghadirkan Festival Tanggal 3 yang sudah dimulai sejak tahun 2013. Setiap festival itu digelar, selalu mendapat respons penonton dan publik seni. Gedung Manti Minuik selalu terisi tempat duduknya. Tapi pada iven KABA Festival X Nan Maurak Alek—saat pembukaan Jumat malam itu, dari pengamatan sumbarsatu—Gedung Manti Minuik tampak tak mampu lagi menampung penonton. Penonton meluber hingga pintu masuk. Malah sebagian  duduk balepoh di depan garis panggung.

Atraksi gandang tambua tansa dari Nagari Sungai Batang berarakan sepanjang kawasan Ladang Tari Nan Jombang sebelum pembukaan resmi KABA Festival X Nan Maurak Alek  

Maka, untuk menampung luberan penikmat seni yang tak bisa masuk ke dalam gedung, panitia sudah mengantisipasinya dengan menyediakan layar besar di Laga-laga Manti Minuak di luar gedung. Di laga-laga ini, menonton yang didominasi generasi muda dan remaja ini dengan khusuk menikmati komposisi gerak Asok dari Tungku.    

Angga Mefri, Direktur Festival, mengaku jauh-jauh hari sudah mengantispasi membeludaknya penonton dengan menyiapkan layar besar menayangkan pertunjukan di luar gedung.  

“Kita antisipasi dengan menyediakan layar tayang. Kita menyadari Gedung Manti Menuik tak begitu luas. Daya tampungnya terbatas. Maka kita siapkan layar tayang sehingga semua penonton bisa menikmati pertunjukan yang berlangsung dalam gedung,” jelas Angga Mefri, yang juga menjadi penari utama dalam Asok dari Tungku.

Ia mengaku, ramainya penonton yang datang ke Ladang Tari Nan Jombang menyaksikan pembukaan KABA Festival X Nan Maurak Alek melebihi ekspektasinya. Ia tak menduga sam=ai membeludak begitu. “Kita apresiasi dan terima kasih untuk semua yang hadir, dan tentu saja untuk kesenian dan kebudayaan.”

Malam Musik Kontemporer

Pada malam kedua ini, Sabtu (26/4/2025), KABA Festival X Nan Maurak Alek menjadi malam musik kontemporer. Ada tiga kelompok musik kontemporer dengan basis tradisional yang kental bakal tampil, yaitu Parewa  Limo Suku dari Padang, Kelom[ok Prokontra (Padang Panjang), dan Grup Induak Tambua Sabariyah (Sungai Batang, Maninjau).

“Ini malam minggu malam musik. Ketiga kelompok musik kontemporer ini hadir di KABA Festival X Nan Maurak Alek dengan komposisi musik kontemporer berangkat dari seni tradisi. Mari kita nikmati gubahan dan tafsir mereka dalam wujud karya musik,” ajak Angga Mefri.

Berikut sekilas informasi tiga kelompok yang tampil malam ini.

  1. Kelompok Parewa Limo Suku

Komunitas yang berbasis di Kota Padang ini, dalam KABA Festival X Nan Maurak Alek, menampilkan karya musik berjudul Langkah Bersenandung, yang berlatar pada tradisi musik Minangkabau dan diolah ulang dalam bentuk penyajian yang baru. Pola dasar penggarapan musik ini berpijak dari tatanan kehidupan masyarakat sehari-hari, di mana alat musik tradisional tangkelek dihadirkan sebagai simbol utama yang menggambarkan bunyi langkah awal sebuah perjalanan.

Karya ini menggambarkan aktivitas masyarakat Minangkabau saat memanen padi di sawah, yang dilambangkan melalui gerakan malambuik dan maangin padi. Nuansa keseharian tersebut diperkaya dengan senandung dan gurauan para pemain, menjadikan karya ini tidak hanya musikal, tetapi juga merekam atmosfer sosial dan budaya.

Kelompok Parewa Limo Suku didirikan pada 4 April 2003 oleh sembilan pelaku seni tradisi Minangkabau, yaitu Irmun Krisman, Devi Hasri, Ery Mefri, Yutri Kemala, Amrina Rosada, Amsadri, Jawahir, Saparman, dan Musra Dahrizal Katik.

Berdirinya kelompok ini dilatarbelakangi oleh semangat untuk menciptakan wadah berkesenian yang menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni tradisi Minangkabau, khususnya di bidang musik. Dengan visi melestarikan seni tradisi kepada generasi muda, kelompok ini menjalankan misi pelatihan, pengenalan, serta inovasi karya seni tradisional.

Program kerja periode 2021–2026 meliputi pelatihan rutin dua kali seminggu, diskusi peningkatan mutu SDM, serta keterlibatan aktif dalam pertunjukan dan festival seni.

Pendukung karya musik Langkah Bersenandung Irmun Krisman, Gentri Herizal,  Devi Hasri, Satria Permata Amanda, Rianda Putra, Eko Febrianto, dan Risna. Sedangkan manajer Hendri Yusuf, penata artistik Filhamzah, busana Devi Hasri, dan Jefri Chaniago, Muhammad Havis, Maulana Akbar Asy Shidiki, dan Fajri Ananda.

  1. Grup Musik Prokontra

Prokontra adalah grup musik yang terbentuk pada awal tahun 2019 di Kota Padang Panjang. Grup ini menawarkan pertunjukan musik yang bersumber dari kesenian tradisional Minangkabau, namun dikemas dalam bentuk dan sudut pandang yang berbeda—eksperimental, kontemporer, dan reflektif.

Sejak awal kemunculannya, Prokontra telah menciptakan sejumlah karya seperti Pianoise/Aluih, Ratok I–IV, Mangatok, Mangatok II, dan Rasian Babaliak. Karya-karya tersebut telah dipentaskan di berbagai kota di Sumatera Barat, Jakarta, hingga Thailand, dan kini tersedia di berbagai platform musik digital.

Pada KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek, Grup Prokontra menampilkan nomor komposisi Manggili Buni dengan komposer Avant Garde Dewa Gugat.
Manggili Buni menuturkan dengan nada kontemporer tentang keindahan tidak selalu terikat pada bentuk, tetapi dapat muncul dari maksud, tujuan, maupun ekspresi.

Manggili Buni adalah karya musik hasil penafsiran ulang terhadap ornamentasi dalam permainan instrumen musik tradisional Minangkabau. Menggunakan pendekatan elektroakustik, karya ini mengeksplorasi varian nada, pola ritme, serta dinamika warna bunyi secara mendalam.

Proses penggarapan musik elektronik dalam Manggili Buni terbagi menjadi dua tahapan: signal processing (pengolahan bunyi akustik secara digital) dan sound synthesis (penciptaan bunyi dengan sumber suara elektronik). Hasilnya adalah sebuah pengalaman musikal yang memadukan tradisi dan teknologi dalam lanskap bunyi yang baru dan segar.

  1. Grup Tambua Sabariyah

Grup Tambua Sabariyah kini dipimpin Mahda. Grup ini didirikan pada 3 Maret 1994 oleh para tuo-tuo tambua di Tanah Sirah Kampung Tangah, Jorong Batung Panjang, Kenagarian Sungai Batang Maninjau, Agam. Nama "Sabariyah" diambil dari salah satu judul buku karya sastrawan dan ulama besar Buya Hamka, yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan keteguhan hati.

Berakar dari seni tradisi tambua tansa, grup ini telah mencatat berbagai prestasi, baik di tingkat daerah maupun nasional. Salah satu pencapaian penting adalah keikutsertaan mereka dalam perayaan Hari Pers Nasional pada tahun 2018 di Padang. Seiring waktu, Sabariyah tak hanya mempertahankan akar tradisinya, tetapi juga membuka diri terhadap eksplorasi seni kontemporer. Langkah ini didukung oleh bimbingan maestro tari kontemporer Ery Mefri, yang turut mendorong proses kreatif para seniman muda di dalamnya. Karya yang ditampilkan dalam KABA Festival X Nan Maurak Alek berjudul Induak Tambua (Bapilu) dengan  koreografer Alfairu Zabady, penata musik Fajri dan Mahda, sedangklan tata gerak Reynaldo, dan Rahman Alf, dengan pemain Arga, Rafa, Ahdan, Rafa, Azi, Zacky, dan Randy.

KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek  merupakan perhelatan besar seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi dipusatkan di Gedung Manti Minuik Ladang Nan Jombang, Padang, sejak 25-28 April 2025.     

Menurut Ery Mefri, KABA Festival X 2025 tak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga momentum refleksi budaya yang menghubungkan tradisi dan modernitas dalam satu bingkai yang harmonis.

KABA Festival X Nan Maurak Alek menampilkan kolosal Gandang Tambua Tansa dan pementasan tari Asok Dari Tungku karya Ery Mefri dari Nan Jombang, Parewa Limo Suku Padang, Kelompok Prokontra, Padang Panjang, Grup Tambua Sabariyah  Maninjau, Komunitas Seni Gaung  Ganto, Padang, Rio Mefri dari Padang, Old Track Teater, Padang, Mila  Rosinta dari Yogyakarta, Muhd Sharul  Mohd dari Singapura, Razan Wirjosandjojo,Solo, dan Rianto dari Banyumas.

 KABA Festival, sebuah iven seni pertunjukan di Padang yang digelar secara rutin sekali setahun semenjak 2014 oleh Nan Jombang Dance Company, dipilih untuk menjalankan program strategis kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dengan memanfaatkan Dana Indonesiana-LPDP tahun 2024. Ada 12 grup atau kelompok di Indonesia yang terpilih dalam program serupa.

Rangkaian KABA Festival X yang sudah dilaksanakan dengan sukses adalah Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema “Program Strategis Nan Jombang Dance Company Lima Tahun ke Depan”,  pada Selasa 28 Januari 2025, lalu Kamis, 30 Januari 2025, juga Diskusi Kelompok Terpumpun tentang “Program Strategus KABA Festival 5 Tahun ke Depan” yang keduanya dilaksanakan di Hotel Daima Padang.

Selanjutnya, pada Minggu-Senin, 16-17 Februari 2025 dilaksanajan workshop Pengelolaan Arsip Nan Jombang Dance Company. Sedang Rabu, Kamis dan Jumat, 19-21 Februari 2025 akan lokakarya Penulisan Apresiasi Seni Pertunjukan, yang juga dilaksanakan di Hotel Daima Padang.

Pertunjukan seni tradisi KABA Festival X Nan Balega menampilkan 15 kekayaan seni-seni tradisi dari Sumatera Barat (kota dan kabupaten) dilaksanakan selama 4 hari, Rabu- Sabtu, 9-12 April 2025 di kawasan Taman Budaya.

Lalu, setelah KABA Festival X Nan Maurak Alek ini, pada 14 Mei 2025 dilaksanakan dua sesi seminar: pertama seminar seni pertunjukan bertema “Posisi Seni Pertunjukan dalam Spektrum Perubahan Kebudayaan Saat Ini dan Akan Datang” dan seni kedua” Menelisik Perubahan Sosial di Sumatera Barat Melalui Seni Pertunjukan” yang digelar di digelar Universitas Negeri Padang.

Penutup festival, digelar bedah buku “Salam Tubuh Bumi: Perjalanan 40 Tahun Karya Ery Mefri” yang ditulis jurnalis Hendra Makmur. Selain itu, juga diluncurkan buku “Retrospeksi KABA Fertival”. SSC/MN



BACA JUGA