Kerja Kolaborasi, Payung Sumatera Gelar Workshop Pantomim Menyasar Orang Muda

Sabtu, 28/12/2024 23:05 WIB
Komunitas Seni Payung Sumatera berkolaborasi dengan Fabriek Padang dan Rumah Kratif TBY Sumatera Utara menggelar workshop pantomim

Komunitas Seni Payung Sumatera berkolaborasi dengan Fabriek Padang dan Rumah Kratif TBY Sumatera Utara menggelar workshop pantomim

Padang, sumbarsatu.com—Komunitas Seni Payung Sumatera berkolaborasi dengan Fabriek Padang dan Rumah Kratif TBY Sumatera Utara menggelar workshop pantomim yang bertajuk  “Menumbuhkan Imajinasi dalam Tubuh Seorang Aktor” pada 26 Desember 2024 di Fabriek Padang dan diikuti lebih kurang lebih 80 orang peserta.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pantomime serta praktik dasarnya kepada generasi muda. Kini di Kota Padang, jarang sekali ada penampilan pantomime di ruang publik. Jikalau ada, kebanyakan masih sebatas untuk Festival Lomba Seni Siswa Tahunan (FLS2N),” ujar Fabio Yuda, Direktor sekaligus pendiri dari Komunitas Seni Payung Sumatera, Kamis (26/12/2024).

Menurut Fabio, dulu pantomim pernah sempat sangat berkembang di Sumatera Barat sekitar tahun 1980. Sempat meredup, kemudian mulai bergeliat kembali sekitar awal tahun 2008 hingga sekitar tahun 2018-an.

Di Sumatera Barat ada beberapa kelompok mime yang tumbuh di sana di antaranya BatahMime, BuluketekMime, SpiderMime, TaramopahMime,  BemcolegasMime, B3Mime dan lainnya. Pada tahun 2016 di kampusnya Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang juga sempat terselenggara Malam Apresiasi Pantomime #2 sebagai ruang apresiasi bagi para pantomimer di Sumatera Barat.

“B3Mime merupakan salah satu yang berkembang pesat saat itu. Karenanya, kami mengundang Frisdo Ekardo. Ia dulunya adalah ketua B3Mime, hari ini aktif mengajar menjadi dosen seni pertunjukan di Universitas Negeri Medan (Unimed) dan menjadi ketua Asosiasi Dosen Pantomime di Indonesia,” jelas Fabio.

Selama kurang lebih 120 menit, Frisdo mengajak peserta untuk mengenali tubuh mereka sendiri dan mengmajinasikannya. Sebagai contoh awal, Frisdo meminta relawan dari peserta untuk mengikuti instruksinya. Ia memberi contoh perbedaan ekspresi antara lari dikejar kucing, dikejar anjing, dan dikejar serigala ganas.

Kemudian, ia mencontohkan lagi bagaimana cara memvisualkan objek bangku dalam bentuk gerak sedang duduk. Setelah itu, semua peserta diminta membuat garis imajiner.

Instruksi awalnya peserta membayangkan sedang berjalan di jembatan kecil dengan kiri kanan jurang yang berapi besar. Pada sesi terakhir, peserta dibagi berkelompok untuk membuat karya pantomime sederhana dan menampilkannya.

“Pantomime berasal dari kata panto (gerak) dan mime (ekspresi wajah), sering disebut sebagai teater bisu atau tanpa suara. Pada pantomime, kita membangun ruang dengan tubuh sebagai media. Kita akan berdialog dengan bahasa tubuh. Tantangannya adalah sejauh mana tubuh kita mampu membahasakan apa yang ada di pikiran. Kemampuan itu nantinya harus terus diasah,” kata Frisdo.

Menurut Frisdo, belajar bermain pantomime ini memiliki banyak manfaat. Pantomers dilatih untuk memiliki kepekaan kepada ruang dan segala isinya.

Selain itu, para pemain juga terdorong untuk mengeksplorasi gerakan dan ekspresi agar idenya tersampaikan dengan baik ke penonton. Karena dilatih untuk tampil di depan umum, secara tidak langsung membangun kepercayaan diri.

Frisdo memilih jalan berpantomime sejak berkuliah di Jurusan Teater ISI Padangpanjang. Ketertarikannya pada pantomime berawal dari kecintaan pada dunia anak-anak.

Ia menjadikan pantomime sebagai strategi pembelajaran agar anak mengenal diri, budaya dan lingkungannya. Melalui Rumah Kreatif TBY Sumatera Utara yang ia bangun kini, Frisdo memasukan pantomime sebagai salah satu pelajaran bagi anak.

Anak diajak untuk menterjemahkan kondisi sosial melalui pantomime dan belajar dengan visual yang mereka ciptakan.

Kecintaannya pada pantomime membawa Frisdo pada prestasi yang membanggakan. Selain dulu sempat membentuk B3mime, ia juga melahirkan berbagai produksi karya seperti Tua di Tui (2019), Bukik Tui (2019), Ego (2022), dan lainnya.

Tahun 2018, ia juga sempat membuat karya pantomime yang diberangkat dari spirit Randai. Kini ia juga aktif melatih para pantomer muda di Sumatera Utara.

“Semoga workshop ini bisa ruang untuk melahirkan seniman pantomime. Selagi masih ada komunitas yang bergerak untuk menghidupkan pantomime, maka seni ini akan terus hidup. Ini salah satu upaya untuk menghidupkan lagi gerakan pantomime yang sempat meredup di Sumatera Barat,” harap Frisdo.

Cintia, mahasiswa tari dari Universitas Negeri Padang, salah satu peserta workshop mengungkapkan antusiasnya.

“Saya tahu pantomime, pernah nonton di Youtube. Baru kali ini menonton langsung. Saya juga baru tahu, teknik pada pantomime bisa juga untuk memperkuat ekspresi gerak pada tari,” cerita Cintia.

Afif, salah satu peserta juga tampak antusias. “Saya berharap ke depan ada workshop lanjutannya. Saya tertarik untuk mendalaminya,” ujar Afif.

Robby Ferdian, komposer sekaligus pendiri dari Payung Sumatera menyebutkan workshop kali ini sengaja dibuka secara luas, jadi tidak terbatas untuk anggota Payung Sumatera saja.

“Ini workshop pertama yang kami adakan. Payung Sumatera berupaya untuk membuka ruang seluas bagi setiap orang yang mau belajar tentang seni. Ke depan kami juga akan mengadakan workshop lainnya yang berhubungan dengan seni pertunjukan seperti musik dan tari. Nantinya kelas-kelas itu akan diisi oleh narasumber yang berpengalaman, “ ujar Robby yang juga merupakan dosen FBS di Universitas Negeri Padang.

Komunitas Payung Sumatera berdiri sejak tahun 2016. Komunitas ini terbentuk bermula dari keresahan Fabio Yuda (Teater), Venny Rosalina (Tari) dan Robby Ferdian (Musik) terkait menurunnya jumlah peminat di seni pertunjukan dari tahun ke tahun. Baru-baru ini Payung Sumatera meraih terbaik 1 pada Alek Teater Sumatera Barat 2024. 

Robby menyebutkan bahwa Payung Sumatera juga memiliki cukup banyak karya musik. Jadi setiap produksi karya pertunjukan, mereka membuat musik sendiri. Ia berharap ke depan karya-karya musik ini bisa dialbumkan dan dilaunching oleh Payung Sumatera. SSC/LIKE



BACA JUGA