Masjid 60 Kurang Aso, Masjid Tertua di S0l0k Selatan

Senin, 22/04/2024 10:36 WIB
Masjid 60 Kurang Aso, Masjid Tertua di S0l0k Selatan

Masjid 60 Kurang Aso, Masjid Tertua di S0l0k Selatan

 

OLEH Fauziah Yuliantika (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

SOLOK SELATAN adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi. Solok Selatan terkenal dengan pemandangan yang indahn memanjakan mata seperti hamparan sawah yang luas, kebun teh, air terjun, dan sebagainya.

Selain menampilkan pemandangan yang bisa membuat mata terkesima, ada juga bangunan bergonjong yang biasanya disebut dengan rumah gadang, rumah bergonjong dengan dinding berukir yang menjadi rumah khas Minangkabau. Selain dari bangunan rumah yang unik, ada juga bangunan masjid yang sudah berumur berabad-abad lamanya. Masjid ini juga memiliki ciri khas yang unik karena tiang penyangga di dalam masjid ini berjumlah 60 namun konon katanya kadang berubah menjadi 59, maka dari itu masjid ini dinamakan Masjid 60 Kurang Aso, yang berarti 60 kurang satu.

Masjid 60 Kurang Aso atau Kurang Aso 60, terletak di Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan. Masjid ini sudah berumur ratusan tahun, namun tidak ada yang tahu pasti kapan masjid ini berdiri. Kabarnya sudah sekitar 300 tahun, tetapi pernah ada yang melakukan wawancara dengan salah satu warga sekitar. Katanya masjid ini sudah ada sejak tahun 1733 karena rumah gadangnya berdiri tahun 1733 dan masjid ini sudah ada. Itu kata neneknya.

Selain itu didukung juga dengan adanya makan di belakang Masjid 60 Kurang Aso yaitu makan Syaikh Maulana Sofi yang diperkirakan beliau hidup sekitar tahun 1700-1800, dan makamnya berlokasi di miqrob yang artinya masjid ini sudah ada sebelum makam beliau. Namun ada juga yang bilang bahwa Masjid 60 Kurang Aso digagas oleh Syaikh

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa masjid ini dinamakan masjid 60 kurang aso karena ada alasannya yaitu jumlah tiang penyangga masjid ini yang kadang berjumlah 60 kadang berjumlah 59. Masjid ini sudah direnovasi karena sudah lamanya masjid ini berdiri maka sudah ada bagian dari bangunannya yang sudah lapuk dimakan usia.

Di zaman modern seperti sekarang ini Masjid 60 Kurang Aso masih berdinding kayu. Atap masjid ini berbentuk limas dan memiliki 4 tingkatan dengan ukuran paling besar hingga paling kecil. Masjid ini sudah mulai jarang digunakan karena tepat di samping masjid ini terdapat masjid yang bernama Masjid Alam Surambi Sungai Pagu, namun bukan berarti Masjid 60 Kurang Aso benar-benar tidak digunakan lagi, namun sudah jarang digunakan.

Di balik nama Masjid 60 Kurang Aso ada kisah yaitu dahulunya ada 60 orang yang melakukan perjalanan dari Pagaruyung ke Solok Selatan namun diperjalanan ada satu orang yang meninggal sehingga tinggal 59 orang, maka dari situlah dinamakan 60 kurang aso yang berarti 60 kurang satu. Karena kisah tersebut banyak yang menyangkut pautkan dengan jumlah tiang penyangga masjid ini yang apabila dihitung jumlahnya tidak akan sama waktu melakukan hitungan pertama dan hitungan kedua. 

Konon katanya saat dihitung pertama berjumlah 60 tiang namun setelah selesai dihitung semuanya dan dilakukan hitung ulang maka berjumlah 59, maka jumlahnya berubah-ubah. Jadi karena ada salah satu dari 60 orang yang melakukan perjalanan itu meninggal jadi tiangnya terkadang ada kadang tidak, karena itu banyak orang yang berkunjung ke masjid ini untuk membuktikan apakah benar jumlahnya berubah seperti yang dikatakan banyak orang.

Masjid 60 Kurang Aso ini sudah ditetapkan menjadi cagar budaya di bawah badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Sumater Barat, Riau dan Kepulauan Riau serta menjadi awal mula penyebaran agama Islam di Solok Selatan. Masjid 60 Kurang Aso didirikan secara bergotong-royong oleh masyarakat yang digagas oleh salah seorang syaikh yang menyebarkan agama Islam di Solok Selatan yaitu Syaikh Maulana Sofi dan ketika wafat Syaikh Maulana Sofi dikuburkan di belakang masjid 60 kurang aso ini.  

Selain jumlah tiangnya yang sering berubah ketika dihitung maka ada tiang utama masjid ini yang unik, katanya jika ada yang berhasil memeluk tiang tersebut dengan sempurna maka keinginannya akan terkabul. Ukuran masjid ini yaitu 17 x 17 meter, melambangkan jumlah rakaat salat dalam sehari semalam.

Setiap sudut yang ada di dalam masjid 60 kurang aso ini ada maknanya sendiri yang berhubungan dengan islam. Bangunan masjid ini perpaduan antara Jawa x Tionghoa x Minangkabau, bisa dilihat dari bentuk atapnya yang merupakan perpaduan dari ketiganya.  Masjid ini menjadi salah satu dari cagar budaya yang ada di Solok Selatan, Sumatera Barat. ***

Iklan

BACA JUGA