Semarak, Peringatan 100 Tahun Sastrawan Satiris AA Navis Diluncurkan

Sabtu, 09/03/2024 22:37 WIB
abdul

abdul

Padang, sumbarsatu.com– Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan “Peringatan 100 Tahun AA Navis” di Gedung Bagindo Aziz Chan Youth Center Padang, Sabtu (9/3/2024).

Peringatan dimulai Maret ini hingga November mendatang. Peringatan nasional dilaksanakan pada 17-19 November di Taman Ismail Marzuki. Lalu di tingkat internasional digelar di markas UNESCO pada 11-15 November 2024.

“Peringatan 100 Tahun AA Navis” dihadiri ratusan pencinta sastra dari kalangan muda, seniman, sastrawan, mahasiswa, akademisi, pegiat literasi, dan masyarakat  serta komunitas seni yang datang dari pelbaga kota-kabupaten di Sumatera Barat. Peluncunran ini bertujuan memperkenalkan kembali karya dan pemikiran AA Navis kepada masyarakat secara secara luas dan massif, serta semarak.a

“Peringatan 100 Tahun AA Navis” juga merupakan rangkaian dari penetapan sastrawan AA Navis sebagai hari perayaan tingkat internasional yang ditetapkan UNESCO yang diumumkan Direktur Jenderal UNESCO pada 22 November 2023 lalu di Paris, Perancis.

“Selain AA Navis yang diapresiasi UNESCO, ada lagi pejuang wanita asal Aceh, Keumalahayati. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42. Indonesia memang mahakaya dengan tokoh-tokoh yang berkontribusi signifikan terhadap kemanausiaan dan peradaban gelobal,” kata Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dalam sesi temu wicara dalam acara ini.

Itje Chodidjah mengatakan, ada lima hal utama yang dijadikan dasar pengusulan nama AA Navis kepada UNESCO, antara lain semua karya AA Navis mudah diakses dan dibaca semua bangsa di dunia. Selain itu, cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA Navis sudah menjadi bacaan warga global dan karya ini mengantarkan masyarakat hidup beradab, berbudaya, dialektis, dan kritis.

Karya AA Navis satire dan kritis serta relevan dengan kehidupan sosial masyarakat. Salah satunya ialah “Kemarau” yang ditulis puluhan tahun lalu, kini sangat relevan dengan persoalan lingkungan dan perubahan iklim dunia. AA Navis telah melampaui zaman.

Pemikiran dialektis AA Navis yang hadir dalam puluhan karya bukunya membuat kebudayaan Minangkabau mudah dicerna dan komunikatif. Kreativitas yang kuat dalam menjabarkan pikiran secara dialektis terutama budaya Minangkabau menjadikan budaya ini semakin menarik perhatian pelbagai kalangan warga dunia. Maka, karya-karyanya banyak mendapat penghargaan baik tingkat lokal, nasional, dan internasional.

“Atas dasar dan alasan-alasan inilah UNESCO menetapkan nama sastrawan tersohor ini yang tentu saja setelah pihak UNESCO melukan verifikasi, konfirmasi, dan penelitian kepada semua pihak, termasuk keluarga AA Navis, tentunya. Saya ingin peringatan ini mendorong sastrawan muda di Indonesia terutama di Sumatera Barat untuk bangkit mengikuti jejak AA Navis,” harap Itje.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Abdul Khak mengatakan “Peringatan 100 Tahun AA Navis sebagai apresiasi atas pemikiran dan hasil karya AA Navis. Untuk itu Kemendikbudristek mengadakan serangkaian peringatan, baik yang sifatnya lokal, nasional, maupun internasional.

“Peringatan 100 tahun AA Navis akan dilakukan juga oleh berbagai balai dan kantor bahasa di daerah yang dituangkan dalam berbagai perspektif kegiatan. Secara khusus, kami berharap, kampus-kampus sastra di Padang bisa turut memperingati dengan menggelar kegiatan serupa agar di tanah kelahiran AA Navis sendiri agar lebih dikenal oleh generasi muda,” kata Abdul Khak.

Abdul Khak berharap, 100 tahun AA Navis menjadi momen pelecut bagi sastrawan muda untuk melihat karya sastra sebagai langkah membangkitkan peradaban. “Kegiatan ini semoga menginspirasi dan mendorong lahirnya sastrawan muda dari Sumatera Barat. Sebab dulunya provinsi ini merupakan gudangnya sastrawan,” katanya.

Undri, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat yang mewakili Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek menguraikan sejarah dan kontribusi AA Navis terhadap peradaban manusia.     

Peringatan 100 Tahun AA Navis diisi gelar wicara dengan tema “Suara Kritis AA Navis” narasumber Sudarmoko dari FIB Unand, Gemala Ranti anak AA Navis, dan Itje Chodidjah, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Gelar wicara ini dipandu Ivan Adilla.

Selain itu, juga ditampilkan pertujukan musik-puisi Pentassakral Padang, pementasan teater “The Convincers of Heaven Collapse (adaptasi cerpen “Robohnya Surau Kami”) oleh Indonesia Performance Syndicate yang disutradarai Wendy HS, serta pemutaran film dokumenter “AA Navis: Satiris dan Suara Kritis dari Daerah” yang diproduksi oleh Lontar Foundation dengan sutradara Enison Sinaro.

Gemala Ranti mengaku bangga karena 100 tahun kelahiran ayahnya—yang anak-anaknya memanggil Papi— diperingati secara internasional. Ia berharap di masa kini dan mendatang lahir Navis-navis muda.

"Saya memanggil beliau papi. Tidak hanya sastrawan, bagi saya Papi adalah sosok pria yang selalu menampilkan keharmonisan dalam keluarga. Makan malam merupakan “ritual” harus dihadiri semua keluarga. Masing-masing wajib bercerita pengalaman sehari-hari pada saat makan malam itu," tutur Gemala Ranti.

AA Navis bernama lengkap Ali Akbar Navis yang lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia merupakan seorang budayawan, sekaligus sastrawan terkemuka Indonesia dan meninggal dunia pada 22 Maret 2003 di Padang.

AA Navis adalah seorang penulis dan budayawan terkemuka Indonesia. Kontribusinya terhadap sastra Indonesia menjadikannya sosok yang ikonik di dunia sastra. AA Navis menghasilkan sejumlah besar publikasi dan bekerja sebagai guru bagi penulis lain selama hidupnya.

Terlihat hadir para sastrawan, budayawan, akademisi dan pencinta sastra, pegiat literasi, antara lain Hermawan, Syarifuddin Arifin, Lilik Zurmailis, Syuhendri, Edy Utama, Mahatma Muhammad, Endut Ahadiat, Kharil Anwar, dan lain sebagainya. SSC/MN

“Peringatan 100 Tahun AA Navis” dihadiri ratusan pencinta sastra dari kalangan muda, seniman, sastrawan, mahasiswa, akademisi, pegiat literasi, dan masyarakat  serta komunitas seni yang datang dari pelbaga kota-kabupaten di Sumatera Barat. Peluncunran ini bertujuan memperkenalkan kembali karya dan pemikiran AA Navis kepada masyarakat secara secara luas dan massif, serta semarak.a

“Peringatan 100 Tahun AA Navis” juga merupakan rangkaian dari penetapan sastrawan AA Navis sebagai hari perayaan tingkat internasional yang ditetapkan UNESCO yang diumumkan Direktur Jenderal UNESCO pada 22 November 2023 lalu di Paris, Perancis.

“Selain AA Navis yang diapresiasi UNESCO, ada lagi pejuang wanita asal Aceh, Keumalahayati. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42. Indonesia memang mahakaya dengan tokoh-tokoh yang berkontribusi signifikan terhadap kemanausiaan dan peradaban gelobal,” kata Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dalam sesi temu wicara dalam acara ini.

Itje Chodidjah mengatakan, ada lima hal utama yang dijadikan dasar pengusulan nama AA Navis kepada UNESCO, antara lain semua karya AA Navis mudah diakses dan dibaca semua bangsa di dunia. Selain itu, cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA Navis sudah menjadi bacaan warga global dan karya ini mengantarkan masyarakat hidup beradab, berbudaya, dialektis, dan kritis.

Karya AA Navis satire dan kritis serta relevan dengan kehidupan sosial masyarakat. Salah satunya ialah “Kemarau” yang ditulis puluhan tahun lalu, kini sangat relevan dengan persoalan lingkungan dan perubahan iklim dunia. AA Navis telah melampaui zaman.

Pemikiran dialektis AA Navis yang hadir dalam puluhan karya bukunya membuat kebudayaan Minangkabau mudah dicerna dan komunikatif. Kreativitas yang kuat dalam menjabarkan pikiran secara dialektis terutama budaya Minangkabau menjadikan budaya ini semakin menarik perhatian pelbagai kalangan warga dunia. Maka, karya-karyanya banyak mendapat penghargaan baik tingkat lokal, nasional, dan internasional.

“Atas dasar dan alasan-alasan inilah UNESCO menetapkan nama sastrawan tersohor ini yang tentu saja setelah pihak UNESCO melukan verifikasi, konfirmasi, dan penelitian kepada semua pihak, termasuk keluarga AA Navis, tentunya. Saya ingin peringatan ini mendorong sastrawan muda di Indonesia terutama di Sumatera Barat untuk bangkit mengikuti jejak AA Navis,” harap Itje.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Abdul Khak mengatakan “Peringatan 100 Tahun AA Navus sebagai apresiasi atas pemikiran dan hasil karya AA Navis. Untuk itu Kemendikbudristek mengadakan serangkaian peringatan, baik yang sifatnya lokal, nasional, maupun internasional.

“Peringatan 100 tahun AA Navis akan dilakukan juga oleh berbagai balai dan kantor bahasa di daerah yang dituangkan dalam berbagai perspektif kegiatan. Secara khusus, kami berharap, kampus-kampus sastra di Padang bisa turut memperingati dengan menggelar kegiatan serupa agar di tanah kelahiran AA Navis sendiri agar lebih dikenal oleh generasi muda,” kata Abdul Khak.

Abdul Khak berharap, 100 tahun AA Navis menjadi momen pelecut bagi sastrawan muda untuk melihat karya sastra sebagai langkah membangkitkan peradaban. “Kegiatan ini semoga menginspirasi dan mendorong lahirnya sastrawan muda dari Sumatera Barat. Sebab dulunya provinsi ini merupakan gudangnya sastrawan,” katanya.

Gemala Ranti mengaku bangga karena 100 tahun kelahiran ayahnya—yang anak-anaknya memanggil Papi— diperingati secara internasional. Ia berharap di masa kini dan mendatang lahir Navis-navis muda.

"Saya memanggil beliau papi. Tidak hanya sastrawan, bagi saya Papi adalah sosok pria yang selalu menampilkan keharmonisan dalam keluarga. Makan malam merupakan “ritual” harus dihadiri semua keluarga. Masing-masing wajib bercerita pengalaman sehari-hari pada saat makan malam itu," tutur Gemala Ranti.

Peringatan 100 Tahun AA Navis diisi gelar wicara dengan tema “Suara Kritis AA Navis” narasumber Sudarmoko dari FIB Unand, Gemala Ranti anak AA Navis, dan Itje Chodidjah, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Gelar wicara ini dipandu Ivan Adilla.

Selain itu, juga ditampilkan pertujukan musik-puisi Pentassakral Padang, pementasan teater “The Convincers of Heaven Collapse (adaptasi cerpen “Robohnya Surau Kami”) oleh Indonesia Performance Syndicate yang disutradarai Wendy HS, serta pemutaran film dokumenter “AA Navis: Satiris dan Suara Kritis dari Daerah” yang diproduksi oleh Lontar Foundation dengan sutradara Enison Sinaro.

AA Navis bernama lengkap Ali Akbar Navis yang lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia merupakan seorang budayawan, sekaligus sastrawan terkemuka Indonesia dan meninggal dunia pada 22 Maret 2003 di Padang.

AA Navis adalah seorang penulis dan budayawan terkemuka Indonesia. Kontribusinya terhadap sastra Indonesia menjadikannya sosok yang ikonik di dunia sastra. AA Navis menghasilkan sejumlah besar publikasi dan bekerja sebagai guru bagi penulis lain selama hidupnya.

Dari 300 yang hadir yang terdiri para sastrawan, budayawan, akademisi, pencinta sastra, guru dan pelajar, pegiat literasi, dan mahasiswa terlihat Hermawan, Syarifuddin Arifin, Lilik Zurmailis, Syuhendri, Yetti AKA,  Edy Utama, Mahatma Muhammad, Endut Ahadiat, Kharil Anwar, dan lain sebagainya. SSC/MN



BACA JUGA